AS-China Perpanjang Gencatan Senjata Tarif Selama 90 hari

Presiden AS Donald Trump di Washington DC
Presiden AS Donald Trump di Washington DC

 Presiden Amerika Serikat Donald Trump memperpanjang gencatan senjata perdagangan dengan Tiongkok selama 90 hari, setidaknya menunda potensi eskalasi tarif yang mengancam hubungan ekonomi kedua negara.

Pengumuman itu disampaikan Trump melalui platform Truth Social, dan menyebut bahwa "semua elemen lain dari perjanjian tersebut akan tetap sama." Beijing, melalui Kementerian Perdagangan, juga mengonfirmasi perpanjangan jeda tarif.

Batas waktu sebelumnya berakhir Selasa dini hari, yang jika dilampaui akan memicu kenaikan tarif impor AS atas produk Tiongkok menjadi 30% dan balasan Beijing terhadap ekspor AS.

Presiden AS Donald Trump bersama Presiden China Xi Jinping

Presiden AS Donald Trump bersama Presiden China Xi Jinping

Langkah ini disambut baik kalangan bisnis AS. Presiden Dewan Bisnis AS–Tiongkok, Sean Stein, menyebut perpanjangan tersebut memberi ruang untuk merundingkan kesepakatan yang diharapkan memperluas akses pasar dan menghidupkan kembali ekspor pertanian serta energi AS.

Sebagai bagian dari perpanjangan, Tiongkok akan melonggarkan sebagian pembatasan terhadap perusahaan AS yang masuk daftar kontrol ekspor dan daftar entitas tidak dapat diandalkan, dengan masa keringanan 90 hari.

Hubungan dagang AS–Tiongkok sempat memanas sejak Trump memberlakukan tarif tinggi pada hampir semua mitra dagang, mengerek tarif rata-rata AS menjadi 18,6%, tertinggi sejak 1933. Tiongkok merespons dengan membatasi ekspor mineral tanah jarang yang vital bagi industri teknologi dan energi.

Pada Juni lalu, kedua negara mencapai kesepakatan sementara. AS mencabut pembatasan ekspor teknologi chip dan bahan baku petrokimia, sementara Tiongkok mempermudah akses perusahaan AS ke logam tanah jarang.

Sebulan sebelumnya, mereka juga menurunkan tarif besar-besaran yang sempat mencapai 145% untuk produk Tiongkok dan 125% untuk produk AS.

Meski ada kemajuan, pakar menilai perjanjian dagang komprehensif masih sulit tercapai. Isu sensitif seperti perlindungan hak kekayaan intelektual dan subsidi industri Tiongkok diperkirakan akan terus menjadi sumber ketegangan, dengan potensi perang dagang berlanjut bertahun-tahun ke depan.