Perang Iran-Israel Berlanjut, Pakar Sarankan Pemerintah Realokasi Anggaran Tutupi Subsidi BBM

Perang Iran-Israel Berlanjut, Pakar Sarankan Pemerintah Realokasi Anggaran Tutupi Subsidi BBM

IRAN dan Israel mengumumkan gencatan senjata, setelah 12 hari saling serang dengan kekuatan militer. Namun, gencatan senjata bisa saja diingkari kedua negara tersebut. Jika, perang antara Iran dan Israel kembali terjadi, dampak yang kurang sedap akan dirasakan ekonomi Indonesia. Pengamat Ekonomi dari Center of Economic and Law Studies (Celios) Nailul Huda mengatakan, saat perang Iran dan Israel berlanjut, akan terjadi kenaikan harga minyak dunia dan berimbas pada minyak Indonesia. Tapi lebih parahnya lagi, kalau perang itu berlanjut dan Iran nekat menutup Selat Hormuz, harga minyak dunia bisa merangkak naik bisa tembus USD 100 per barel. "Hal yang paling pasti yakni kenaikan harga minyak tetap, tapi tidak setinggi ketika Selat Hormuz ditutup," kata Yuda saat menjawab Merahputih.com, Rabu (25/6). Maka jelas, kata dia, kenaikan harga minyak dunia itu memberikan dampak besar pada anggaran negara. Lonjakan harga minyak dunia secara otomatis memengaruhi struktur anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN). Defisit anggaran terancam melebar dan alokasi anggaran subsidi energi bisa meningkat untuk menjaga stabilitas harga domestik. "Jika harga minyak bumi meningkat hingga USD 100 per barel, akan terjadi biaya subsidi yang meningkat," tuturnya.

Solusinya, kata dia, pemerintah meningkatkan subsidi energi agar inflasi tetap terkendali. Menurutnya, pemerintah tidak memiliki banyak pilihan kecuali melakukan penyesuaian dan realokasi anggaran

"Menteri Keuangan tetap harus realokasi anggaran untuk menutup subsidi bbm," tutupnya. (Asp)