Mengenal Transmisi Mobil Model DCT

Transmisi, mobil, transmisi, transmisi DCT, Mengenal Transmisi Mobil Model DCT

– Transmisi kopling ganda atau dual clutch transmission (DCT) baru dikenal luas pada awal 2000-an. Namun ide dasarnya sudah muncul jauh lebih dulu, bahkan sebelum Perang Dunia II.

Konsep ini pertama kali diperkenalkan oleh Adolphe Kégresse, seorang insinyur militer asal Prancis. Ia juga dikenal atas penemuan sistem penggerak setengah rantai (half-track) yang bisa dipasang pada mobil standar.

Pada 1935, Kégresse mematenkan rancangan transmisi otomatis bernama Autoserve, yang prinsip kerjanya mirip DCT modern dengan menggunakan dua kopling, satu untuk gigi genap dan satu untuk gigi ganjil.

Dilansir dari drivemag, meskipun belum sempat membangun prototipe fungsional, ide tersebut sempat diuji coba pada Citroën Traction Avant pada 1939.

Sayangnya, saat itu transmisi otomatis dengan konverter torsi lebih diminati karena lebih murah dan praktis, sehingga ide DCT terlupakan selama puluhan tahun.

DCT kembali muncul pada era 1980-an berkat Porsche yang menggunakannya di mobil balap 956 dan 962. Sistem ini disebut Porsche Doppelkupplungsgetriebe atau PDK, nama yang masih digunakan hingga kini.

Audi juga menggunakan sistem PDK pada mobil balap Quattro S1. Saat debut di Rally Semperit Austria pada 1985, Audi mengklaim mobil ini bisa melaju dari 0–100 km per jam hanya dalam 2,6 detik, dengan pergantian gigi tanpa perlu melepas pedal gas.

Pebalap Walter Röhrl bahkan menang dengan selisih waktu 19 menit dari lawan terdekatnya. Meski terbukti sukses, performa ekstrem mobil ini juga membuatnya sulit dikendalikan.

Transmisi kopling ganda mulai digunakan di mobil penumpang pada tahun 2003 melalui VW Golf R32, disusul Audi TT 3.2 Quattro. Gearbox ini dikenal dengan kode DQ250, memiliki enam percepatan dan sanggup menangani torsi hingga 350 Nm.

Tahun 2008, Audi meluncurkan versi tujuh percepatannya bernama S Tronic, yang digunakan di sejumlah model berpenggerak empat roda. Desainnya tetap mengacu pada sistem PDK milik Porsche.

Meski transmisi otomatis konvensional lebih murah dan sederhana, DCT tetap menjadi favorit karena perpindahan giginya yang lebih cepat dan efisiensi bahan bakarnya lebih baik.

Dilansir dari hyundai.news, sistem ini bekerja dengan dua kopling yang dikendalikan oleh jaringan elektronik dan hidrolik, sehingga pengemudi tidak perlu lagi menginjak pedal kopling.

Berbeda dari otomatis biasa, dua kopling di DCT bekerja secara mandiri, satu untuk gigi ganjil, satu lagi untuk gigi genap. Dengan begitu, pergantian gigi bisa dilakukan tanpa jeda aliran tenaga dari mesin ke roda, seperti yang sering terjadi saat mengemudi mobil manual.

Hasilnya adalah rasa berkendara yang menyenangkan, di mana perpindahan gigi lebih halus, responsif, dan irit bahan bakar.  Kombinasi inilah yang membuat DCT sempat diminati oleh pabrikan maupun konsumen.

Walau punya banyak keunggulan, DCT juga memiliki sisi minus. Sistemnya lebih kompleks, berat, dan mahal dalam perawatan. Risiko kerusakan juga lebih tinggi karena banyaknya komponen elektronik yang bekerja bersamaan.