Berkaca dari Kasus Ernest Prakasa yang Tutup Akun, Perubahan Karakter Platform X Sejak Diambil Alih Elon Musk jadi Sorot

Ernest Prakasa tutup akun X, Dari Forum Wacana ke Ladang Serangan, Elon Musk dan Kebijakan “Kebebasan Ekspresi Maksimal”, Tren Figur Publik Meninggalkan X, Tanda Bahaya bagi X?, Ernest Prakasa: Alarm untuk Refleksi Digital

Ernest Prakasa tutup akun X

Komika sekaligus sutradara Ernest Prakasa resmi menghapus akun media sosial X (dulu Twitter) pada Minggu, 9 Juni 2025. Keputusan ini diambil setelah ia melontarkan kritik soal pemberian jam tangan mewah Rolex kepada para pemain Timnas Indonesia, yang kemudian memicu gelombang hujatan dari warganet.

"Ya udah deh, gue hapus aja akun X. Udah lama juga sebenarnya pengin cabut dari situ, cuma nunggu momen aja," tulis Ernest dalam Instagram Story-nya, mengakhiri keberadaannya di platform yang dulu menjadi tempat interaksinya dengan publik.

Langkah ini bukan kali pertama dilakukan figur publik. Ernest hanya menjadi satu dari sekian tokoh yang merasa X kini berubah drastis, khususnya sejak diakuisisi oleh miliarder Elon Musk. Banyak yang menilai platform tersebut makin identik dengan ujaran kebencian, disinformasi, dan tekanan sosial digital yang tak lagi sehat.

Platform X milik Elon Musk, Dari Forum Wacana ke Ladang Serangan, Elon Musk dan Kebijakan “Kebebasan Ekspresi Maksimal”, Tren Figur Publik Meninggalkan X, Tanda Bahaya bagi X?, Ernest Prakasa: Alarm untuk Refleksi Digital

Platform X milik Elon Musk

Dari Forum Wacana ke Ladang Serangan

Twitter dulunya dikenal sebagai ruang diskusi publik yang aktif dan cepat merespons isu-isu terkini. Namun sejak resmi diambil alih Elon Musk pada akhir 2022, transformasi besar terjadi, mulai dari perubahan logo menjadi “X”, perubahan kebijakan moderasi konten, hingga pemutusan banyak tim kerja yang dulunya menangani misinformasi dan keamanan pengguna.

Alhasil, pengguna yang terbiasa berdiskusi kini merasa ruang itu makin tidak aman. "Twitter sekarang bukan tempat diskusi, tapi arena gladiator," ujar seorang pengguna dalam forum Reddit yang membahas kepergian Ernest Prakasa.

Banyak netizen Indonesia juga mengaku mulai membatasi aktivitasnya di X karena lingkungannya makin kasar dan penuh polarisasi.

Elon Musk dan Kebijakan “Kebebasan Ekspresi Maksimal”

Salah satu kebijakan paling kontroversial Elon Musk adalah pendekatan “absolut freedom of speech” alias kebebasan berbicara tanpa batas. Akibatnya, banyak akun yang sebelumnya diblokir karena ujaran kebencian atau hoaks, kini diizinkan kembali aktif.

Musk juga memperkenalkan sistem verifikasi berbayar, yang menyebabkan membanjirnya akun-akun anonim dengan tanda centang biru. Ini turut memperburuk persepsi pengguna terhadap kredibilitas dan keamanan platform.

Kasus seperti yang dialami Ernest menunjukkan bahwa pengguna yang menyampaikan opini, bahkan yang bersifat kritik kebijakan, bisa langsung diserbu ribuan komentar negatif yang tak jarang mengarah ke perundungan digital.

Tren Figur Publik Meninggalkan X

Tak hanya Ernest, beberapa figur publik lain juga memilih mundur dari X dalam setahun terakhir. Raditya Dika, misalnya, lebih aktif di YouTube dan Instagram karena merasa interaksi di X tak lagi konstruktif. Penulis dan aktivis digital lainnya juga lebih memilih platform seperti Threads, Mastodon, atau bahkan kembali ke blog pribadi.

Tren ini juga terjadi secara global. Aktor dan musisi dunia seperti Elton John, Gigi Hadid, hingga Whoopi Goldberg pernah menghapus akun X karena alasan serupa.

Tanda Bahaya bagi X?

Meskipun jumlah pengguna X masih besar, tren eksodus figur publik dan trust yang menurun menjadi sinyal bahaya bagi masa depan platform tersebut. Dalam dunia digital, persepsi adalah segalanya — jika X terus dianggap sebagai tempat toksik, maka bukan tak mungkin akan ditinggalkan oleh generasi berikutnya.

Ernest Prakasa: Alarm untuk Refleksi Digital

Kasus Ernest menjadi pengingat bahwa media sosial bukan sekadar tempat berbagi opini, tapi juga arena pertaruhan kesehatan mental. Di tengah derasnya arus komentar, warganet dan platform sama-sama punya tanggung jawab menciptakan ruang digital yang sehat.

Ernest sendiri kini memilih rehat dari X dan juga Threads, menandakan bahwa tantangan bukan hanya di satu platform, tapi di kultur digital itu sendiri. Mungkin sudah waktunya kita semua berkaca, apakah media sosial masih memberi manfaat, atau justru menggerus sisi kemanusiaan kita?.