Tangga Dua Ribu Gorontalo Dipenuhi Warga Cari "Tontonan" Tsunami

Warga Gorontalo sempat diliputi ketegangan menyusul peringatan dini tsunami akibat gempa bumi berkekuatan magnitudo (M) 8,7 yang mengguncang pesisir timur Semenanjung Kamchatka, Rusia, pada Rabu (30/7/2025) pukul 06.24 WIB.
Menurut analisis Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), gempa dangkal yang terjadi di kedalaman 18 kilometer akibat aktivitas subduksi di Palung Kurile-Kamchatka itu berpotensi memicu tsunami ke sejumlah wilayah Indonesia, termasuk Kota Gorontalo.
BMKG memprediksi gelombang tsunami dengan status Waspada (ketinggian gelombang kurang dari 0,5 meter) akan mencapai Kota Gorontalo pada pukul 16.39 WITA. Namun hingga waktu yang ditentukan berlalu, tsunami tak kunjung tiba.
Meski demikian, warga Gorontalo tetap menjalankan prosedur keselamatan. Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Gorontalo pun menerapkan protokol penanganan bencana secara ketat.
Evakuasi Warga
Kepala BPBD Provinsi Gorontalo, Bambang Tri Handoko, mengatakan pihaknya langsung menindaklanjuti arahan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) dengan melakukan evakuasi warga satu jam sebelum dan dua jam setelah waktu prediksi kedatangan tsunami.
“Rentang waktu tersebut adalah waktu rawan. Prinsipnya tetap, satu jam sebelum dan dua jam setelah,” kata Bambang saat ditemui di Markas Komando Pangkalan TNI AL Gorontalo, Rabu (30/7/2025).
BPBD juga telah memobilisasi tenda-tenda darurat dan perlengkapan dasar untuk pengungsi. “Sekarang posisi tenda kurang lebih sekitar 400 unit lengkap dengan alat MCK dan perlengkapan lain,” ungkapnya.
Meski gelombang tsunami tidak terpantau di Gorontalo, suasana siaga masih terasa. Ombak yang sebelumnya tinggi mulai surut, namun kesiagaan tidak dikendurkan.
Warga Berkerumun di Pantai, Sebagian Enggan Mengungsi
Menariknya, alih-alih mengungsi, sejumlah warga justru memadati kawasan wisata Tangga Dua Ribu di Kelurahan Pohe, Kota Gorontalo. Mereka ingin menyaksikan langsung detik-detik datangnya tsunami yang diprediksi terjadi.
Pantauan TribunGorontalo.com, warga terlihat memegang ponsel untuk merekam atau melakukan siaran langsung di media sosial. Sepeda motor berjejer sepanjang jalan, sementara warga dari berbagai usia berdiri menatap lautan dari pinggir jalan.
“Saya belum yakin tsunami akan terjadi. Semua itu atas kuasa Allah SWT,” kata Dicky, warga Kelurahan Pohe.
Senada, Roman Ali juga mengatakan dirinya tidak panik. “Aktivitas warga biasa saja. Hanya warga di dalam kota yang sudah panik. Di sini masih aman-aman,” ujarnya.
Sebagian Warga Mengungsi ke Tempat Tinggi
Meski sebagian warga bersikap santai, lainnya memilih mengungsi. Di Desa Bongo, Kecamatan Batudaa Pantai, Kabupaten Gorontalo, sejumlah warga mengungsi ke rumah-rumah tua di daerah ketinggian, seperti di Desa Buhudaa.
“Tante dan keponakan saya masih bertahan di rumah tua peninggalan kakek kami,” kata Yohan Arbie, warga Desa Bongo.
Yohan menyebut mayoritas pengungsi adalah lansia, perempuan, dan anak-anak. Mereka hanya membawa perlengkapan seadanya seperti pakaian ganti dan makanan ringan. Para pria membantu mengantar ke lokasi yang lebih aman.
“Setidaknya ada empat rumah pengungsian yang kini ditempati. Saya lihat ada anak usia tiga tahun di antara mereka,” ungkapnya.
Hingga Rabu malam, warga masih bertahan di pengungsian karena status peringatan dini tsunami dari BMKG belum dicabut.
Wilayah Lain Juga Melakukan Evakuasi
Evakuasi juga dilakukan di Kabupaten Bone Bolango, khususnya di Kecamatan Kabila Bone. Warga mencari tempat yang lebih aman seperti di Desa Botubarani dan Desa Bintalahe.
“Di Kabila Bone ada beberapa titik lokasi pengungsian. Kami sempat mengunjungi warga di Bintalahe,” kata anggota DPRD Provinsi Gorontalo, Femmy Kristina Udoki.
Ia berharap pemerintah segera memberikan bantuan logistik dan pendampingan kepada warga terdampak, sekaligus memberikan sosialisasi agar masyarakat tidak panik.
BMKG: Belum Ada Gelombang Signifikan di Gorontalo
Kepala Stasiun Geofisika Kelas II Gorontalo, Andri Wijaya, menyatakan bahwa belum ditemukan tanda-tanda tsunami yang signifikan di wilayah Gorontalo.
“Belum ada (temuan),” kata Andri dalam pesan singkat kepada media.
Staf Stasiun Geofisika, Ikhwanu Shoffa, menambahkan bahwa peringatan dini masih berlaku dan pemantauan terus dilakukan oleh BMKG.
“BMKG masih melakukan pemantauan. Diharapkan masyarakat tetap waspada meskipun waktu peringatan sudah lewat,” ujarnya.
Ikhwanu juga menjelaskan, saat ini BMKG masih berada pada tahap PDT3 (Pemutakhiran Data Tahap 3) yang menunggu hasil pengamatan muka air laut. Gelombang tsunami dilaporkan telah mencapai wilayah Apre, Papua, dengan tinggi gelombang sekitar 20 cm pada pukul 16.45 WIT.
“Sampai saat ini, ketinggian gelombang belum tercatat di Gorontalo,” ujarnya.
Penutupan status peringatan dini sendiri akan dilakukan oleh BMKG Pusat, sembari terus memperbarui informasi berdasarkan hasil pemodelan gempa dan data pasang surut air laut.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul dengan judul "Tak Ada Tsunami, Air Laut Pesisir Gorontalo Tampak Tenang hingga Ombak Mereda"