Top 5+ Hal yang Dianggap Sepele Tapi Bisa Bikin Anak Jadi Manipulatif, Orang Tua Harus Waspada!

Ilustrasi anak adu argumen dengan orang tua, 1. Memberikan Hadiah untuk Menenangkan Tantrum, 2. Tidak Konsisten dalam Menegakkan Aturan, 3. Terlalu Sering Memenuhi Keinginan Anak, 4. Mengabaikan Perilaku Kecil yang Manipulatif, 5. Kurangnya Pengajaran tentang Empati
Ilustrasi anak adu argumen dengan orang tua

Perkembangan karakter anak sangat dipengaruhi oleh pola asuh dan lingkungan tempat mereka tumbuh. Namun, tanpa disadari, beberapa kebiasaan sehari-hari yang dianggap sepele oleh orang tua dapat membentuk perilaku manipulatif pada anak. 

Perilaku manipulatif, seperti memanipulasi emosi orang lain untuk mendapatkan keinginan, dapat berdampak buruk pada hubungan sosial dan perkembangan psikologis anak di masa depan. 

Artikel ini mengulas lima hal yang sering diabaikan namun berpotensi memicu perilaku manipulatif pada anak, lengkap dengan penjelasan informatif untuk membantu orang tua lebih waspada.

1. Memberikan Hadiah untuk Menenangkan Tantrum

Memberikan hadiah atau imbalan saat anak mengamuk sering dianggap sebagai solusi cepat untuk menenangkan situasi. Namun, kebiasaan ini dapat mengajarkan anak bahwa tantrum adalah cara efektif untuk mendapatkan apa yang diinginkan. 

Menurut psikolog anak, Dr. Laura Markham, tindakan ini memperkuat pola pikir bahwa emosi negatif dapat digunakan sebagai alat untuk memanipulasi orang tua. Sebaiknya, orang tua membantu anak mengelola emosi mereka dengan komunikasi yang tenang dan konsisten, bukan dengan imbalan.

2. Tidak Konsisten dalam Menegakkan Aturan

Ketidakkonsistenan dalam menerapkan aturan rumah dapat membingungkan anak dan mendorong mereka untuk menguji batas. Misalnya, jika orang tua melarang penggunaan gadget di meja makan tetapi kadang-kadang mengizinkannya, anak dapat belajar memanfaatkan celah ini. 

Penelitian dari Journal of Child Psychology and Psychiatry menunjukkan bahwa ketidakkonsistenan orang tua dalam mendisiplinkan anak dapat memicu perilaku manipulatif, seperti berbohong atau memohon berulang untuk mendapatkan keinginan mereka.

3. Terlalu Sering Memenuhi Keinginan Anak

Memenuhi setiap keinginan anak tanpa mengajarkan nilai kesabaran atau usaha dapat membuat mereka terbiasa mendapatkan segalanya dengan mudah. Hal ini dapat memunculkan kecenderungan manipulatif, seperti merengek atau memanfaatkan emosi orang tua. 

Psikolog perkembangan, Dr. Tovah Klein, menyarankan agar orang tua mengajarkan anak untuk menghargai proses dan menunda kepuasan instan, misalnya dengan menetapkan aturan bahwa hadiah hanya diberikan setelah anak menyelesaikan tugas tertentu.

4. Mengabaikan Perilaku Kecil yang Manipulatif

Perilaku manipulatif kecil, seperti anak berpura-pura menangis untuk mendapatkan perhatian, sering dianggap wajar. Namun, jika dibiarkan, perilaku ini dapat berkembang menjadi kebiasaan yang lebih serius. 

Menurut studi dari Developmental Psychology, anak-anak yang tidak dikoreksi saat menunjukkan perilaku manipulatif ringan cenderung mengembangkan strategi yang lebih kompleks seiring bertambahnya usia, seperti memanipulasi teman atau guru untuk keuntungan pribadi.

5. Kurangnya Pengajaran tentang Empati

Empati adalah kunci untuk mencegah perilaku manipulatif. Jika anak tidak diajarkan untuk memahami perasaan orang lain, mereka mungkin menggunakan manipulasi sebagai cara untuk mencapai tujuan tanpa mempedulikan dampaknya. 

Orang tua dapat mengajarkan empati melalui diskusi tentang perasaan, membaca cerita yang mengandung nilai moral, atau melibatkan anak dalam kegiatan sosial. Penelitian dari Child Development menunjukkan bahwa anak-anak yang memiliki empati tinggi cenderung memiliki hubungan sosial yang lebih sehat dan tidak manipulatif.