Perang Iran-Israel Meletus, Fasilitas Nuklir Jadi Target, AS Dituding Diam-diam Tahu

Ketegangan kawasan Timur Tengah melonjak tajam setelah Israel melakukan serangan udara ke sejumlah titik strategis di Iran pada Jumat (13/6/2025).
Pemerintah Iran menyebutkan, gempuran itu sebagai "deklarasi perang" yang tidak bisa dibiarkan tanpa respons.
Tel Aviv dilaporkan menggempur sekitar 100 lokasi, termasuk fasilitas penting pengayaan uranium di Natanz.
Serangan ini menyebabkan sejumlah pejabat tinggi Iran tewas, termasuk Kepala Staf Angkatan Bersenjata Mohammad Bagheri dan Kepala Garda Revolusi Hossein Salami.
Beberapa ilmuwan nuklir juga disebut menjadi korban.
"Israel akan menghadapi konsekuensi pahit dan menyakitkan atas serangan tersebut," ujar Pemimpin Tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei dalam pernyataan resminya, dikutip , Sabtu (14/6/2025).
Sistem pertahanan udara Israel

Pecahan rudal Iran meninggalkan jejak kobaran api di langit Nablus, Tepi Barat, Palestina, setelah serangan tersebut dicegat oleh pertahanan udara Israel pada Jumat, 13 Juni 2025. Perang Israel-Iran belakangan ini terus memanas.Ia juga telah menunjuk pejabat pengganti bagi tokoh-tokoh yang gugur. Seorang penasihat seniornya turut dilaporkan terluka.
Dalam waktu singkat, Iran merespons dengan meluncurkan sekitar 100 drone menuju wilayah Israel.
Sistem pertahanan udara Israel disebut berhasil mencegat sebagian besar serangan tersebut.
Yordania bahkan menyatakan telah menembak jatuh beberapa pesawat dan rudal yang masuk ke wilayah udaranya.
Menteri Luar Negeri Iran Abbas Araghchi mendesak Dewan Keamanan PBB untuk segera mengambil sikap.
"Ini adalah deklarasi perang," tegasnya, seperti dikutip dari kantor berita AFP.
Pernyataan Donald Trump

Presiden Amerika Serikat Donald Trump saat berbicara di Oval Office Gedung Putih, Washington DC, 5 Mei 2025.Sementara itu, Amerika Serikat menolak keterlibatan langsung dalam operasi militer Israel.
Namun Presiden AS Donald Trump mengaku sudah mengetahui rencana tersebut sebelumnya.
Ia menegaskan bahwa Iran tidak boleh dibiarkan mengembangkan senjata nuklir.
"Iran tidak boleh punya senjata nuklir," tegas Trump dalam wawancara dengan Fox News.
Meski begitu, ia juga memperingatkan Iran agar tidak menyasar kepentingan atau personel AS.
Di sisi lain, Iran menilai AS tetap harus bertanggung jawab atas dampak serangan yang terjadi.
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menyatakan bahwa serangan tersebut ditujukan untuk menghentikan program nuklir Iran, yang menurutnya tidak dapat dihentikan dengan cara biasa.
Ketegangan Iran-Israel
Ia juga menegaskan bahwa operasi militer akan berlanjut selama dibutuhkan.
"Serangan tepat sasaran terhadap para komandan senior mengirimkan pesan yang jelas bahwa siapa pun yang berupaya menghancurkan Israel akan dihapuskan," kata Menteri Pertahanan Israel, Israel Katz.
Di luar medan konflik, dampak serangan mulai terasa pada ekonomi global.
Harga minyak mentah naik tajam, sementara indeks pasar saham internasional berada di bawah tekanan.
Petugas pemadam kebakaran Israel berdiri di samping mobil yang hancur akibat serangan rudal Iran di Ramat Gan, pinggiran Tel Aviv, Jumat, 13 Juni 2025. Perang Israel-Iran terus berkecamuk dan kedua kubu saling balas.
AS dilaporkan telah menarik sejumlah personelnya dari Timur Tengah sebagai langkah antisipatif terhadap kemungkinan konflik besar.
Diketahui, ketegangan antara Iran dan Israel sudah berlangsung sejak lama.
Hubungan kian memburuk sejak pecahnya perang di Gaza pada 2023.
Dukungan Iran terhadap kelompok seperti Hezbollah di Lebanon dan Houthi di Yaman turut memperkeruh situasi.
Badan Energi Atom Internasional (IAEA) juga kembali menuding Iran melanggar perjanjian nuklir internasional. Iran membalas tuduhan itu dengan menyebut resolusi IAEA sebagai bentuk tekanan ekstremis.
"Kami akan membangun fasilitas pengayaan baru di tempat yang lebih aman," ujar Kepala Organisasi Energi Atom Iran, Mohammad Eslami.
Iran kini memperkaya uranium hingga kemurnian 60 persen, angka yang jauh di atas batas 3,67 persen yang ditetapkan dalam perjanjian nuklir 2015, namun masih di bawah 90 persen yang dibutuhkan untuk senjata nuklir.