Ketika Anak Punya Mental Playing Victim, Orang Tua Harus Apa?

Ilustrasi anak adu argumen dengan orang tua
Ilustrasi anak adu argumen dengan orang tua

 Dalam proses tumbuh kembang, setiap anak pasti menghadapi berbagai tantangan. Namun, ada kalanya anak mulai terbiasa dengan sikap playing victim atau mentalitas sebagai korban. 

Mereka cenderung menyalahkan orang lain, merasa paling dirugikan, atau menolak bertanggung jawab atas kesalahan yang dilakukan. Jika tidak diarahkan sejak dini, mental ini bisa terbawa hingga dewasa dan memengaruhi hubungan sosial maupun perkembangan karier mereka.

Sebagai orang tua, tentu penting memahami akar permasalahan ini. Mental playing victim pada anak bisa muncul karena pola asuh yang terlalu permisif, sering dimanjakan, atau bahkan kurang diajarkan cara menghadapi konsekuensi dari tindakan. Orang tua punya peran besar untuk membantu anak keluar dari kebiasaan tersebut.

Lalu, apa saja yang bisa dilakukan? Berikut beberapa langkah yang bisa diterapkan:

1. Ajarkan Anak Mengenali Emosi

Dorong anak untuk mengekspresikan perasaannya tanpa harus menyalahkan orang lain. Ajak mereka menyebutkan emosi yang dirasakan, misalnya marah, kecewa, atau sedih. Dengan begitu, anak belajar memahami perasaan tanpa menjadikannya tameng untuk lari dari tanggung jawab.

2. Terapkan Konsekuensi yang Jelas

Orang tua perlu konsisten memberi konsekuensi setiap kali anak melakukan kesalahan. Misalnya, jika anak tidak mengerjakan PR, maka ia kehilangan waktu bermain. Cara ini membantu anak belajar bahwa setiap tindakan memiliki dampak yang harus ditanggung.

3. Hindari Terlalu Membela Anak

Ketika anak berselisih dengan teman atau mendapat teguran di sekolah, jangan langsung membela tanpa mencari tahu duduk perkaranya. Biarkan anak belajar menghadapi masalah dan mengakui perannya dalam situasi tersebut.

4. Bangun Pola Komunikasi Terbuka

Luangkan waktu untuk berdialog dengan anak. Tanyakan apa yang mereka rasakan dan pikirkan, lalu arahkan dengan kalimat yang membangun, bukan menghakimi. Dengan komunikasi yang sehat, anak lebih mudah terbuka dan belajar bertanggung jawab.

5. Beri Contoh dari Orang Tua

Anak adalah peniru ulung. Jika orang tua terbiasa menyalahkan keadaan atau orang lain, anak bisa meniru pola itu. Tunjukkan sikap dewasa dalam menghadapi masalah, misalnya dengan berkata, “Aku salah tadi, jadi harus diperbaiki,” agar anak mencontoh hal yang sama.

6. Latih Anak untuk Problem Solving

Alih-alih terus berfokus pada kesalahan, ajak anak mencari solusi. Misalnya, jika nilainya jelek, tanyakan apa yang bisa diperbaiki: apakah perlu belajar lebih rajin atau meminta bantuan guru. Sikap ini akan membangun mental tangguh dan rasa percaya diri.

7. Berikan Apresiasi saat Anak Bertanggung Jawab

Jangan lupa memberikan pujian ketika anak mau mengakui kesalahannya atau berusaha memperbaiki diri. Apresiasi kecil bisa memperkuat perilaku positif agar anak lebih termotivasi.

Mental playing victim bisa menjadi hambatan besar bagi perkembangan anak. Dengan pola asuh yang tepat—mulai dari komunikasi terbuka, pemberian konsekuensi, hingga contoh nyata dari orang tua—anak dapat belajar bertanggung jawab, lebih kuat menghadapi masalah, dan tumbuh menjadi pribadi yang dewasa.