Jangan Pakai AI untuk Bikin Itinerary, Awas Liburan Jadi Kacau

Teknologi kecerdasan buatan (AI) masa kin seperti ChatGPT memang makin canggih.
Namun, sejumlah pengalaman menunjukkan bahwa alat ini belum bisa sepenuhnya diandalkan untuk merencanakan perjalanan wisata secara akurat, bahkan bisa berujung pada liburan yang kacau.
Seorang penulis perjalanan yang telah mengunjungi lebih dari 100 negara membagikan pengalamannya saat menguji ChatGPT untuk merancang tantangan 24 jam di Alaska.
Meski ia sudah memberi instruksi detail, termasuk jadwal pasti dan syarat wajib seperti naik helikopter ke daerah terpencil, AI malah mengabaikan aspek penting ini dan langsung menjadwalkan aktivitas mengemudi setelah 24 jam tanpa istirahat.
Contoh keselahan AI saat membuat itinerary
Contoh kesalahan AI tak berhenti di situ. Saat merencanakan akhir pekan di Portland, AI menyarankan rute yang membingungkan.
Beberapa di antaranya seperti dari satu sisi kota ke sisi lain, menyarankan jalan kaki ke restoran yang jaraknya beberapa kilometer, dan mengatur kunjungan ke tempat wisata beberapa menit sebelum waktu tutup.
Bahkan, agenda terakhir bertabrakan dengan waktu keberangkatan pesawat, seolah-olah pengguna bisa langsung teleportasi ke kursi pesawat.
Masalah ini tak hanya terjadi pada petualang berpengalaman. Banyak keluarga awam yang mungkin tak sadar akan kesalahan fatal seperti ini dan malah mengalami liburan yang mengecewakan.
Judy Gauthier, Chief Commercial Officer dari Go City, juga pernah mengalami kegagalan saat menggunakan AI untuk merencanakan liburan keluarganya ke Smoky Mountains.
AI merekomendasikan jalur pendakian Laurel Falls Trail yang ternyata sudah ditutup selama 18 bulan untuk rehabilitasi. Saat mencari informasi lebih lanjut di grup Facebook lokal, barulah ia tahu kebenarannya.
Kesalahan lainnya terjadi saat AI memperingatkan bahaya hiu saat berenang di San Sebastián, Spanyol.
Ternyata, peringatan itu berasal dari informasi tentang akuarium lokal, bukan laut sebenarnya. AI seringkali menggabungkan data yang tak relevan dan menghasilkan kesimpulan yang menyesatkan.
Contoh nyata lain datang dari Parik Laxminarayan, salah satu pendiri Enchanting Travels. Seorang tamunya hampir tak bisa sampai ke lokasi makan malam di Skandinavia karena AI menyarankan hotel dekat restoran, tetapi tak ada taksi yang melayani daerah tersebut.
Jarak bisa dihitung AI, tapi realitas akses di lapangan tak bisa diprediksi begitu saja. Adapun masalah AI dalam perencanaan wisata bukan sekadar pengalaman pribadi.
AI belum bisa diandalkan untuk membuat itinerary
Riset terbaru menunjukkan bahwa model AI tercanggih dari OpenAI hanya berhasil merancang rencana perjalanan kompleks dengan tingkat keberhasilan 10 persen. Artinya, 90 persen hasil perencanaan AI dianggap tidak layak dijalankan.
Menurut Niusha Shafiabady, pakar kecerdasan komputasional di Australian Catholic University, AI kesulitan karena dunia perjalanan berubah secara real time.
Jadwal penerbangan, harga hotel, cuaca, hingga kondisi lalu lintas bisa berubah seketika, sementara AI mengandalkan data masa lalu yang belum tentu relevan.
“AI juga kesulitan menyesuaikan harga dan sistem transportasi dari berbagai penyedia layanan. Perjalanan itu sangat personal, dan AI belum bisa memahami nuansa tersebut,” jelasnya.
Nolan Burris dari Signature Travel Network memperingatkan bahwa AI kerap mengabaikan musim liburan, tradisi lokal, bahkan menciptakan tempat wisata yang tidak ada alias halusinasi.
Sementara Chris Brunning dari Untold Story Travel menambahkan bahwa AI hanya memberi daftar terpopuler, bukan yang terbaik untuk kondisi dan preferensi unik tiap pelancong.
Ilustrasi liburan. 29 Mei 2025 adalah libur nasional memperingati Hari Kenaikan Yesus Kristus, dan disusul cuti bersama pada 30 Mei dan libur akhir pekan.
Jadi, apa solusinya?
AI tetap berguna, sebagai alat bantu riset. Ia bisa memberi inspirasi awal dan alternatif aktivitas, tapi tak bisa menggantikan akurasi dan intuisi manusia.
Shafiabady menyarankan agar pengguna selalu memverifikasi informasi dari AI, terutama untuk perjalanan multi-destinasi.
Periksa ulang jam operasional, musim buka/tutup, dan jarak tempuh melalui situs resmi, atau forum seperti Reddit, TikTok, YouTube, dan grup Facebook lokal.
Anggap AI sebagai asisten riset, bukan agen perjalanan. Dan sampai AI bisa memahami waktu tempuh, kebutuhan istirahat manusia, serta perubahan cuaca, jadikan rekomendasinya sebagai titik awal, bukan rencana final.