Kenapa Setelah Seharian Kerja Orang Jadi Lebih Sensitif dan Mudah Marah?

Ilustrasi wanita dicap emosional, Apa Itu Ego Depletion?, Mengapa Kerja Seharian Membuat Orang Lebih Sensitif?, Dampaknya pada Hubungan dan Kehidupan Sehari-hari, Cara Mengatasi Sensitivitas dan Emosi Setelah Kerja
Ilustrasi wanita dicap emosional

Pernah merasa setelah seharian penuh bekerja, hal kecil saja bisa bikin emosi meledak? Misalnya, macet di jalan, pesan makanan yang salah, atau bahkan pasangan yang menanyakan hal sepele tiba-tiba terasa menyebalkan. Fenomena ini ternyata bukan sekadar baper atau kurang sabar, melainkan kondisi psikologis yang nyata.

Para ahli menyebut hal ini sebagai hasil dari ego depletion atau berkurangnya kemampuan otak untuk mengendalikan emosi setelah digunakan terlalu lama sepanjang hari. Untuk memahami lebih dalam, kita akan mengulas penjelasan dari Roy F. Baumeister, psikolog sosial dari University of Queensland yang dikenal luas dengan teorinya tentang ego depletion.

Apa Itu Ego Depletion?

Roy Baumeister, dalam berbagai penelitian psikologinya, menjelaskan bahwa ego depletion terjadi ketika seseorang kehabisan energi mental untuk melakukan pengendalian diri.

“Pengendalian diri adalah seperti otot. Setelah digunakan terus-menerus, ia akan menjadi lelah dan lebih sulit untuk dipakai kembali,” kata dia dalam wawancara dengan American Psychological Association (APA).

Artinya, sepanjang hari kita terus-menerus menggunakan energi mental untuk menahan emosi, menjaga profesionalitas, membuat keputusan, atau mengerjakan tugas yang menuntut konsentrasi. Ketika energi mental itu habis, otak menjadi lebih sulit untuk mengontrol reaksi emosional.

Mengapa Kerja Seharian Membuat Orang Lebih Sensitif?

Ada beberapa faktor psikologis yang menjelaskan kenapa seharian bekerja bisa membuat orang jadi mudah marah:

  • Keputusan yang menumpuk (decision fatigue)
    Semakin banyak keputusan yang harus diambil, semakin berkurang kualitas pengendalian diri. Itulah sebabnya orang cenderung lebih emosional di sore atau malam hari.
  • Tekanan pekerjaan (work stress)
    Stres memicu hormon kortisol yang membuat sistem saraf lebih sensitif terhadap pemicu emosi.
  • Kurang istirahat dan energi
    Setelah bekerja, otak kelelahan dan tubuh kekurangan energi. Hal-hal kecil yang biasanya bisa ditoleransi menjadi terasa lebih mengganggu.

Baumeister menekankan bahwa kondisi ini normal secara psikologis.

“Tidak ada yang bisa terus-menerus menggunakan pengendalian diri tanpa batas. Kita semua memiliki keterbatasan energi mental,” kata dia.

Dampaknya pada Hubungan dan Kehidupan Sehari-hari

Mudah marah setelah kerja tidak hanya memengaruhi diri sendiri, tapi juga hubungan sosial:

  • Konflik rumah tangga: Pertengkaran sering muncul karena hal sepele di malam hari, bukan karena masalah besar.
  • Interaksi sosial menurun: Orang cenderung menarik diri agar tidak terpancing emosi.
  • Produktivitas terganggu: Rasa lelah emosional membuat sulit fokus pada aktivitas lain di luar pekerjaan.

Fenomena ini sering dianggap remeh, padahal jika berlarut bisa menimbulkan masalah psikologis seperti burnout atau bahkan depresi ringan.

Cara Mengatasi Sensitivitas dan Emosi Setelah Kerja

Untungnya, ada beberapa strategi yang direkomendasikan psikolog untuk mengelola emosi setelah seharian kerja:

  • Istirahat singkat dan relaksasi
    Meditasi, tarik napas dalam, atau sekadar jalan kaki bisa membantu memulihkan energi mental.
  • Mengatur keputusan penting di pagi hari
    Karena kemampuan pengendalian diri lebih kuat di pagi hari, sebaiknya keputusan besar tidak ditunda hingga malam.
  • Menjaga pola makan dan tidur
    Energi otak juga sangat dipengaruhi gula darah dan kualitas tidur.
    Kurang tidur memperparah sensitivitas emosi.
  • Berbicara dengan pasangan atau keluarga dengan tenang
    Menunda pembicaraan penting ketika kondisi emosi masih panas bisa mencegah konflik.

Baumeister juga menegaskan bahwa meskipun ego depletion nyata, manusia tetap bisa melatih kemampuan pengendalian diri.

“Seperti otot, pengendalian diri bisa diperkuat dengan latihan. Semakin sering kita melatihnya, semakin kuat kita menghadapi tantangan,”kata dia.