Tahun Baru Bersamaan, Apa Bedanya Kalender Jawa dan Kalender Hijriah?

Tahun baru Islam, kalender Hijriyah, 1 Suro, kalender Jawa, Kalender Jawa, Tahun Baru Islam, kalender jawa, kalender hijriyah, Tahun Baru Bersamaan, Apa Bedanya Kalender Jawa dan Kalender Hijriah?, Sejarah Kalender Jawa: Perpaduan Dua Sistem, Awal Tahun Sama, tapi Sistem Penanggalan Berbeda, Nama Bulan dalam Kalender Jawa, Nama Bulan dalam Kalender Hijriah, Perbedaan Tahun dan Penentuan Waktu

Tahun baru Islam 1 Muharram 1447 H jatuh pada Jumat, 27 Juni 2025.

Menariknya, awal tahun dalam kalender Hijriyah ini juga bertepatan dengan 1 Suro 1959 yang merupakan tahun baru dalam kalender Jawa.

Meski dimulai pada hari yang sama, banyak masyarakat yang masih mengira bahwa kalender Hijriah dan kalender Jawa adalah satu sistem.

Padahal, kedua sistem penanggalan itu punya perbedaan yang cukup mendasar.

Lalu, apa saja perbedaan kalender Hijriah dan kalender Jawa? Simak penjelasan berikut.

Sejarah Kalender Jawa: Perpaduan Dua Sistem

Peneliti Sastra dan Budayawan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Indonesia (FIB UI) Dr. Sunu Wasono menjelaskan, kalender Jawa lahir pada masa pemerintahan Sultan Agung Hanyokrokusumo dari Kerajaan Mataram.

Sultan Agung menciptakan sistem penanggalan baru dengan menggabungkan kalender Islam (Hijriah) dan kalender Saka yang berasal dari tradisi Hindu India.

Tujuan penggabungan ini adalah untuk menyatukan masyarakat Jawa yang saat itu masih menggunakan kalender Saka, dengan kalangan santri yang berpegang pada kalender Hijriah.

Strategi ini juga menjadi bagian dari upaya Sultan Agung memperkuat legitimasi politik dan budaya Kerajaan Mataram.

“(Kalender Jawa) Gabungan dari tahun Saka dan Islam, kalau dirunut bermula dari Sultan Agung (Sultan Agung Hanyokrokusumo), dan itu dianggap sebagai sebuah keberhasilan karena memadukan dua tradisi besar, yaitu Islam dan Saka menjadi tahun Jawa,” kata Sunu, dikutip dari Kompas.com, Rabu (25/6/2025).

Awal Tahun Sama, tapi Sistem Penanggalan Berbeda

Meski kalender Jawa dan Hijriah sama-sama memulai tahun barunya pada tanggal yang sama, yakni 1 Muharram atau 1 Suro, sistem perhitungannya berbeda.

Kalender Hijriah murni menggunakan sistem lunar (berdasarkan peredaran bulan).

Awal bulan ditentukan berdasarkan penampakan hilal atau bulan sabit pertama setelah matahari terbenam.

Sementara itu, kalender Jawa menggabungkan sistem lunar dan solar dengan aturan baku: bulan ganjil terdiri dari 30 hari dan bulan genap terdiri dari 29 hari.

Kalender Jawa juga mempertahankan hitungan tahun dari kalender Saka.

Itulah mengapa kalender Jawa tidak dimulai dari tahun 1, melainkan dari tahun 1555 Saka.

Nama Bulan dalam Kalender Jawa

Kalender Jawa terdiri dari 12 bulan dalam satu tahun.

Nama-nama bulan ini banyak diambil dari istilah Arab, namun telah disesuaikan dengan pelafalan Jawa. Sebagian lainnya berasal dari bahasa Sanskerta dan lokal.

Kalender Jawa juga tetap mempertahankan warisan budaya lokal seperti sistem hari pasaran: Legi, Pahing, Pon, Wage, dan Kliwon.

Sistem ini masih digunakan masyarakat Jawa hingga kini untuk menentukan hari baik dalam berbagai kegiatan penting seperti pernikahan, pindah rumah, atau memulai usaha.

Berikut adalah daftar bulan dalam kalender Jawa beserta jumlah harinya:

  1. Sura – 30 hari
  2. Sapar – 29 hari
  3. Mulud (Rabingulawal) – 30 hari
  4. Bakda Mulud (Rabingulakir) – 29 hari
  5. Jumadil Awal – 30 hari
  6. Jumadil Akhir – 29 hari
  7. Rejeb – 30 hari
  8. Ruwah (Arwah, Saban) – 29 hari
  9. Pasa (Puwasa, Siyam, Ramelan) – 30 hari
  10. Sawal – 29 hari
  11. Séla (Dulkangidah, Apit) – 30 hari
  12. Besar (Dulkahijjah) – 29 atau 30 hari

Penamaan bulan ini tidak lepas dari nilai-nilai budaya dan keagamaan.

Misalnya, “Pasa” berasal dari kata "puasa" yang merujuk pada bulan Ramadhan, sedangkan “Mulud” berkaitan dengan Maulid Nabi Muhammad SAW.

Bulan “Ruwah” juga memiliki kaitan dengan tradisi menyambut arwah leluhur menjelang Ramadan.

Nama Bulan dalam Kalender Hijriah

Sementara itu, kalender Hijriah merupakan sistem lunar (kamariah) murni, yang terdiri dari 354 atau 355 hari.

Awal bulan ditandai dengan kemunculan hilal (bulan sabit muda) dan pertengahan bulan biasanya ditandai dengan bulan purnama (ayyamul bidh).

Berikut daftar nama-nama bulan dalam kalender Hijriah:

  1. Muharram
  2. Safar
  3. Rabiul Awal
  4. Rabiul Akhir
  5. Jumadil Awal
  6. Jumadil Akhir
  7. Rajab
  8. Sya’ban
  9. Ramadhan
  10. Syawal
  11. Dzulqa’dah
  12. Dzulhijjah

Bulan-bulan tersebut juga memiliki makna spiritual yang kuat dalam Islam, seperti Ramadhan sebagai bulan puasa dan Dzulhijjah sebagai bulan pelaksanaan ibadah haji.

Perbedaan Tahun dan Penentuan Waktu

Kalender Hijriah dimulai dari peristiwa hijrah Nabi Muhammad SAW dari Mekkah ke Madinah, sedangkan kalender Jawa dimulai dari 1 Suro 1555 Saka, hasil perpaduan antara Hijriah dan Saka.

Karena perbedaan sistem perhitungan tersebut, pada tanggal 27 Juni 2025, kalender Hijriah mencatatkan 1 Muharram 1447 H, sedangkan kalender Jawa mencatatkan 1 Suro 1959.

Meskipun memiliki tanggal awal tahun yang sama, kalender Hijriah dan kalender Jawa berbeda dalam sistem dan asal-usulnya.

Kalender Hijriah murni berbasis peredaran bulan, sedangkan kalender Jawa merupakan hasil akulturasi antara tradisi Hindu dan Islam yang dikembangkan oleh Sultan Agung.

Sebagian artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul .