Alasan Pengemudi Mobil Mudah Tersulut Emosi Saat di Jalan Tol
Sebuah video viral di media sosial menunjukkan yang melibatkan pengemudi dan .
Dalam video yang diunggah oleh akun TikTok esanurgalih, terlihat mobil Pajero Sport warna hitam menabrak pembatas jalan di sisi kiri. Sementara itu, Fortuner berada di sebelahnya dengan posisi berbalik arah.
"Akibat mengedepankan emosi, ya begini jadinya....," tulis keterangan video yang dikutip Kompas.com, Selasa (25/3/2025).
https://www.tiktok.com/@esanurgalih/video/7485197259563470097Berdasarkan kronologi yang dipaparkan, Fortuner berjalan di bahu jalan sebelah kiri, namun tidak diberikan jalan oleh Pajero yang berada di lajur satu di Tol Pondok Ranji.
Karena keduanya tidak mau mengalah dan sudah terbakar emosi, pengemudi Pajero kemudian menabrakkan mobilnya ke Fortuner, sehingga Pajero menabrak pembatas jalan dan posisi Fortuner berbalik arah.
Terlepas dari pengemudi Pajero dan Fortuner, merupakan lokasi di mana pengemudi mudah tersulut emosi.
Training Director Jakarta Defensive Driving Consulting (JDDC) Jusri Pulubuhu menilai, ada beberapa faktor mengapa pengemudi mobil jadi sensitif ketika berada di jalan tol.
Arus lalu lintas di kilometer 57 ruas jalan tol Jakarta - Cikampek, Senin (24/3/2025) sore.
"Tol memang bisa memicu segala sesuatu yang menimbulkan ketegangan atau menjadi "pressure cooker", karena kita memacu kecepatan tinggi, kemudian ruang terbatas, dan situasi di tol tidak seperti di jalan biasa," kata Jusri kepada Kompas.com, Selasa (25/3/2025).
"Di jalan biasa, kalau kita merasa tersinggung, kita bisa membunyikan klakson, membuka kaca, atau bahkan memaki. Namun, di jalan tol, situasinya lebih eksklusif sehingga ego lebih mudah timbul. Jika tidak bisa mengendalikan emosi, kita bisa dengan mudah tersulut," katanya.
Jusri mengatakan, kondisi jalan tol dengan kecepatan tinggi memicu alam bawah sadar seseorang berada pada level waspada yang pada hubungannya menjadi lebih tegang.
"Pertama, terkait kecepatan yang berhubungan dengan ketegangan. Saat melaju di atas 80 km/jam, otak kita berada dalam mode waspada. "Respons kita juga meningkat, mudah terkejut, kesal, dan detak jantung terasa lebih cepat. Reaksi visualnya adalah marah," katanya.
"Kemudian, kedua, ego terkait dengan ruang pribadi. Mobil dianggap sebagai ruang pribadi, sehingga jika ada yang menyalip, itu bisa dianggap sebagai gangguan terhadap ruang pribadi. Hal ini menyebabkan kemarahan lebih cepat muncul," ujarnya.
Ketiga kata Jusri karena ruang komunikasi di jalan tol terbatas, tak jarang pengemudi tidak sepenuhnya tahu apa yang dialami oleh pengemudi lain.
"Ruang komunikasi di jalan tol juga terbatas. Jika ada yang memotong atau mengerem mendadak, seringkali kita menganggap orang tersebut tidak punya otak. Padahal mungkin dia ada kondisi tertentu," ujar Jusri.
Toyota Fortuner 2.8 GR Sport 4x4
Keempat, yaitu pengguna jalan tol biasanya ialah orang yang terburu-buru.
"Ketika masuk tol, kita biasanya dalam kondisi terburu-buru. Jadi, ketika ada yang menghambat, seperti lane hogger atau pengemudi yang melaju pelan, orang sudah cenderung emosi. Apalagi jika sudah stres dari pekerjaan atau masalah di rumah," katanya.
Kelima kata Jusri, adalah yang paling membahayakan, yaitu jalan tol jadi tempat meluapkan emosi.
" seringkali menjadi tempat balas dendam. Ketika disalip, harga diri bisa merasa diserang, dan itu bisa memicu tindakan seperti blocking, saling pepet, atau merasa harus membalas," katanya.
"Jalan tol menjadi panggung untuk mempertahankan harga diri," ujar Jusri.