Belum Menikah Sesuai Target Usia? Ini Cerita Anak Muda Hadapi Tekanan dan Ekspektasi

anak muda, pernikahan, Target menikah umur berapa, target menikah, anak muda menunda menikah, anak muda menunda pernikahan, anak muda tunda menikah, anak muda tunda pernikahan, target menikah umur berapa, target nikah umur berapa, Belum Menikah Sesuai Target Usia? Ini Cerita Anak Muda Hadapi Tekanan dan Ekspektasi

Di tengah tuntutan hidup yang makin kompleks dan biaya hidup yang tinggi, banyak anak muda memilih menunda pernikahan.

Menikah tak lagi dianggap sekadar urusan usia, tetapi soal kesiapan, kestabilan, dan kesadaran penuh dalam membangun rumah tangga.

Fenomena ini tergambar dalam data terbaru Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil (Dukcapil) Jakarta.

Dari total (7.78 juta (7.781.073) penduduk Jakarta berusia 19 tahun ke atas, sebanyak 2,09 juta (2.098.685) jiwa tercatat belum menikah, terdiri dari 1,2 juta (1.201.827) laki-laki dan 896.858 perempuan.

Kepala Dukcapil DKI Jakarta, Denny Wahyu Haryanto mengatakan, alasan ekonomi menjadi faktor dominan penundaan pernikahan.

"Aktivitas yang tinggi di Jakarta dikarenakan kebutuhan ekonomi, persaingan secara umum, karier hingga pendidikan. Hal ini berimplikasi terhadap penundaan pernikahan hingga sampai pada masalah enggan untuk menikah," ujar Denny, dikutip dari Antara, Senin (28/7/2025).

Namun, di balik statistik itu, ada beragam kisah anak muda yang memiliki pandangan berbeda tentang waktu ideal menikah dan bagaimana menyikapi realita ketika target usia tak tercapai.

Target menikah umur berapa?

Ada yang terencana, ada pula yang fleksibel

anak muda, pernikahan, Target menikah umur berapa, target menikah, anak muda menunda menikah, anak muda menunda pernikahan, anak muda tunda menikah, anak muda tunda pernikahan, target menikah umur berapa, target nikah umur berapa, Belum Menikah Sesuai Target Usia? Ini Cerita Anak Muda Hadapi Tekanan dan Ekspektasi

Saat target usia menikah tak tercapai, Bernath, Putri, dan Desy memilih refleksi dan penerimaan. Ini cerita mereka selengkapnya.

Karyawan swasta di Jakarta, Bernath (24) termasuk orang yang telah menetapkan target usia menikah. Menurutnya, usia 27–29 tahun sebagai waktu ideal untuk membangun keluarga.

“Untuk target menikah aku sebetulnya di usia 27 sampai 29 tahun,” kata Bernath kepada Kompas.com, Rabu (23/7/2025).

Berbeda dengan Bernath, Putri (24), karyawan swasta di sebuah perusahaan di Jakarta, lebih fleksibel dalam menentukan waktu menikah.

Ia menyebutkan kisaran usia 27–29 tahun sebagai harapan, tapi tidak menjadikannya patokan.

“Dariku tidak ada spesifikasi kapan aku harus menikah. Namun, targetnya mungkin di usia 27–29 tahun,” ujar Putri saat diwawancarai Kompas.com, Selasa (22/7/2025).

Sementara itu, Desy (23), pekerja paruh waktu di Jakarta, menyebut harapan menikahnya tidak lebih dari usia 30 tahun.

“Aku enggak punya spesifikasi ya di umur berapa untuk menikah. Tapi harapannya bisa menikah gak lebih dari umur 30 tahun,” kata Desy saat dihubungi Kompas.com, Rabu (23/7/2025).

Meski begitu, ia mengaku cukup fleksibel dan tak punya keharusan menikah pada usia tertentu.

Bagaimana jika belum menikah saat usia sesuai target?

Bahan evaluasi dan penerimaan

anak muda, pernikahan, Target menikah umur berapa, target menikah, anak muda menunda menikah, anak muda menunda pernikahan, anak muda tunda menikah, anak muda tunda pernikahan, target menikah umur berapa, target nikah umur berapa, Belum Menikah Sesuai Target Usia? Ini Cerita Anak Muda Hadapi Tekanan dan Ekspektasi

Saat target usia menikah tak tercapai, Bernath, Putri, dan Desy memilih refleksi dan penerimaan. Ini cerita mereka selengkapnya.

Walaupun memiliki target usia menikah, realita bisa saja tidak berjalan sesuai dengan rencana.

Bernath mengakui, jika sampai waktu yang ditentukan dirinya belum menikah, hal tersebut akan menjadi bahan evaluasi dirinya bersama dengan pasangannya.

“Cukup menjadi masalah sih, karena kasihan juga nanti sama pasanganku kalau terlalu lama karena kita sudah cukup lama juga menjalin hubungan,” ucap Bernath.

“Mungkin harus dipertimbangkan kembali kalau tidak sesuai target dan evaluasi kenapa masih belum bisa sesuai target menikah,” sambungnya. 

Sementara itu, Putri memilih untuk lebih tenang menghadapi kemungkinan target menikah tak terpenuhi.

Ia percaya waktu terbaik untuk menikah bisa saja tidak sesuai dengan rencana manusia.

“Aku akan mencoba menerima dengan lapang dada. Target memang penting, tapi aku juga percaya bahwa waktu terbaik itu bukan selalu sesuai rencana kita,” ucapnya.

Baginya target usia memang bisa dijadikan acuan untuk dirinya dan pasangan. Namun, ia percaya rencana Tuhan lebih baik dan ia memilih untuk menyiapkan diri jika belum menikah di usia sesuai target.

“Terkadang Tuhan yang lebih tahu kapan saat yang tepat, jadi tetap usaha membekali diri juga,” tutur dia.

Di sisi lain, Desy mengakui, situasi tersebut bisa menjadi pemicu rasa cemas dan tidak percaya diri.

“Aku tipe orang yang gampang down dan insecure, mungkin kalau aku belum menikah padahal usianya sudah sesuai target, semoga saja bisa tetap melaluinya,” ujarnya.

Meski begitu, ia sudah menyiapkan strategi untuk menjaga kesehatan mentalnya. Desy memilih untuk tetap aktif mengikuti kegiatan, misalnya di komunitas, demi bisa menyibukkan diri dan tidak terlalu berlarut dengan rasa tidak percaya dirinya.

“Kalaupun tidak sesuai target, aku harus aktif ikut kegiatan di luar rumah, baik komunitas atau kelompok lain sesuai minat. Tujuannya supaya enggak stres dan down lagi,” kata Desy. 

Menikah tak bisa dipaksa waktu

Pernikahan itu soal kesiapan menyeluruh

Cerita tiga anak muda ini menunjukkan bahwa waktu menikah bukan semata soal mengejar usia atau menyesuaikan dengan standar sosial.

Mereka sepakat bahwa pernikahan butuh kesiapan secara menyeluruh, bukan hanya finansial, tapi juga mental, emosional, dan spiritual.

Menunda menikah bukan berarti takut atau gagal. Bagi mereka, hal ini adalah bagian dari perjalanan menuju versi terbaik diri sendiri sebelum akhirnya menjalani kehidupan rumah tangga yang utuh dan penuh kesadaran.