Mental Playing Victim pada Anak, Ini Tanda-Tanda yang Harus Diperhatikan Orang Tua!

Ilustrasi anak menangis
Ilustrasi anak menangis

 Perilaku anak tidak selalu mudah dipahami, terutama ketika muncul kecenderungan untuk menyalahkan situasi atau orang lain atas segala sesuatu yang terjadi. Salah satu pola yang mulai diperhatikan psikolog adalah mental “playing victim” atau suka merasa menjadi korban. 

Anak dengan mental ini cenderung mencari simpati atau perhatian dengan menampilkan diri sebagai pihak yang selalu dirugikan.

Memahami ciri-ciri anak yang memiliki mental playing victim penting bagi orang tua maupun pendidik. Dengan mengenali perilaku ini sejak dini, Anda dapat membimbing anak untuk menghadapi masalah dengan lebih sehat, meningkatkan rasa tanggung jawab, dan mengurangi kecenderungan manipulatif yang merugikan diri sendiri maupun orang lain.

Berikut beberapa ciri-ciri anak yang bermental playing victim:

1. Sering Menyalahkan Orang Lain

Anak cenderung tidak mau mengakui kesalahan sendiri dan lebih mudah menyalahkan teman, guru, atau bahkan anggota keluarga atas masalah yang terjadi.

2. Mudah Merasa Dirugikan atau Disakiti

Anak merasa bahwa semua hal buruk selalu menimpanya, meskipun situasi tersebut sebenarnya wajar atau bukan kesalahannya.

3. Mencari Simpati Secara Berlebihan

Mereka sering menceritakan pengalaman atau masalah dengan tujuan agar orang lain merasa kasihan dan memberinya perhatian lebih.

4. Sulit Menghadapi Kritik

Kritik yang membangun pun dapat membuat anak defensif, merasa diserang, dan bereaksi berlebihan seolah menjadi korban ketidakadilan.

5. Tidak Mau Mengambil Tanggung Jawab

Anak enggan bertanggung jawab atas tindakan sendiri, dan lebih memilih untuk menghindari konsekuensi atau menyalahkan orang lain.

6. Memperbesar Masalah Kecil

Hal kecil atau kegagalan minor sering dibesar-besarkan sehingga seolah menjadi masalah besar yang hanya dialami dirinya sendiri.

7. Kurang Percaya Diri

Meski terlihat manipulatif, seringkali perilaku playing victim muncul karena rasa kurang percaya diri dan takut gagal. Anak merasa aman jika orang lain memberi perhatian ekstra.

8. Menggunakan Drama untuk Mendapatkan Apa yang Diinginkan

Anak bisa membesar-besarkan emosi atau menciptakan konflik supaya keinginannya terpenuhi atau orang lain tunduk padanya.

Mencegah dan menangani mental playing victim pada anak membutuhkan pendekatan yang sabar dan konsisten. Orang tua dapat mulai dengan mengajarkan anak untuk menghadapi masalah dengan sikap proaktif, mengenali emosi secara sehat, dan menghargai proses belajar dari kesalahan. Selain itu, dorong anak untuk mengambil tanggung jawab atas tindakan mereka sendiri dan berikan pujian ketika mereka menunjukkan kemandirian serta keberanian menghadapi tantangan.

Dengan membimbing anak sejak dini, Anda membantu mereka mengembangkan rasa percaya diri, empati yang sehat, dan kemampuan problem solving yang lebih baik, sehingga perilaku playing victim dapat diminimalkan dan anak tumbuh menjadi individu yang lebih tangguh dan mandiri.