Sama seperti Gen Z, Gen Milenial Juga Pernah Burnout di Usia 20-an

Fenomena Gen Z yang merasa sudah tua dan kelelahan mental di usia awal 20-an kerap menjadi perbincangan belakangan ini.
Menurut Psikolog Klinis Reti Oktania, M.Psi., Psikolog, kondisi serupa sebenarnya juga pernah dialami generasi sebelumnya, termasuk Gen Milenial.
"Perasaan burnout di usia muda bukan hal baru, hanya dulu belum banyak ruang untuk membicarakannya," ujar Reti saat diwawancarai Kompas.com, Senin (14/7/2025).
Seperti diketahui, Gen Z ialah mereka yang lahir di tahun 1997-2012, sementara Gen Milenial lahir di tahun 1981-1996.
Kendati Gen Z saat ini masih berusia 13-28 tahun, namun survei dari lembaga riset tren Ypulse justru mengatakan bahwa mayoritas Gen Z merasa sudah tua di usia awal 20-an.
Rasanya, cukup sering terdengar Gen Z yang mengaku kehilangan arah, burnout, sampai kalimat ingin pensiun dini walau belum stabil.
Namun sebenarnya, Gen Milenial dulu juga merasakan hal yang sama enggak, sih?
Apakah Gen Milenial juga pernah mengalami burnout?
Tekanan ada, tapi dulu tak banyak ruang bicara
Reti menambahkan, salah satu perbedaan besar antara Gen Z dan Gen Milenial adalah bagaimana mereka menyuarakan kondisi mentalnya.
"Zaman milenial, belum banyak orang paham isu kesehatan mental. Kalau capek, ya capek aja. Kalau ngerasa gagal, ya dipendam sendiri. Sekarang Gen Z lebih berani terbuka, itu bagus sebenarnya," ujarnya.
Media sosial jadi ruang bicara sekaligus tekanan tambahan
Reti mengatakan, media sosial pun juga menjadi faktor pembeda antara Gen Milenial dan Gen Z. Reti menjelaskan, generasi Milenial di usia 20-an dulunya tidak tumbuh dengan tekanan untuk selalu terlihat berhasil seperti yang dialami Gen Z saat ini.
Namun, bukan berarti milenial terbebas dari stres. Mereka juga mengalami krisis identitas, kebingungan karier, hingga tekanan hidup dari keluarga dan lingkungan. Hanya saja, narasi "capek mental" belum mendapat tempat layaknya sekarang.
Setiap generasi punya beban dan caranya sendiri
Reti menekankan pentingnya melihat konteks zaman.
“Gen Z dan Milenial sama-sama punya tantangan sendiri. Yang penting, masing-masing generasi belajar dari pengalaman dan tidak saling menyalahkan,” jelasnya.
Menurutnya, terbukanya pembahasan soal burnout atau quarter-life crisis justru membuka ruang yang lebih sehat bagi semua generasi untuk mengelola emosi dan mencari bantuan saat dibutuhkan.