Aura Farming: Gaya Viral Gen Z Bikin Anak Pacu Jalur Curi Perhatian Dunia

aura farming, Pacu Jalur, Riau, Aura Farming, Aura farming, apa itu aura farming, Aura Farming: Gaya Viral Gen Z Bikin Anak Pacu Jalur Curi Perhatian Dunia, Apa Itu Aura Farming?, Anak Pacu Jalur Jadi Simbol Aura Farming Lokal, Aura Farming Jadi Soft Power Budaya Digital, Aura Farming Bukan Sekadar Tren

Media sosial lagi ramai dengan video aura farming anak kecil menari di ujung perahu tradisional Pacu Jalur dari Kuantan Singingi, Riau.

Gerakannya yang lincah, penuh percaya diri, dan tampil di atas perahu yang sedang melaju kencang, sukses menarik perhatian warganet.

Bahkan, klub sepak bola besar dunia seperti Paris Saint-Germain (PSG) dan AC Milan ikut memposting video tersebut.

Fenomena ini nggak cuma viral biasa. Dalam kacamata anak muda zaman sekarang—khususnya Gen Z dan Gen Alpha—video itu adalah bentuk paling epik dari yang disebut sebagai “aura farming”.

Apa Itu Aura Farming?

Istilah aura farming muncul pertama kali di platform seperti TikTok, Instagram, dan X sekitar September 2024, dan langsung populer.

Dikutip dari ANTARA via Know Your Meme, aura farming adalah momen ketika seseorang terlihat punya karisma luar biasa—bikin dia tampak seperti main character alias tokoh utama dalam cerita hidupnya sendiri.

Secara harfiah, "aura" berarti pancaran energi dari seseorang, sementara "farming" artinya bertani atau mengolah sesuatu sampai berhasil dipanen.

Tapi dalam konteks dunia maya, aura farming diartikan sebagai cara seseorang membangun citra keren, percaya diri, dan otentik—entah lewat gerakan tubuh, pakaian, ekspresi, maupun suasana video.

Buat Gen Z, ini bukan soal gaya-gayaan semata, tapi soal tampil effortlessly cool dan punya vibe yang menular.

Aura farming bukan cuma tentang kelihatan menarik, tapi juga meninggalkan kesan yang kuat, bahkan setelah video berdurasi 10 detik berakhir.

Anak Pacu Jalur Jadi Simbol Aura Farming Lokal

Anak kecil yang menari di ujung perahu Pacu Jalur jelas memenuhi semua elemen aura farming. Ia berdiri dengan tenang tapi percaya diri, memakai pakaian adat Melayu Riau lengkap dengan tanjak, dan menari seirama dengan irama tradisi—semuanya di atas perahu yang sedang melesat cepat di sungai.

Visualnya memukau, energinya menular, dan auranya? Full power. Tak heran jika netizen langsung menyebutnya king of aura farming.

Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka pun ikut dalam tren ini. Lewat akun Instagram @gibran_rakabuming, ia membagikan video dirinya menirukan gerakan sang anak, lengkap dengan musik latar “DJ Tari Pacu Jalur Lagi Viral” karya Izky RR.

“Siapa sangka, dari tepian Kuantan Singingi, semangat Pacu Jalur bisa mengalir hingga ke jagat digital dunia,” tulis Gibran dalam caption-nya.

Menurut Gibran, viralnya tarian ini adalah bentuk kekuatan budaya Indonesia di era digital.

“Inilah kekuatan diplomasi budaya di era digital di mana konten mampu menjadi jembatan, memperkenalkan kearifan lokal Indonesia ke mata dunia,” tulisnya.

Aura Farming Jadi Soft Power Budaya Digital

Buat Gen Z, fenomena seperti ini adalah bentuk soft power digital. Aura farming bukan cuma gaya, tapi juga strategi untuk menyebarkan identitas budaya lokal dengan cara yang menarik dan relate.

Tanpa perlu kampanye besar-besaran, satu video anak menari bisa membawa tradisi Pacu Jalur ke panggung dunia. Dan yang lebih penting, semuanya terasa organik—alami, menyenangkan, dan penuh energi positif.

Aura Farming Bukan Sekadar Tren

Tren ini juga mencerminkan cara baru anak muda mengekspresikan diri. Aura farming adalah bentuk ekspresi personal yang bisa mengangkat rasa percaya diri, membangun karakter, dan menunjukkan sisi terbaik dari diri sendiri—tanpa harus dibuat-buat.

Dengan bantuan algoritma, estetika visual, dan sentuhan budaya, aura farming membuktikan bahwa jadi keren itu bukan soal setting mewah atau editan rumit—tapi soal vibe yang jujur dan tulus dari dalam diri sendiri.