Dari KUA Lanjut Ngopi, Kisah Radya dan Jundi yang Pilih Nikah Tanpa Resepsi

Merayakan momen sakral pernikahan tidak selalu harus megah dan penuh tamu undangan; perayaan yang sederhana dan intimate justru bisa terasa lebih hangat dan penuh makna. Seperti yang dijalani oleh pasangan Radya dan Jundi yang memilih syukuran sederhana bersama keluarga dan teman setelah akad nikah.
Tak ada pelaminan mewah, tak ada ribuan tamu undangan. Hanya ada satu janji suci yang diucapkan di Kantor Urusan Agama (KUA) pada pukul 09.00 pagi, dan siangnya pasangan ini duduk berdua sambil ngopi.
Itulah potret pernikahan Radya (25) dan Jundi (32), pasangan asal Yogyakarta yang baru saja melangsungkan akad nikah pada 2 Mei 2025 lalu.
Lewat akun Tiktok miliknya, @jundeeey, Radya dan Jundi mengunggah dokumentasi hari spesialnya itu lewat video singkat yang memperlihatkan suasana akad di KUA hingga kegiatan ngopi setelahnya.
"Menikah di KUA memang udah jadi impian aku dari dulu. Dari awal pacaran juga aku udah bilang kalau nikahnya pengen yang simpel aja," kata Radya kepada Kompas.com, Jumat (8/8/2025).
Bagi Radya, keramaian bukanlah sesuatu yang membuatnya nyaman. Ia lebih memilih perayaan yang intimate, bersama keluarga dan orang terdekat saja.
"Bukan berarti aku enggak punya teman dan enggak bergaul ya, tapi temanku justru paham dan menghargai karena tahu aku orangnya seperti apa," lanjutnya.
Disepakati berdua, meski awalnya berbeda
Keputusan untuk menikah tanpa resepsi besar awalnya bukan keputusan bulat keduanya. Jundi sempat ingin membuat perayaan lebih besar dan bahkan sudah mulai mengumpulkan vendor.
"Dia sampai bikin moodboard, RAB, kontak WO, catering, dekor, venue, semuanya. Tapi stuck pas kami list undangan, ternyata jumlahnya jauh melebihi batas," ujar Radya.
Akhirnya mereka mengambil jalan tengah dengan akad sederhana dan syukuran terbatas.
"Fokusnya jadi bukan cuma (kami yang) menikah, tapi juga menikahkan dua keluarga besar yang sebelumnya belum pernah ketemu," tambahnya.
Disambut baik oleh keluarga
Suasana akad pernikahan Radya dan Jundi di KUA.
Pernikahan tanpa resepsi kadang masih jadi hal yang asing di tengah budaya masyarakat yang menganggap pesta pernikahan sebagai ajang silaturahmi. Tapi tidak begitu dengan keluarga Radya dan Jundi.
"Alhamdulillah, keluarga kami dua-duanya support. Enggak banyak intervensi (ikut campur) juga," jelas Radya.
Lamaran berlangsung pada 22 Februari 2025, lalu sempat "stuck" sampai akhirnya mereka memutuskan tanggal 2 Mei 2025 sebagai hari pernikahan.
"Pas kami sadar itu tanggal cantik, 2/5/2025, ternyata juga bertepatan sama tanggal jadian kami dulu, yaitu tanggal 25," ungkapnya.
Persiapan singkat tapi bermakna
Bukan cuma pestanya yang minim ribet, persiapan acara pernikahan pasangan ini juga singkat, hanya butuh beberapa minggu saja.
"Jujur persiapannya singkat banget sih untuk ukuran pernikahan pada umumnya," katanya.
Meski sederhana, bukan berarti tanpa biaya. Mereka mengaku uang yang dikeluarkan juga lumayan untuk standar pernikahan di KUA.
"Untuk kebutuhan nikah di KUA-nya aja, habis sekitar Rp 18 jutaan. Mungkin bagi sebagian orang itu enggak sederhana, tapi standar sederhana tiap orang kan beda-beda," ujarnya.
Biaya tersebut belum termasuk mahar, konsumsi syukuran, dan kebutuhan lain. Justru menurut Radya, biaya yang agak mahal adalah makan bareng keluarga karena mereka ingin benar-benar menikmati momen kebersamaan.
Radya dan Jundi tidak menyebar undangan. Beberapa teman bahkan baru diberi kabar H-1 sebelum akad.
"Lucunya, ada yang dateng ke KUA karena enggak percaya dan pengen lihat sendiri kami beneran nikah," tambahnya.
Setelah akad, ngopi dulu
Usai akad di pagi hari, keduanya tidak langsung sibuk dengan acara seremonial atau berganti pakaian. Mereka memilih langsung lanjut kegiatan sambil ngopi santai.
"Aku nonton film aja sambil laptopan, tunggu waktu check-in hotel jam 3 sore. Sedangkan suami kerja tipis-tipis karena dia punya usaha coffee shop," lanjutnya.
Fenomena menikah di KUA belakangan ini memang banyak diperbincangkan dan bahkan menjadi tren di media sosial, terutama di kalangan Gen Z. Tapi Radya mengaku, keputusan ini bukan karena ikut-ikutan.
"Enggak terinspirasi dari siapa-siapa, memang dari dulu pengennya gitu. Nikah di KUA yang penting sah," tegasnya.
Setelah berpacaran hampir empat tahun, keputusan untuk menikah secara sederhana bukan berarti hubungan mereka kurang serius. Justru, hal itu menunjukkan kedewasaan dalam menentukan prioritas.
Pernikahan mereka membuktikan bahwa kebahagiaan tak harus dirayakan secara megah. Cukup sah, cukup doa, dan cukup cinta.
Terangi negeri dengan literasi, satu buku bisa membuka ribuan mimpi. Lewat ekspedisi Kata ke Nyata, Kompas.com ingin membawa ribuan buku ke pelosok Indonesia. Bantu anak-anak membaca lebih banyak, bermimpi lebih tinggi. Ayo donasi via Kitabisa!