Elon Musk Makin Kaya Lantaran Tesla Gelontorkan Saham Sebesar Rp474 Triliun

Tesla kembali membuat gebrakan dengan memberikan paket saham baru senilai $29 miliar atau sekitar Rp474 triliun kepada CEO-nya, Elon Musk. Pemberian ini bertujuan untuk memastikan Musk tetap menjabat sebagai pimpinan perusahaan hingga setidaknya tahun 2027, sekaligus menjadi kompensasi atas paket gaji sebelumnya senilai $50 miliar yang dibatalkan oleh pengadilan tahun lalu.
Mengapa Paket Saham Ini Diberikan?

Logo mobil listrik Tesla
Keputusan ini diambil setelah pengadilan Delaware membatalkan paket kompensasi Musk tahun 2018. Pengadilan menilai ada kelemahan dalam proses persetujuan dewan dan merasa tidak adil bagi para investor. Guna mengatasi masalah ini dan menjaga fokus Musk pada Tesla di tengah banyaknya usaha lain yang ia jalankan, sebuah komite khusus dibentuk. Komite ini yakin bahwa paket saham baru ini akan menjadi insentif yang kuat.
Selain itu, paket saham ini juga secara bertahap akan meningkatkan hak suara Musk di dewan direksi. Sebagai pemegang saham terbesar dengan 13% saham, langkah ini akan semakin memperkuat posisinya di perusahaan.
Syarat dan Kondisi Paket Saham
Paket saham ini tidak bisa langsung dimiliki oleh Musk. Saham tersebut baru akan menjadi miliknya jika ia tetap memegang posisi kepemimpinan hingga tahun 2027. Setelah itu, ada periode lima tahun di mana ia harus menahan saham tersebut, kecuali untuk keperluan pajak atau pembayaran harga pembelian. Menariknya, jika banding Musk terkait paket kompensasi 2018 berhasil, paket saham yang baru ini akan hangus atau dikurangi nilainya.
Tantangan yang Dihadapi Tesla
Terlepas dari berita paket saham ini, Tesla menghadapi beberapa tantangan serius. Nilai saham perusahaan telah menurun, dan di tengah hal tersebut, Musk sempat menjadi penasihat untuk Presiden Donald Trump, yang menurut laporan Reuters, menyebabkan loyalitas merek Tesla menurun drastis.

Tesla Cybertruck
Perusahaan juga dikritik karena strategi Musk yang lebih berfokus pada robotika dan kendaraan otonom, sementara pembaruan pada lini kendaraan tradisional sangat minim. Layanan ride-sharing otonom mereka di Austin, Texas, juga dianggap tertinggal dari kompetitor seperti Waymo.
Belum lagi, sistem bantuan pengemudi Tesla baru-baru ini dinyatakan oleh juri federal sebagai salah satu penyebab kecelakaan fatal pada tahun 2019. Penurunan penjualan pada kuartal kedua juga menjadi perhatian, apalagi dengan potensi hilangnya insentif kendaraan listrik di bawah pemerintahan Trump yang baru. Tesla juga mungkin kehilangan pendapatan penting dari penjualan kredit emisi, karena EPA pimpinan Trump menghapus denda untuk ketidakpatuhan standar efisiensi.