Rupiah Menguat Didukung Sentimen Gencatan Senjata Israel dan Iran, Tapi Bakal Sulit di Bawah Rp 16.200 Per Dolar Amerika

Rupiah Menguat Didukung Sentimen Gencatan Senjata Israel dan Iran, Tapi Bakal Sulit di Bawah Rp 16.200 Per Dolar Amerika

Nilai tukar rupiah pada pembukaan perdagangan hari Kamis pagi di Jakarta menguat sebesar 10 poin atau 0,06 persen menjadi Rp 16.290 per dolar AS dari sebelumnya Rp 16.300 per dolar AS.

Presiden Direktur PT Doo Financial Futures Ariston Tjendra memperkirakan pergerakan nilai tukar (kurs) rupiah masuk ke area konsolidasi di sekitaran Rp 16.200 per dolar Amerika Serikat (AS).

"Kelihatannya agak sulit untuk rupiah menguat di bawah level tersebut," katanya kepada ANTARA di Jakarta, Kamis.

Kepala Ekonom Permata Bank Josua Pardede mengatakan, penguatan nilai tukar (kurs) rupiah didukung peningkatan ekspektasi gencatan senjata di Timur Tengah.

"Penguatan rupiah ini didukung oleh semakin meningkatnya ekspektasi gencatan senjata di Timur Tengah antara Israel dan Iran,” ujarnya.

Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump telah mengumumkan bahwa gencatan senjata antara kedua belah pihak akan dimulai sekitar pukul 04.00 GMT (11.00 WIB).

AS mengharapkan Iran untuk menghentikan operasinya terlebih dahulu untuk mengakhiri perang selama 12 hari.

Namun, Menteri Luar Negeri (Menlu) Iran Abbas Araqchi mengatakan tidak ada kesepakatan mengenai gencatan senjata antara Iran dan Israel.

Namun, Iran akan siap untuk menghentikan serangan balasan lanjutan jika serangan Israel berhenti per pukul 04.00 waktu Teheran (07.30 WIB) pada Selasa (24/6).

Gencatan senjata ini dilakukan setelah Iran meluncurkan serangkaian rudal ke Pangkalan Militer Amerika Serikat Al Udeid di Qatar pada Senin (23/6) sebagai balasan atas serangan AS terhadap fasilitas nuklir Iran.