PLN IP Genjot Inovasi Pengelolaan Limbah Sampah di PLTG Gilimanuk

PLN Indonesia Power (PLN IP) melalui Unit Bisnis Pembangkitan (UBP) Bali PLTG Gilimanuk mendorong program unggulan Mengelola Sampah untuk Alam Bali Lestari ( MESATUA BALI) ke depannya. Inovasi itu sebagai wujud nyata komitmen korporat dalam mendukung transisi energi berkelanjutan dan pemberdayaan masyarakat.
Bernadus Sudarmanta, Direktur Utama PLN Indonesia Power menegaskan, Program ini tidak hanya mengatasi persoalan lingkungan, tetapi juga membuka jalan bagi transformasi sosial dan ekonomi di wilayah pesisir Bali.
”Program MESATUA BALI menjadi bukti bahwa inovasi sosial bisa menjadi jembatan antara energi dan kehidupan. Kami di PLN Indonesia Power percaya bahwa keberlanjutan bukan hanya soal teknologi, tetapi juga tentang bagaimana kita membangun masa depan bersama, dari desa hingga dunia,” tegas Bernadus dikutip dari keterangannya, Kamis, 4 September 2025.
Berangkat dari tantangan nyata seperti tingginya volume limbah pelabuhan, limbah rumah tangga, abrasi pantai, penggundulan hutan taman nasional, dan keterbatasan akses ekonomi masyarakat rentan, MESATUA BALI hadir sebagai solusi berbasis komunitas.
Melalui pendekatan ekonomi sirkular, program ini mengolah limbah organik dan anorganik. Limbah organik yang dimanfaatkan berupa limbah rumah tangga dan home industry yang diolah menjadi Pupuk Organik Cair Multiguna.

Mesatua Bali PLN IP.
Sedangkan limbah anorganik berfokus pada limbah diapers yang dimanfaatkan menjadi media tanam untuk pembibitan buah dan sayur. Kedua jenis limbah tersebut diolah dengan pemanfaatan sisa produksi perusahaan berupa air reject demineralisasi.
“Inovasi pemanfaatan limbah air demineralisasi dan limbah diapers sebagai media tanam merupakan terobosan baru yang untuk pertama kalinya diimplementasikan di Kabupaten Jembrana, Bali,” tambahnya.
Dia menegaskan, kehadiran inovasi ini tidak hanya menghadirkan kebaruan dalam pengelolaan limbah, tetapi juga membuka peluang pemanfaatan sumber daya alternatif yang ramah lingkungan serta bernilai guna bagi masyarakat.
Program ini telah melibatkan 13 anggota kelompok Suketeki, memperluas manfaat ke 65 petani dari 5 Gapoktan (Gabungan Kelompok Tani), dan berhasil membuka lapangan kerja bagi 34 pemuda lokal. Bahkan, pemerintah Kelurahan Gilimanuk telah menerbitkan Pararem Desa Adat Nomor 1 Tahun 2025 sebagai bentuk dukungan kebijakan terhadap pengelolaan sampah berbasis komunitas.
Diketahui, MESATUA BALI telah mencatat berbagai capaian, di antaranya penjualan pupuk organik cair mencapai 150-200 liter perbulan, penanaman 100 pohon cemara pantai untuk mitigasi abrasi dan penghijauan lahan tandus di wilayah Taman Nasional Bali Barat.
Kemudian, pengurangan limbah diapers dan metana dari limbah organik, peningkatan pendapatan kelompok melalui penjualan pupuk organik cair dan penjualan bibit, rReplikasi program ke wilayah Jembrana dan Banyuwangi.
“Dengan pendekatan yang sistemik, MESATUA BALI mengubah paradigma pengelolaan limbah menjadi sumber daya. Program ini menunjukkan bahwa keberlanjutan bisa dimulai dari hal sederhana, dari diapers menjadi media tanam, dari limbah menjadi pupuk, dan dari komunitas menjadi pusat inovasi,” tutupnya.