Cerita Dua Mahasiswa Vietnam Gagal Ginjal di Usia 20-an, Gara-gara Begadang dan Makanan Instan

Dua mahasiswi asal Vietnam, Duy (23) dan Hoai (20), harus menghadapi kenyataan pahit menderita gagal ginjal stadium akhir di usia muda.
Keduanya didiagnosis mengalami gagal ginjal stadium akhir dan mereka harus menjalani cuci darah secara rutin.
Bahkan, kedua mahasiswi itu harus menunggu transplantasi ginjal sebagai satu-satunya harapan.
Pola Hidup Tidak Sehat Penyebab Gagal Ginjal di Usia Muda
Duy mengalami kerusakan ginjal yang sudah sangat parah.
Ia harus menjalani hemodialisis secara berkala di Rumah Sakit Universitas Kedokteran Hanoi.
Sementara itu, kondisi Hoai bahkan lebih genting. Menurut dokter, fungsi ginjalnya tinggal kurang dari 10 persen. Ia membutuhkan transplantasi ginjal secepat mungkin.
Gagal ginjal memang dapat menyerang siapa saja, tanpa memandang usia.
Faktor-faktor seperti diabetes dan tekanan darah tinggi kerap menjadi pemicu.
Namun, kebiasaan sehari-hari seperti pola makan dan pola tidur juga memiliki dampak besar terhadap kesehatan ginjal.
Terbiasa Makan Instan dan Begadang
Dalam laporan VnExpress, Rabu (25/6/2025), Duy mengungkapkan perasaannya saat pertama kali didiagnosis mengalami gagal ginjal.
"Saya baru berusia dua puluhan. Saya tidak merokok. Hanya saja pola makan dan tidur saya tidak teratur. Namun, banyak orang lain yang juga menjalani hidup seperti itu," ujarnya.
Duy memiliki kebiasaan mengonsumsi makanan yang tinggi natrium dan rendah nutrisi.
Teh susu, minuman ringan, mi instan pedas, dan gorengan menjadi menu sehari-harinya.
Ia juga terbiasa makan larut malam dan begadang hingga pukul dua atau tiga dini hari.
Rutinitas itu ia jalani selama bertahun-tahun.
Ia baru memeriksakan diri ke dokter ketika merasa sangat lelah dan mual.
Sayangnya, saat itu kondisi ginjalnya sudah memasuki tahap kerusakan akhir.
"Saya baru berusia dua puluhan. Saya tidak merokok. Hanya saja pola makan dan tidur saya tidak teratur. Namun, banyak orang lain yang juga menjalani hidup seperti itu," tutur Duy, dikutip dari VnExpress, Rabu (25/6/2025).
Hal serupa juga dialami Hoai. Ia adalah seorang mahasiswi sekaligus pekerja paruh waktu sebagai desainer grafis.
Aktivitas padat membuatnya mengandalkan makanan cepat saji demi menghemat waktu.
Menu hariannya terdiri dari roti, sosis, mi instan, dan kopi kental yang hampir selalu menemaninya di depan laptop.
Hoai hanya minum air putih saat merasa benar-benar haus. Ia pun terbiasa menunda tidur demi menyelesaikan pekerjaan.
Gejala awal seperti nyeri saat buang air kecil, mual, insomnia, dan perubahan pada indra pengecap baru ia rasakan kemudian.
Saat diperiksa, kerusakan ginjalnya sudah mencapai tahap serius.
Kebiasaan Sepele yang Berakibat Fatal
Pakar kesehatan ginjal mengingatkan, pola makan dan kebiasaan begadang seperti yang dijalani Duy dan Hoai dapat merusak ginjal secara perlahan.
Dr. Nguyen Van Thanh, Wakil Kepala Departemen Nefrologi dan Urologi di Rumah Sakit Universitas Kedokteran Hanoi, menyarankan agar masyarakat menjalankan pola makan seimbang dan menghindari kebiasaan tidak sehat.
Beberapa hal yang disarankan adalah membatasi konsumsi makanan asin, makanan cepat saji, serta minuman beralkohol.
Selain itu, masyarakat juga dianjurkan berhenti merokok, mencukupi kebutuhan cairan tubuh, rutin berolahraga, dan tidak sembarangan mengonsumsi obat-obatan atau suplemen tanpa resep dokter.
Hal senada disampaikan oleh dokter spesialis penyakit dalam, Dr. Andi Khomeini Takdir Haruni.
Ia menjelaskan bahwa asupan garam, sodium, dan natrium yang berlebihan dapat mempercepat kerusakan ginjal.
Menurutnya, makanan olahan dan ultra-processed food seperti junk food umumnya mengandung kadar garam tinggi, lemak jenuh, serta bahan pengawet yang membebani kerja ginjal.
Jika pola makan dan gaya hidup tak sehat ini terus dilakukan dalam jangka panjang, risiko mengalami penyakit kronis seperti gagal ginjal pun meningkat secara signifikan.
Sebagian artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul .