Menlu AS "Palsu" Pakai AI untuk Kelabui Pejabat Tinggi

Marco Rubio, Artificial Intelligence, menlu as, voice cloning, diplomatic cable, Menlu AS

Menteri luar negeri Amerika Serikat (AS), Marco Rubio, dilaporkan menjadi korban atas serangan pemalsuan identitas oleh sekelompok orang tak dikenal. 

Dalam serangan tersebut, pelaku diduga memanfaatkan teknologi berbasis kecerdasan buatan (AI) untuk meniru suara Menteri Rubio dan membuat pesan teks yang seolah-olah dibuat olehnya.

Menurut dokumen kabel dari Departemen Luar Negeri AS (State Department Cable) yang dirangkum The Washington Post, tindak pemalsuan identitas ini terjadi sekitar pertengahan Juni lalu dan menyasar sejumlah pejabat tinggi pemerintahan AS.

Laporan merinci, ada setidaknya lima tokoh penting yang menjadi target penipuan "Rubio palsu". Mereka adalah satu orang gubernur AS, satu anggota Kongres, dan tiga menteri luar negeri.

Pakai aplikasi Signal

Adapun upaya penipuan ini dilakukan lewat aplikasi Signal. Dijelaskan, menlu palsu tersebut menggunakan nama tampilan (nickname) berupa alamat e-mail "resmi" yang serupa dengan nama asli Rubio, yakni "[email protected]".

Sebagai informasi, nickname pada aplikasi Signal sendiri memang bisa diatur sesuai keinginan pengguna. Sehingga, nama yang tampil tidak selalu menunjukkan bahwa seseorang tersebut benar-benar memiliki akses ke alamat email yang disertakan. 

Kemudian dengan nama email palsu itu, Rubio palsu mengirim pesan suara (voice note) ke dua dari lima target, serta pesan teks ke satu target lain yang isinya meminta "korban" berbicara di aplikasi.

"Pelaku kemungkinan bertujuan untuk memanipulasi individu yang menjadi target menggunakan pesan teks dan suara buatan Al, dengan tujuan memperoleh akses ke informasi atau akun,” tulis State Departmen Cable, sebagaimana dikutip KompasTekno dari NBC News, Kamis (10/7/2025).

Bukan kasus pertama

Insiden soal pemalsuan identitas terhadap Marco Rubio ini ternyata bukan yang pertama kali menimpa pejabat tinggi AS. Menurut keterangan dokumen yang sama, kejadian ini mirip seperti kasus yang sebelumnya sempat diselidiki FBI pada Mei lalu.

Saat itu, Gedung Putih mengonfirmasi bahwa seseorang menyamar sebagai Susie Wiles, Kepala Staf Presiden Donald Trump.

Teknik penipuannya pun serupa dengan yang dilakukan "menlu palsu" Rubio, yakni mengirim pesan teks dan melakukan panggilan telepon kepada beberapa pejabat pemerintah.

Meski pada kasus Rubio dan Susie Wiles ini tidak dijelaskan secara rinci bagaimana pelaku bisa membuat pesan teks dan suara menyerupai si korban, tetapi kemungkinan besar pemalsuan tersebut dihasilkan oleh teknologi AI.

Laporan menyebut, tools AI seperti ChatGPT mulai banyak digunakan dalam operasi disinformasi asing (foreign disinformation operations) untuk membuat teks atau informasi palsu berbahasa Inggris yang tampak meyakinkan. 

Kemampuan teknologi kloning suara berbasis AI ini dinilai berkembang sangat cepat. Sehingga, seiring berjalannya waktu, sulit untuk membedakan suara tiruan dengan suara asli seseorang, membuka celah pemalsuan identitas menjadi lebih luas.

Masih diselidiki pemerintah AS

Saat ini, kasus penyamaran Rubio palsu diketahui masih dalam tahap penyelidikan oleh Kementerian Luar Negeri AS. Seorang pejabat senior dari departemen mengonfirmasi hal tersebut.

"Departemen ini sangat serius dalam menjaga keamanan informasinya dan terus mengambil langkah-langkah untuk meningkatkan postur keamanan siber departemen guna mencegah insiden di masa mendatang," ujar sang pejabat.

"Demi alasan keamanan, dan karena investigasi kami yang sedang berlangsung, kami belum dapat memberikan detail lebih lanjut saat ini," tambahnya.

Departemen Luar Negeri AS telah mengirimkan peringatan resmi ke seluruh pos diplomatik, baik di dalam maupun luar negeri AS terkait ancaman pemalsuan identitas Menlu Rubio.

Dalam pernyataannya, dokumen kabel menerangkan bahwa diplomat AS perlu memperingatkan mitra eksternal mereka terkait tindak penyamaran identitas pejabat dan akun negara yang mulai banyak dilakukan pelaku kejahatan siber.