Apa Beda Padel dengan Tenis?

Olahraga padel tengah mengalami peningkatan popularitas di Indonesia, terutama di kalangan anak muda.
Tren ini terlihat dari semakin banyaknya unggahan di media sosial yang menampilkan aktivitas bermain padel, termasuk dari kalangan artis.
Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta secara resmi menetapkan olahraga padel sebagai salah satu objek Pajak Barang dan Jasa Tertentu (PBJT) di sektor hiburan.
Kebijakan ini tertuang dalam Keputusan Kepala Badan Pendapatan Daerah (Bapenda) DKI Jakarta Nomor 257 Tahun 2025.
Namun, masih banyak yang mengira padel adalah olahraga tenis, padahal keduanya berbeda.
Perbedaan Padel dan Tenis
Dilansir dari Tribunnews, padel dan tenis sama-sama menggunakan raket dan bola, namun memiliki banyak perbedaan dalam peralatan, lapangan, dan pola permainan.
1. Peralatan Raket dan Bola
Padel menggunakan raket solid tanpa senar yang berukuran lebih kecil dan ringan dibandingkan raket tenis.
Sementara itu, raket tenis memiliki panjang maksimal 29 inci (73,66 cm) dan lebar tidak lebih dari 12,5 inci (31,75 cm).
Bola tenis memiliki diameter 65 mm, berat 42 gram, dan tingkat pantulan (rebound) antara 0,95 hingga 1,10.
2. Ukuran Lapangan
Lapangan tenis memiliki panjang 23,77 meter dan lebar 8,2 meter untuk tunggal, serta 10,97 meter untuk ganda. Berbeda dengan padel yang menggunakan lapangan tertutup dan lebih kecil.
3. Pola Permainan
Padel umumnya dimainkan dalam format ganda atau berpasangan. Permainannya menuntut pemain aktif bergerak mendekati net untuk mematikan bola.
Sebaliknya, tenis memungkinkan pemain bertahan atau menyerang dari garis belakang dan bisa dimainkan secara tunggal maupun ganda.
Asal-Usul dan Ciri Khas Olahraga Padel
Padel sering dianggap mirip dengan tenis, namun sebenarnya merupakan gabungan dari olahraga tenis dan squash.
Dikutip dari situs resmi Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora), padel adalah olahraga raket yang ditemukan di Meksiko.
Padel dimainkan di lapangan persegi panjang berukuran 10x20 meter, atau sekitar 25 persen lebih kecil dari lapangan tenis.
Di Indonesia, olahraga ini berada di bawah organisasi Pengurus Besar Padel Indonesia (PBPI) yang telah diakui oleh Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) sebagai organisasi resmi.
Jungle Padel komunitas pedel di Surabaya membentuk lingkungan bermain yang ramah, menyenangkan, dan terbuka dengan salah satu metode yang digunakan adalah sistem pertandingan Americano.
Upaya Memperkenalkan Padel ke Masyarakat Luas
Pada tahun 2023, PBPI menyatakan keinginan untuk menjadikan PON 2024 Aceh–Sumatera Utara sebagai ajang pengenalan olahraga padel secara luas kepada masyarakat Indonesia.
Menteri Pemuda dan Olahraga Republik Indonesia (Menpora) Dito Ariotedjo menyampaikan dukungannya atas upaya memperkenalkan padel dalam format ekshibisi pada PON XXI 2024 Aceh–Sumatera Utara.
Dalam kesempatan lain, Ketua Umum PBPI Galih Kartasasmita menyatakan bahwa hadirnya olahraga padel memberikan peluang besar bagi Indonesia untuk bersaing di tingkat internasional.
Menurut Galih, pada tahun 2023 lalu, padel masih tergolong baru di kawasan Asia, khususnya Asia Tenggara.
Mengapa Padel Semakin Digemari?
Popularitas padel terus meningkat karena dianggap menyenangkan dan menyehatkan.
Lapangan berdinding yang digunakan, raket solid tanpa senar, dan bola bertekanan rendah membuat permainan ini unik.
Padel juga dinilai bisa meningkatkan kekuatan tubuh dan menurunkan risiko penyakit kardiovaskular.
faktor ini membuat olahraga ini cepat diterima oleh masyarakat, terutama di perkotaan.
"Itu alasan padel cepat mendapat tempat di masyarakat sebagai aktivitas yang menyehatkan sekaligus mempererat hubungan sosial," kata Richard Theodore, pendiri komunitas Rich Padel.
Richard menyebutkan bahwa tren padel berkembang pesat di kalangan masyarakat awam, termasuk di antara profesional muda, kreator konten, hingga kalangan eksekutif yang mencari alternatif olahraga ringan namun tetap menantang.
Selain itu, kemunculan fasilitas padel di kota-kota besar turut mendukung pertumbuhan olahraga ini di Indonesia.