Apa Jadinya Bila Bus AKAP Tanpa Musik?

Bagi sejumlah orang, naik bus Antar Kota Antar Provinsi (AKAP) bukan sekadar perjalanan dari satu kota ke kota lain. Ada atmosfer khas membuat pengalaman ini terasa berbeda.
Misalnya seperti deru mesin, lampu jalan yang temaram, pemandangan yang berganti dari jendela, dan tentu saja musik yang mengalun dari speaker kabin.
Musik di dalam bus sudah menjadi bagian tak terpisahkan dari perjalanan. Lagu-lagu nostalgia yang diputar membuat penumpang larut dalam suasana, bahkan sering kali menjadi teman setia dalam perjalanan panjang.
Tapi, pernahkah kmembayangkan apa jadinya jika bus AKAP berjalan tanpa musik?
Sudah lebih dari sepekan ini sejumlah Perusahaan Otobus (PO) melakukan gerakan Transportasi Indonesia Hening.
Pada gerakan ini, layanan bus AKAP seolah jadi bisu tanpa musik lantaran tidak memutar lagu seperti biasanya.
Hal ini berawal dari polemik royali lagu terkait PP Nomor 56 Tahun 2021 tentang Pengelolaan Royalti Hak Cipta Lagu dan/atau Musik.
Regulasi tersebut menimbulkan protes para musisi terhadap sistem distribusi royalti yang dianggap tidak transparan dan belum adil.
Maka dari itu, pengalaman naik bus bus AKAP jadi berbeda dari biasanya lantaran kini jadi hening. Padahal musik di bus bukan hanya sekadar hiburan, melainkan pengalaman sensorik yang menyatu dengan perjalanan.
Agramas lakukan gerakan Transportasi Indonesia Hening
Terkait hal tersebut, Amanda Margia Wiranata, psikolog klinis dan terapis bermain, mengatakan, sebuah studi mengatakan ada banyak manfaat yang diberikan dari musik.
"Studi neurosains dari Hodges dkk (2011) membuktikan bahwa intervensi musik bisa mengurangi tingkat stres dan meningkatkan kesejahteraan mental seseorang. Musik bisa menurunkan rangsangan fisiologis yang meningkat disebabkan oleh stres," katanya kepada Kompas.com, Senin (25/8/2025).
Amanda juga menambahkan, mendengarkan musik, bermain musik atau bernyanyi dikaitkan dengan menurunnya rangsangan fisiologis, ditunjukkan dengan berkurangnya tingkat kortisol (hormon stres) atau menurunnya detak jantung dan tekanan darah.
Musik juga berpengaruh terhadap kondisi emosional seseorang, seperti kekuatiran, kecemasan, kegelisahan atau kegugupan.
"Karena musik bisa mengatur aktivitas struktur otak yang terlibat dalam proses emosi. Ini dapat memunculkan perasaan senang dan bahagia," kata Amanda.
Lebih lanjut, Amanda mengatakan, musik bisa digunakan sebagai pengalihan atau selingan dari kejadian yang penuh tekanan ke sesuatu yang lebih menyenangkan, yang kemudian menurunkan level stres.
Terangi negeri dengan literasi, satu buku bisa membuka ribuan mimpi. Lewat ekspedisi Kata ke Nyata, Kompas.com ingin membawa ribuan buku ke pelosok Indonesia. Bantu anak-anak membaca lebih banyak, bermimpi lebih tinggi. Ayo donasi via Kitabisa!