CEO Perplexity Minta Anak Muda Jangan Kebanyakan Main Instagram

CEO Perplexity, anak muda, Instagram, scrolling, medsos, instagram, Arvind Srinivas, CEO Perplexity Minta Anak Muda Jangan Kebanyakan Main Instagram

CEO Perplexity AI, Aravind Srinivas mengimbau anak-anak muda agar tidak kecanduan main Instagram. Menurut dia, kebiasaan scrolling medsos sampai lupa waktu tidak memberikan manfaat apapun dan menyia-nyiakan waktu produktif. 

Dalam video wawancara bersama seorang Tech Enthusiast Matthew Berman, belum lama ini, Srinivas secara khusus menyoroti kebiasaan "doomscrolling" yang makin marak terjadi kalangan pengguna muda.

Kebiasaan anak muda yang suka berlama-lama di depan layar ponsel menurutnya adalah bentuk pemborosan waktu.

Srinivas menilai, waktu luang tersebut sebaiknya diisi dengan kegiatan bermanfaat seperti mempelajari AI.

Ia menilai, di masa depan, dunia kerja akan lebih banyak mengandalkan teknologi AI dibandingkan manusia. Oleh karena itu, manusia diharapkan bisa mengimbangi kemampuan mereka supaya perannya tidak "tergeser" oleh AI.

Jadi, alih-alih menjadi pengguna AI, Srinivas berharap agar anak-anak muda bisa beralih menjadi pelaku di industri AI. Artinya, tidak hanya sekadar memakai AI sebagai alat bantu, tapi juga memahami cara kerja dan peluang agar bisa bermanfaat di masa depan.

"Kurangi doomscrolling di Instagram; mulai luangkan waktu untuk menggunakan AI," kata Srinivias, sebagaimana dikutip KompasTekno dari Times of India, Minggu (27/7/2025).

Terancam tertinggal dan kehilangan pekerjaan

Dalam wawancaranya, Srinivas menegaskan bahwa seseorang yang tidak bisa beradaptasi dengan perkembangan teknologi AI, terancam tertinggal bahkan terpinggirkan dari "pasar" dunia kerja.

Dalam konteks ini, jika anak-anak muda lebih memilih menghabiskan waktu untuk scrolling media sosial ketimbang belajar AI, mereka diperkirakan bisa tertinggal dari yang sudah lebih dulu menguasai AI.

"Orang-orang yang benar-bernar berada di garis depan penggunaan AI akan jauh lebih mudah dipekerjakan dibandingan mereka yang tidak. Itu sudah pasti akan terjadi," jelas Srinivas.

CEO Perplexity, anak muda, Instagram, scrolling, medsos, instagram, Arvind Srinivas, CEO Perplexity Minta Anak Muda Jangan Kebanyakan Main Instagram

Ilustrasi AI

Lebih lanjut, Srinivas juga menyoroti soal cepatnya perkembangan teknologi AI saat ini.  Menurutnya, hanya dalam waktu tiga sampai enam bulan, arah dan bentuk AI bisa berubah drastis.

"Manusia tidak pernah secepat ini dalam beradaptasi," ujar Srinivas. 

CEO Perplexity itu juga memproyeksikan bahwa anak-anak muda yang tidak bisa memanfaatkan AI dengan optimal, akan menghadapi risiko besar. Salah satunya yaitu kehilangan pekerjaan.

Menurut dia, di masa depan akan ada sejumlah posisi yang tergeser karena diotomatisasi oleh AI. Jika mereka gagal mnegikuti perkembangan ini, kemungkinan besar bisa terdampak.

AI bisa bangun peluang 

Kendati demikian, Srinivas tidak ingin kondisi ini dilihat sebagai "ancaman" semata. Menurut dia, di balik dampak negatif AI yang bisa menggeser peran pekerja ternyata juga bisa membuka banyak peluang baru. 

Kehadiran AI membuat Srinivas sadar bahwa peluang kerja, tidak harus selalu datang dari perusahaan besar. Justru, para pengusaha kecil, bisa menciptakan lapangan kerja baru dengan memanfaatkan AI.

"Entah mereka yang kehilangan pekerjaan membangun perusahaan mereka sendiri dan memanfaatkan AI, atau mereka belakar menggunakan AI dan berkontribusi di perusahaan baru," jelas Srinivas.

Artinya, AI bisa menjadi "jembatan" untuk membangun peluang baru. Komentar Srinivas sendiri sejalan dengan CEO perusahaan teknologi Nvidia, Jensen Huang. 

Menurut nya, alih-alih menghilangkan semua pekerjaan, AI justru akan mentransformasi banyak bidang kerja. Dengan kata lain, teknologi ini tidak serta merta menggantikan pekerja manusia, tapi hanya mengubah cara manusia bekerja.