Manuver Bisnis Apple Bikin Amerika Resah

Amerika Serikat, Apple, China, Alibaba, apple, alibaba, Apple Intelligence, Manuver Bisnis Apple Bikin Amerika Resah

Apple dan Alibaba dilaporkan sepakat bekerja sama dalam hal kecerdasan buatan (Artificial Intelligence/AI). Dalam praktiknya, Alibaba akan membantu menyediakan fitur AI di iPhone yang dijual di China.

Rencana itu membuat pemerintah AS khawatir. Sebab, setelah dicermati oleh pejabat Kongres AS, kerja sama ini dinilai berpotensi membantu perusahaan China meningkatkan kapasitasnya dalam AI hingga membuat jangkauan chatbot China yang disensor pemerintah setempat, lebih luas. 

Menurut sumber anonim kepada outlet media New York Times, sejumlah pejabat Gedung Putih dan Kongres sudah bertanya langsung ke para eksekutif Apple terkait kerja sama perusahaan dengan Alibaba. Sebagian besar pertanyaannya terkait dengan data apa yang akan dibagikan dengan Alibaba.

Pemerintah AS juga mengorek tentang apakah Apple membuat perjanjian dengan pemerintah China. Namun eksekutif Apple kabarnya tidak dapat menjawab mayoritas pertanyaan.

Menurut perwakilan Kongres atau DPR AS Raja Krishnamoorthi dalam sebuah pernyataan, perjanjian antara Apple dengan Alibaba kurang transparan, sehingga dinilai "sangat mengganggu".

Adapun kemitraan Apple dan Alibaba baru dikonfirmasi secara sepihak. Dalam sebuah konferensi di Dubai pada Februari 2025 lalu, Chairman Alibaba, Joe Tsai menyatakan bahwa Alibaba merupakan salah satu perusahaan yang diajak Apple untuk mengembangkan AI di iPhone.

Apple sendiri kini sedang berupaya menghadirkan fitur AI ke iPhone di China. Sebab, pangsa pasarnya terus merosot di negeri Tirai Bambu tersebut.

Apple terpuruk di China

Dominasi iPhone di China sendiri semakin tergerus. Padahal, China adalah salah satu pasar terbesar Apple, selain Amerika Serikat (AS). Pada tahun 2023 lalu, firma riset IDC mencatat Apple menjadi raja smartphone di China dengan pangsa pasar 17,3 persen. 

Pada triwulan pertama 2025 misalnya, Xiaomi menguasai pasar smartphone China dengan market share 19 persen, disusul Huawei (18 persen), Oppo (15 persen) dan Vivo (15 persen) secara berurutan, sebagaimana laporan firma riset Canalys. 

Dalam laporan keuangan Apple kuartal pertama tahun fiskal 2025, penjualan iPhone di pasar China tercatat turun sebesar 11,1 persen. Ini merupakan penurunan terbesar di pasar tersebut setelah penjualan iPhone turun nyaris 13 persen pada kuartal I-2024.

Penurunan di China cukup signifikan bagi pendapatan Apple. Sebab, China adalah salah satu pasar terbesar Apple untuk iPhone. Salah satu faktor penurunan iPhone di China adalah imbas konflik "perang dagang" AS-China beberapa tahun terakhir.

Bahkan, muncul sentimen negatif jika ada yang menggunakan iPhone akan dianggap sebagai hal memalukan bagi sebagian konsumen, tulis laporan sebagaimana dirangkum KompasTekno dari 9to5Mac.

Selain itu, menurut analis kenamaan dari TF International Securities, Ming-Chi Kuo, salah satu faktor penurunan iPhone di China adalah minimnya inovasi terutama di iPhone 16 Series.

Menurut dia, hal itu kurang menarik pembeli untuk melakukan upgrade dari iPhone model lama. Salah satu peningkatan yang dibawa iPhone 16 series adalah kehadiran fitur kecerdasan buatan/artificial intelligence (AI) Apple Intelligence.

Apple Intelligence hadir untuk semua model, yakni iPhone 16, iPhone 16 Plus, iPhone 16 Pro, dan iPhone 16 Pro Max. Hal itu berbeda dengan iPhone 15, di mana Apple Intelligence hanya hadir di iPhone 15 Pro dan iPhone 15 Pro Max saja.

Akan tetapi, menurut Kuo, Apple Intelligence belum cukup mampu menarik konsumen. Kuo mengutip survei dari Sell Cell yang menemukan bahwa 73 persen pengguna Apple Intelligence tidak puas dengan fitur AI itu.

"Survei sebelumnya (dari Sell Cell) menunjukkan bahwa sebagian besar pengguna iPhone tidak tertarik dengan Apple Intelligence, sesuai dengan survei supply chain terakhir saya, yang mengindikasikan bahwa Apple Intelligence tidak mendongkrak permintaan penggantian iPhone," tulis Kuo.

Kuo mengatakan, promosi Apple Intelligence cukup menantang bagi Apple. Di saat pengumuman pertamanya di acara Worldwide Developer Conference (WWDC 2024) lalu, Apple Intelligence cukup mendapat perhatian.

"Saya bukannya pesimis dengan proyek jangka panjang Apple Intelligence. Namun, mengingat poin-poin di atas, tidak ada bukti bahwa Apple Intelligence bisa mendukung siklus penggantian perangkat keras atau bisnis layanan (Apple)," kata Kuo.