Warga Amerika Menentang Serangan ke Iran, Tapi Trump Punya 2 Alasan Jika Ingin Terlibat

Warga Amerika Menentang Serangan ke Iran, Tapi Trump Punya 2 Alasan Jika Ingin Terlibat

Survei yang dilakukan oleh The Washington Post mengungkapkan, hampir separuh warga Amerika Serikat menentang serangan udara AS terhadap Iran.

Dalam survei yang dilakukan Kamis (20/6) hanya seperempat yang menyatakan dukungan.

Survei yang dilakukan melalui pesan teks pada Rabu (18/6) dan menerima lebih dari 1.000 responden, menunjukkan bahwa sebanyak 45 persen menentang aksi militer AS, 25 persen mendukung, dan 30 persen masih belum memutuskan pilihan.

Jajak pendapat tersebut dilakukan di tengah meningkatnya konflik di Timur Tengah, saat Washington mempertimbangkan untuk melakukan respons terhadap perkembangan terbaru yang melibatkan konflik Iran-Israel.

Hasil survei tersebut menunjukkan tingkat skeptisisme publik yang signifikan terhadap eskalasi militer, dengan perbedaan 20 poin antara kelompok yang menentang dan kelompok yang mendukung.

Sementara itu, dua pertiga dari pendukung Partai Demokrat mengungkapkan pertentangan terhadap aksi militer, sembari menggarisbawahi sentimen anti perang yang kuat di kalangan basis partai tersebut.

Sebaliknya, sebanyak 47 persen dari pendukung Partai Republik mengatakan mereka akan mendukung serangan, dengan 24 persen lainnya menyatakan penolakan dan 29 persen belum menentukan pilihan.

Sekitar satu dari lima warga AS percaya bahwa program nuklir Iran merupakan ancaman serius dan langsung terhadap AS, sementara hampir separuhnya menganggap sebagai ancaman yang agak serius, dan sepertiga lainnya melihatnya sebagai ancaman yang tidak terlalu mengancam.

Selain itu, sekitar empat dari sepuluh warga AS mengatakan mereka sangat khawatir AS akan terlibat dalam perang skala penuh dengan Iran, sementara proporsi yang hampir sama menyatakan sedikit khawatir.

Sementara itu, Guru Besar Hukum Internasional Universitas Indonesia (UI) Hikmahanto Juwana berpendapat bahwa Amerika Serikat (AS) atau Presiden Donald Trump memanfaatkan Israel sebagai proksi (perwakilan) untuk menyerang Iran.

AS memiliki dua alasan untuk menyerang Iran, yaitu karena Iran dianggap sebagai kekuatan di belakang Hamas, Hezbollah, Houthi yang menyerang Israel.

Alasan yang kedua adalah program pengembangan nuklir Iran yang dikhawatirkan akan digunakan untuk menyerang Israel, lanjutnya.

Hal tersebut juga dapat dilihat dari pernyataan Presiden AS Donald Trump mengenai perundingan kesepakatan nuklir Iran, khususnya terkait pengayaan uranium di Iran.

“Hanya saja kalau Amerika Serikat melakukan serangan langsung ke Iran, tentu ini tidak mempunyai basis hukum dan juga bahwa yang dilakukan oleh AS ini akan menjadi kritikan bagi masyarakat internasional,” jelas Hikmahanto.