Tingkat Konsumsi Antara Kaya dan Miskin di Indonesia Timpang, Kelas Menengah Ke Bawah di Perkotaan Makin ‘Ngirit’

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat rata-rata pengeluaran penduduk miskin di perkotaan semakin kecil.
Deputi Bidang Statistik Sosial BPS Ateng Hartono menyebut hal itu tercermin dari naiknya indeks kedalaman kemiskinan atau poverty gap index (P1) di wilayah perkotaan pada Maret 2025 dibandingkan dengan kondisi September 2024.
Indeks kedalaman kemiskinan pada Maret 2025 di perkotaan mengalami peningkatan.
“Jadi jaraknya terhadap garis kemiskinan, pengeluaran kemiskinan itu semakin mengalami agak jauh meningkat." ujar Ateng dalam konferensi pers virtual, Jumat (25/7).
Adapun indeks kedalaman kemiskinan P1 mengukur rata-rata kesenjangan pengeluaran penduduk miskin terhadap garis kemiskinan.
Semakin tinggi nilainya, semakin besar rata-rata kekurangan pengeluaran penduduk miskin dibanding batas minimum kebutuhan dasar.
Data BPS menunjukkan P1 di perkotaan naik dari 1,364 pada September 2024 menjadi 1,365 pada Maret 2025. Sebaliknya, di pedesaan justru mengalami penurunan dari 0,981 menjadi 1,061.
Hal ini mengindikasikan kesenjangan pengeluaran penduduk miskin desa sedikit menyempit. BPS juga menunjukkan ketimpangan konsumsi antar kelompok penduduk masih tetap lebar.
Kelompok 20 persen penduduk terkaya menyumbang 45,56 persen dari total pengeluaran nasional per Maret 2025.
Angka ini turun jika dibandingkan pada September 2024 sebesar 46,24 persen dan juga lebih rendah dari 45,91 persen pada Maret 2024.
Sementara itu, kelompok 40 persen penduduk terbawah, yang mencerminkan lapisan masyarakat termiskin, mencatatkan porsi pengeluaran sebesar 18,65 persen per Maret 2025. Angka ini naik dari 18,41 persen pada September 2024 dan 18,40 persen pada Maret 2024.
Di wilayah perkotaan, ketimpangan bahkan lebih mencolok. Penduduk kaya menguasai 47,38 persen dari total pengeluaran, sementara kelompok miskin hanya 17,64 persen pada Maret 2025.
Artinya, kelompok 20 persen terkaya di perkotaan menghabiskan hampir tiga kali lipat dari total pengeluaran 40 persen penduduk termiskin. Konsumsi Indonesia masih dinikmati mayoritas oleh segelintir orang kaya. (Knu)