4 Aktivitas Bonding Time Anak Sesuai Usia, Sensory Play hingga Puzzle

Ada banyak aktivitas bonding time yang bisa dilakukan orangtua bersama anak, mulai dari main pasir di pantai, lari-larian di taman, sampai main puzzle di ruang tamu.
Namun, belum tentu setiap anak cocok melakukan deretan kegiatan tersebut. Lantas, bagaimana cara mengetahui aktivitas yang ideal untuk bonding time dengan anak?
“Aktivitas yang paling ideal kalau aktivitas yang dilakukan itu sesuai dengan kebutuhan anak pada saat itu. Bisa jadi, aktivitas ideal hari ini beda dengan aktivitas ideal enam bulan lagi,” terang Co-founder BN Montessori, psikolog Pritta Tyas, M.Psi. di Decathlon Pondok Indah, Jakarta Selatan, Kamis (26/6/2025).
Aktivitas bonding time anak yang ideal
1. Sensory play

Sensory play, seperti mengajak anak mencampuradukkan beberapa bahan atau belajar memasak, termasuk aktivitas bonding time.
Pada beberapa kasus, kebutuhan terbesar pada anak-anak berusia di bawah empat tahun adalah sensory play.
Sensory play adalah kegiatan bermain yang dapat merangsang anak menggunakan kelima inderanya yakni penglihatan, penciuman, pendengaran, sentuhan, dan perasa.
Ketika menggunakan kelima inderanya untuk bermain, anak akan mempelajari dunia di sekitarnya dan membuat koneksi. Otak mereka akan membuat memori tentang benda yang dipakainya, dan mencoba keterampilan baru.
“Makanya kenapa (beberapa anak) semua (barang berisi) air ditumpahin. Waktu itu pernah anak saya maunya minum, tapi dari mangkuk. Kalau kondisi anaknya begitu, berarti bonding time yang tepat, kita menyesuaikan kebutuhannya,” kata Pritta.
Misalnya adalah mengajak anak belajar memasak, seperti mengajak mereka mencampurkan tepung dengan produk lainnya. Ini merupakan salah satu kegiatan yang termasuk sensory play.
“Ketika kita melihat ada kebutuhan anak untuk, apa yang dia pegang atau dimakan, dipakai sebagai mainan, berarti ada kebutuhan untuk sensory play. Ya sudah, berarti itu bonding time yang tepat,” papar Pritta.
2. Pretend play

Pretend play termasuk aktivitas bonding orangtua dan anak. Orangtua bisa bercerita dengan alat seadanya, tak harus membeli mainan mahal.
Untuk anak yang suka berbicara dan bertanya, artinya perkembangan bahasa menjadi fokus dalam perkembangan mereka. Salah satu kegiatan yang bisa dilakukan adalah pretend play.
Pritta mengatakan, orangtua tidak harus memiliki permainan anak yang mahal untuk melakukan pretend pay. Apa pun yang dimiliki di rumah bisa dimanfaatkan.
Pretend play juga tidak perlu dilakukan di luar rumah atau di tempat-tempat khusus. Sekadar bermain di kasur pun bisa.
“Saya pernah dengan anak pura-pura mainan roket luar angkasa pakai selimut. Di situ, mereka menciptakan cerita, kita enggak menginstruksi ceritanya,” ucap dia.
Ketika orangtua membiarkan anak berkreasi dengan cerita apa pun yang dituturkan saat pretend play, dan ikut terlibat dalam cerita itu, anak merasa bahwa ayah dan ibunya seru karena memahaminya.
3. Lakukan sesuatu yang baru
Untuk anak berusia lima tahun ke atas, aktivitas bonding time yang bisa dicoba adalah excitement seeking.
Untuk anak berusia lima tahun ke atas, kegiatan yang termasuk sensory play dan pretend play mungkin sudah kurang efektif.
Orangtua bisa melakukan sesuatu yang baru, seperti membawa anak ke tempat yang pernah dikunjungi, tetapi dengan cara yang tidak seperti biasanya atau disebut excitement seeking.
Pritta pernah mencoba cara ini. Ia mengajak anaknya mengunjungi mal yang biasanya dikunjungi pakai mobil, tapi kali ini jalan kaki selama sekitar 20 menit lewat rute yang berbeda.
“Itu berkesannya luar biasa, padahal sekadar jalan kaki. Tapi, itu di luar rutinitas dan di tempat yang baru. Ternyata itu memorable banget untuk anak,” ucap dia.
4. Main puzzle

Bermain puzzle termasuk aktivitas bonding time untuk anak yang cenderung pendiam, tapi gemar berpikir secara logika.
Apabila anak termasuk pendiam atau tidak terlalu suka berbicara dan tidak begitu banyak aktivitas fisik, tetapi bisa berkonsentrasi saat memainkan permainan yang menggunakan logika, ini dinamakan dengan open-ended play.
Orangtua bisa memberikan permainan seperti puzzle. Meskipun anak jarang berbicara sepanjang bermain, tapi kegiatan ini tetap tergolong sebagai bonding time jika orangtua ikut bermain bersama.
Kesimpulannya, ayah dan ibu harus punya kemampuan untuk mengenali, memahami, dan membaca apa yang dibutuhkan anak untuk menentukan aktivitas bonding time yang ideal.