Tak Disangka, Gelar Master Sushi Dunia Tahun Ini Justru Diraih Chef dari Luar Jepang

Selama ini, banyak orang mengira gelar juara dunia sushi pasti jatuh ke tangan chef asal Jepang.
Namun, tahun ini kejutan besar datang dari Tokyo. Chef Lithuania bernama Airis Zapašnikas, pemilik restoran berbintang Michelin di Norwegia, berhasil meraih gelar bergengsi tersebut.
Kemenangan ini bukan hanya mengukuhkan namanya di dunia kuliner, tetapi juga menantang persepsi bahwa hanya chef Jepang yang mampu menguasai seni sushi tingkat tinggi.
Dilansir dari laman LRT danTVP World, simak kisah perjalanan Zapašnikas menuju puncak kompetisi, mulai dari proses latihan intensif hingga makna kemenangan yang disebutnya lebih penting dibanding bintang Michelin.
Perjalanan Menuju Tokyo
Kompetisi bergengsi ini digelar di Tokyo pada 19–22 Agustus, di bawah naungan World Sushi Skills Institute.
Lembaga ini berdiri dengan dukungan pemerintah Jepang untuk menjaga standar kualitas sushi di dunia. Tahun ini, lima belas finalis dari berbagai negara unjuk keterampilan dalam menyiapkan sashimi, Edomori, serta hidangan orisinal dengan kreativitas penuh.
Bagi Zapašnikas, kesempatan ini menjadi tantangan sekaligus pembuktian diri. Selama enam minggu sebelum keberangkatan, ia berlatih setiap hari, bahkan setelah tiba di Tokyo, waktunya hanya dihabiskan untuk berlatih dari pagi hingga malam.
“Saya tidak sempat mengunjungi tempat wisata sama sekali. Fokus saya hanya satu, tampil maksimal,” ujarnya.
Ketatnya Aturan Kompetisi
Sebagai ajang kelas dunia, kompetisi ini memiliki aturan ketat. Setiap tahap berlangsung dalam waktu terbatas.
Jika melewati batas waktu, peserta langsung terdiskualifikasi. Bahkan kesalahan kecil seperti jari teriris, serbet pisau yang tidak dibersihkan, atau sisa potongan ikan yang terbuang bisa berakibat pengurangan poin.
Ketelitian, kebersihan, hingga ketenangan gerak dinilai secara detail oleh juri, yang merupakan para master sushi Jepang.
“Mereka memperhatikan hal-hal yang mungkin tidak terpikirkan, seperti kerapihan seragam atau ekspresi wajah saat bekerja,” kata Zapašnikas.
Kreativitas dalam Hidangan Orisinal
Pada babak akhir, para finalis diminta menciptakan hidangan orisinal. Berbeda dengan tahap awal yang kental tradisi Jepang, sesi ini memberi kebebasan penuh untuk bereksperimen.
Zapašnikas berhasil memikat juri dengan inovasi yang tetap menghormati esensi sushi klasik. Kombinasi keterampilan tradisional dan kreativitas inilah yang mengantarkannya meraih gelar juara pertama.
Menurutnya, pencapaian ini jauh lebih bermakna dibanding penghargaan Michelin yang sudah pernah ia raih sebelumnya. “Pengakuan dari para guru besar sushi di Jepang adalah sesuatu yang tidak ternilai,” tuturnya.
Makna Kemenangan dan Dedikasi
Sebagai orang Lithuania pertama yang menjuarai lomba ini, Zapašnikas merasa bangga sekaligus terhormat.
Baginya, kemenangan ini adalah bukti bahwa dedikasi, latihan tanpa henti, serta tekad kuat bisa melampaui batas negara dan budaya.
Kini, ia berkomitmen untuk terus mengembangkan keahliannya melalui pelatihan rutin di Jepang. Bahkan, ia sudah meraih black belt sushi skills, level tertinggi yang diberikan oleh World Sushi Skills Institute.
Kemenangan di Tokyo menjadi momentum penting, bukan hanya bagi karier Zapašnikas, tetapi juga bagi dunia kuliner global yang semakin inklusif dan penuh kejutan.
Di saat situasi tidak menentu, Kompas.com tetap berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update terkini dan notifikasi penting di Aplikasi Kompas.com.