Milan Vs Inter: Nerazzurri Unggul di Mata Capello, Rossoneri Buktikan Keunikan Derbi

Fabio Capello, Coppa Italia, Milan Vs Inter, Inter vs Milan, AC Milan Vs Inter, milan, Inter, Milan Vs Inter: Nerazzurri Unggul di Mata Capello, Rossoneri Buktikan Keunikan Derbi

Fabio Capello menyatakan laga derbi selalu unik. Ia berkomentar jelang laga AC Milan vs Inter Milan pada leg pertama semifinal Coppa Italia.

Partai leg pertama semifinal Coppa Italia 2024-2025 antara AC Milan Vs Inter Milan bakal digelar di Stadion San Siro pada Rabu (2/4/2025) atau Kamis dini hari WIB.

Menurut Fabio Capello, motivasi bisa menjadi faktor penentu dalam Derby della Madonnina terdekat.

Sebab, musim Milan seperti "telah berakhir" setelah kalah 1-2 dari Napoli pada hari Minggu (30/3/2025).

Rossoneri kini berada di posisi sembilan klasemen Liga Italia 2024-2025 dan jalan menuju empat besar tampak kian terjal.

"Inter bersaing di tiga kompetisi, dengan Liga Champions dan Serie A sebagai tujuan utama mereka," ungkap Capello kepada La Gazzetta dello Sport, dilansir dari Football Italia.

"Musim Milan pada dasarnya berakhir dengan kekalahan mereka di Napoli. Bagi (Sergio) Conceicao dan timnya, Coppa Italia kini menjadi satu-satunya jalan untuk meraih kualifikasi Eropa."

"Tidak melihat Milan bermain di kompetisi Eropa tahun depan akan sangat menyakitkan," tutur Capello menambahkan.

Capello juga terkesan dengan permainan Il Nerazzurri (Si Hitam-Biru) dalam 45 menit awal laga melawan Udinese.

Kendati demikian, Capello menyebut Inter kemudian "terlalu santai" sehingga membuat keunggulan mereka sempat terancam. Pada pekan ke-30 Liga Italia, Inter membekuk Udinese 2-1.

"Mereka adalah tim yang solid, waspada, dan sulit dihentikan sekali mereka menemukan ritme," kata mantan pelatih AC Milan, Real Madrid, dan AS Roma itu.

"Babak pertama kemarin mengonfirmasi dua hal, pertama, (Federico) Dimarco istimewa, ketika dia menyisir sisi sayap, dia selalu berbahaya dengan umpan tarik atau umpan silang yang tepat. Kedua, (Marcus) Thuram telah menemukan kembali performa terbaiknya."

"Ini sedikit seperti Jerman melawan Italia. Inter terlalu santai, beristirahat pada hasil positif mereka."

"Setelah gol (Oumar) Solet, mereka tidak bisa mendapatkan kembali kendali. Sepak bola bukan seperti listrik, Anda tidak bisa segera menyalakannya kembali. Saya rasa (Simone) Inzaghi menyadari hal ini dan merasa frustrasi dengan pemainnya sebelum diusir keluar."

Namun, di mata Capello Milan juga memberikan reaksi kuat di babak kedua melawan Napoli. Dalam laga itu, Rafael Leao baru dimainkan oleh sang pelatih, Sergio Conceicao pada babak kedua.

"Babak pertama Milan sangat menyedihkan," ujarnya.

"Saya tidak mengerti pilihan Conceiçao. Joao Felix menjadi starter melawan lawan yang berlari seperti Napoli, dan Leao di bangku cadangan. Baiklah..."

"Leao memiliki sesuatu yang ekstra, tetapi tentu saja, dia kurang konsistensi. Jika dia memilikinya, mungkin dia tidak akan berada di Milan ini..."

AC Milan dan Inter menuju duel leg pertama semifinal Coppa Italia dengan menyuguhkan performa yang bertolak belakang.

Capello yang kini berusia 78 tahun, merasa Milan sepanjang musim ini bisa membuktikan bahwa keunggulan Inter hanya di atas kertas.

Dalam tiga pertemuan musim ini di pentas Liga Italia dan Super Coppa Italia, Milan bisa dua kemenangan serta sebuah hasil imbang.

"Di atas kertas, sulit untuk percaya setelah melihat 45 menit pertama Inter melawan Udinese dan babak pertama Milan di Napoli," kata Capello.

"Jika kedua tim mengulangi 45 menit dari kemarin, saya kesulitan melihat jalannya pertandingan."

"Namun, sekali lagi, derbi itu unik. Bahkan dalam tiga pertemuan terakhir, Milan menunjukkan diri pada momen-momen tertentu dan sebagian besar dianggap sebagai underdog."

Capello menyoroti bahwa Il Rossoneri (Si Merah-Hitam) harus waspada terhadap salah satu kekuatan utama Inter arahan Simone Inzaghi.

"Serangan balik Inter. Jika Milan menunjukkan kerapuhan yang sama seperti yang mereka lakukan di Napoli, mereka akan kesulitan menahan tekanan."

"Inter kembali menyerang dengan cepat dan efektif, hampir secara instingtif. Para pemain tahu apa yang harus dilakukan, dan pelatih memiliki kepastian. Milan, dengan Conceicao, tidak tampak memiliki hal yang sama," ujarnya menjelaskan.