Jangan Anggap Remeh Sering Pingsan, Lakukan Pemeriksaan

Pingsan bukanlah kondisi yang bisa disamaratakan. Ada tipe pingsan yang tergolong ringan, misalnya pingsan refleks yang biasanya dipicu oleh berdiri terlalu lama, cuaca panas, atau rasa takut saat melihat darah.
Namun, ada juga tipe pingsan yang perlu lebih diwaspadai, terutama jika terjadi berulang. Pingsan berulang ini kerap berkaitan dengan adanya kelainan pada saraf di jantung, sehingga bisa menjadi tanda adanya gangguan medis yang lebih serius.
"Walau pingsan bisa kembali ke kondisi semula dan tidak berbahaya, tapi ada sebagian kecil kasus di mana pingsan bisa jadi gejala pertama dan terakhir henti jantung mendadak yang menyebabkan kematian," kata dr.Dony Yugo Hermanto Sp.JP(K).
Ia menjelaskan, pada sebagian kasus kematian mendadak sebelumnya memiliki gejala pingsan yang tidak terdeteksi.
"Sekitar 25 persen pasien meninggal mendadak punya gejala pingsan sebelumnya," kata ahli aritmia jantung yang berpraktik di RS Siloam TB. Simatupang Jakarta ini.
Untuk itu ia menganjurkan masyarakat untuk melakukan pemeriksaan jantung jika mengalami gejala gangguan irama jantung, seperti jantung berdebar-debar atau justru denyutnya terlalu lambat.
Pingsan karena masalah jantung biasanya disebabkan karena pompa jantung bermasalah sehingga jantungnya gampang korslet. Gejalanya terkadang tidak disadari sehingga pemeriksaan kesehatan rutin (medical check up) sangat dianjurkan.
Bahaya sering pingsan
Selain itu, tipe pingsan yang perlu diwaspadai adalah pingsang berulang. Menurut data, sekitar satu persen dari jumlah orang yang mengalami pingsan refleks, mengalami gangguan pingsan berulang.
Dijelaskan oleh dr.Dony, pingsan refleks biasanya disebabkan karena tekanan darah turun atau aliran darah ke otak berkurang.
Ruang cath lab jantung di Siloam Hospital TB Simatupang.
"Pingsan jenis ini adalah pingsan yang ringan. Biasanya tidak perlu pengobatan apa pun. Tetapi, ada satu persen kasus yang mengalami pingsan berulang," ujarnya.
Pada kasus seperti ini biasanya pemasangan alat pacu jantung bisa membantu mengurangi frekuensi pingsan dengan cara meningkatkan denyut nadi.
Sayangnya, pada sebagian kecil pasien alat pacu jantung tidak juga membantu. Kondisi ini tentu dapat memengaruhi kualitas hidup pasien, apalagi beberapa pasien masih berusia produktif.
"Yang membuat sering pingsan adalah gangguan parasimpatis, yaitu saraf yang mempengaruhi jantung," paparnya.
Untuk mengatasinya, dokter akan melakukan tindakan ablasi kardio-neural. Dijelaskan oleh dr.Dony, dokter akan memasukkan kabel kecil melalui pembuluh darah ke jantung untuk mengidentifikasi letak saraf yang bermasalah. Kemudian dokter akan memberikan energi panas atau ablasi ke saraf itu.
"Yang dimodifikasi hanya saraf lokal yang ke jantung saja dan tidak semuanya kena, jadi tidak akan berpengaruh ke fungsi jantung," katanya.
Tindakan ablasi tersebut memiliki angka keberhasilan sampai 80 persen. Setelah tindakan, respon nadi perlahan mulai naik sehingga angka kejadian pingsan bisa berkurang.
Tindakan ablasi kardio-neural juga bisa menjadi alternatif bagi pasien yang tidak mau ditanam alat pacu jantung.
Menurut dr.Dony, tindakan ini dikembangkan di Turki dalam beberapa tahun terakhir. Namun dalam dua tahun terakhir dilakukan studi berskala besar dengan melibatkan 100 pasien dan 80 persen hasilnya baik.
"Maka itu kami tim aritmia dari Siloam Hospital TB Simatupang memutuskan untuk melakukan ini," ujarnya.
Tindakan ablasi pertama
RS Siloam Simatupang menjadi rumah sakit pertama di Indonesia yang menangani tindakan ablasi kardio-neural untuk pasien pingsan berulang.
CEO Siloam Hospital TB Simatupang, Mada Shinda Dewi, menjelaskan, rumah sakit ini diharapkan menjadi solusi pengobatan satu pintu.
"Mulai dari yang simple sampai kasus yang kompleks. Seperti kasus pingsan berulang yang tidak bisa dengan pacu jantung, sebenarnya jarang banget, jumlah pasien juga sedikit, tapi kami menyediakan layanannya," katanya saat berbincang dengan KOMPAS.com secara daring.
Dia menambahkan, sebenarnya alat-alat untuk melakukan tindakan ini sudah tersedia, namun yang terpenting apakah ada operator atau tim medis yang bisa melakukannya.
"Untuk neuroablasi ini rumah sakit kami memiliki dua dokter," katanya.
Ia juga mengingatkan pentingnya masyarakat melakukan pemeriksaan kesehatan secara rutin, termasuk kondisi jantung. Dengan demikian setiap ada kelainan bisa ditangani sejak dini, bahkan sebelum timbul gejala yang mengganggu.
Terangi negeri dengan literasi, satu buku bisa membuka ribuan mimpi. Lewat ekspedisi Kata ke Nyata, Kompas.com ingin membawa ribuan buku ke pelosok Indonesia. Bantu anak-anak membaca lebih banyak, bermimpi lebih tinggi. Ayo donasi via Kitabisa!