Capek Bikin Emosi? Ini Alasan Kenapa Setelah Kerja Jadi Mudah Tersinggung

Pernah merasa seharian sudah kerja keras, lalu pulang justru jadi gampang marah hanya karena hal kecil? Misalnya jalanan macet, pasangan salah ngomong sedikit, atau anak minta perhatian lebih.
Banyak orang mengira ini hanya soal mood jelek, padahal sebenarnya ada alasan ilmiah di baliknya. Kelelahan fisik dan mental setelah bekerja ternyata punya peran besar terhadap kemampuan seseorang mengendalikan emosi.
Mari kita bahas satu persatu dimulai dari kaitan antara kelelahan fisik dan emosi. Setelah tubuh dipaksa bekerja selama berjam-jam, energi fisik otomatis terkuras. Kondisi ini memicu peningkatan hormon stres, salah satunya kortisol.
Ketika kadar kortisol naik, tubuh jadi lebih tegang, jantung berdegup lebih cepat, dan otak lebih sensitif dalam merespons rangsangan dari luar. Itulah sebabnya, hal sepele bisa terasa mengganggu dan akhirnya memicu ledakan emosi.
Kurangnya istirahat fisik juga berdampak pada cara otak memproses emosi. Bagian otak yang mengatur rasa tenang, seperti prefrontal cortex, menjadi kurang aktif. Sebaliknya, bagian otak yang bertugas memunculkan reaksi emosional, seperti amigdala, lebih mudah mendominasi. Akibatnya, tubuh yang kelelahan sering kali bereaksi lebih cepat dengan marah atau tersinggung.
Kelelahan Mental dan Pengendalian Diri
Tidak hanya tubuh, pikiran pun bisa lelah. Pekerjaan yang menuntut konsentrasi tinggi, penuh deadline, atau membutuhkan banyak interaksi skosial membuat otak bekerja ekstra keras. Prefrontal cortex, bagian otak yang berfungsi mengendalikan dorongan, mengambil keputusan, dan menjaga kesabaran, punya kapasitas terbatas. Ketika kapasitas itu terkuras, kemampuan kita untuk tetap tenang ikut menurun.
Fenomena ini dikenal dengan istilah ego depletion. Konsep ini menjelaskan bahwa manusia memiliki energi mental yang digunakan untuk menahan diri. Saat energi itu habis, kita jadi lebih sulit berpikir rasional dan lebih mudah mengikuti emosi. Itu sebabnya, setelah rapat panjang atau seharian menghadapi klien, seseorang lebih rentan marah hanya karena hal kecil seperti makanan habis di rumah.
Menurut profesor psikologi di San Diego State University yang meneliti tentang ego depletion dan emosi, Dr. Jean Twenge, dalam penelitiannya di tahun 2004, kelelahan membuat kita lebih sulit menahan dorongan negatif.
”Ketika energi mental terkuras, kemampuan otak untuk berpikir rasional dan mengatur emosi ikut menurun,” tulis dia dalam penelitian tersebut.
Artinya, mudah tersinggung setelah kerja bukanlah kelemahan karakter, melainkan konsekuensi alamiah dari keterbatasan energi mental manusia.
Faktor yang Memperparah Mudah Tersinggung Setelah Kerja
Selain kelelahan, ada beberapa faktor tambahan yang membuat kondisi ini semakin parah:
- Kurang tidur
Tidur yang tidak cukup membuat otak gagal memulihkan energi emosional. Akibatnya, iritabilitas meningkat. - Stres pekerjaan
Tekanan deadline, target tinggi, atau konflik dengan rekan kerja bisa menambah beban emosi. - Lingkungan kerja toksik
Tempat kerja yang penuh drama atau kompetisi tidak sehat membuat seseorang cepat lelah secara emosional. - Kurangnya waktu istirahat
Tidak memberi jeda di sela kerja berarti otak tidak sempat melakukan “reset”.
Cara Mengurangi Risiko Mudah Tersinggung Setelah Kerja
Kabar baiknya, ada cara sederhana untuk membantu menjaga kestabilan emosi meski tubuh dan pikiran lelah:
- Tidur cukup dan teratur. Tidur adalah “reset alami” bagi otak untuk mengembalikan kemampuan mengendalikan emosi.
- Ambil jeda singkat di sela kerja. Beberapa menit untuk berjalan, minum air, atau sekadar menarik napas dalam bisa membantu menurunkan ketegangan.
- Latihan relaksasi. Teknik pernapasan, yoga, atau meditasi terbukti menurunkan kadar stres dan membuat pikiran lebih jernih.
- Olahraga ringan setelah kerja. Aktivitas fisik seperti berjalan kaki atau stretching membantu menyalurkan energi negatif.
- Atur pola makan. Hindari terlalu banyak kafein atau gula karena bisa membuat mood lebih fluktuatif. Pilih makanan seimbang untuk energi stabil.