Psikolog: Anak Bisa Lepas dari Gadget Asalkan Orangtua Aktif Menemani Bermain

psikolog, anak-anak, orangtua, anak kecenderungan pada gadget, kegiatan interaktik anak, cara anak lepas dari gadget, cara efektif membuat anak lepas dari gadget, Psikolog: Anak Bisa Lepas dari Gadget Asalkan Orangtua Aktif Menemani Bermain

Mengalihkan anak dari gadget bukan sekadar persoalan mematikan layar, yang jauh lebih penting ialah menghadirkan alternatif kegiatan yang menyenangkan dan relasi yang penuh makna. 

Hal ini tercermin dalam acara edisi Hari Anak Nasional yang diselenggarakan oleh Bakul Budaya FIB UI bertema "Sehari Happy, Tanpa HP" yang digelar di kampus Universitas Indonesia, Sabtu (26/7/2025).

Anak mampu lepas dari gadget

Selama lebih dari lima jam kegiatan berlangsung, puluhan anak dari berbagai usia dan sekolah tampak aktif mengikuti pertunjukan dongeng interaktif, penampilan tari budaya, hingga permainan tradisional. 

Menariknya, hampir tak tampak satu pun anak yang sibuk menatap layar ponsel. Fenomena ini sekaligus menjadi bukti bahwa anak mampu lepas dari gadget, selama lingkungan mendukung mereka untuk aktif, bermain, dan merasa diperhatikan.

psikolog, anak-anak, orangtua, anak kecenderungan pada gadget, kegiatan interaktik anak, cara anak lepas dari gadget, cara efektif membuat anak lepas dari gadget, Psikolog: Anak Bisa Lepas dari Gadget Asalkan Orangtua Aktif Menemani Bermain

Luh Surini Yulia Savitri, S.Psi., M.Psi, Psikolog, yang hadir dalam acara Bakul Budaya FIB UI edisi Hari Anak Nasional, di Universitas Indonesia, Depok, Sabtu (26/7/2025).

"Tadi saya merhatiin banget. Ada mungkin beberapa yang pegang HP, tapi tidak untuk browsing, lho. Mereka misalnya kayak foto atau memvideokan. Tapi saya tidak melihat satu pun anak yang memegang HP untuk browsing," ujar Luh Surini Yulia Savitri, S.Psi., M.Psi, psikolog dalam acara Bakul Budaya FIB UI bertema "Sehari Happy, Tanpa HP", di Universitas Indonesia, pada Sabtu (26/7/2025). 

Wanita yang akrab dipanggil Vivi tersebut, menegaskan bahwa bukan berarti anak benar-benar harus dijauhkan dari teknologi. Namun, ketika gadget menjadi satu-satunya sumber hiburan dan eksplorasi anak, di situlah masalah mulai muncul.

"Anak itu akan menyerap semua informasi yang ada di dalam gadget-nya. Apalagi anak-anak di bawah 5 tahun. Mereka akan meniru plek-ketiplek apa yang mereka lihat," jelas Vivi.

Di usia-usia tersebut, lanjutnya, anak-anak belum bisa memilah mana informasi yang baik dan mana yang buruk. Bahkan anak usia sekolah pun masih perlu bimbingan dalam menyaring informasi.

Tanpa pendampingan dari orang dewasa, gadget bisa menjadi gerbang paparan informasi tanpa filter yang membentuk perilaku dan emosi anak secara tidak sadar.

Tantrum tak selalu karena ketergantungan gadget

Lebih jauh, Vivi menjelaskan bahwa banyak orangtua yang mengeluhkan anaknya sulit lepas dari gadget, bahkan tantrum saat dilarang. Namun menurutnya, tantrum tidak selalu berarti ketergantungan gadget

Hal ini perlu dilihat lebih dalam: apakah anak tantrum karena tidak mendapatkan gadget, atau karena kebutuhan emosinya tidak dipenuhi?

"Tantrum itu normal sampai umur 4 tahun. Setelah 4 tahun, anak belajar untuk meregulasi dirinya. Tapi kalau tantrumnya karena tidak dapat HP, berarti itu sudah ada ketergantungan, dan semua yang sifatnya adiktif itu tidak mudah diatasi," katanya. 

Peran orangtua menghadirkan permainan seru

Solusinya, menurut Vivi, bukan pada larangan semata, tapi pada menghadirkan pilihan aktivitas yang menyenangkan. Ia menyebut bahwa orangtua sering kali kehabisan ide atau merasa bermain itu hal sulit. 

"Padahal permainan bisa apa pun yang disukai anak. Bahkan ngobrol pun bisa. Misalnya anak sedang nonton lewat HP, orangtua bisa duduk di sampingnya, lalu ngobrol: 'itu apa sih? kok joget-joget? itu tari apa?'," tambahnya.

Interaksi seperti itu, justru bisa memperkuat relasi anak dan orangtua. Anak merasa tidak dihakimi tapi dipahami.

psikolog, anak-anak, orangtua, anak kecenderungan pada gadget, kegiatan interaktik anak, cara anak lepas dari gadget, cara efektif membuat anak lepas dari gadget, Psikolog: Anak Bisa Lepas dari Gadget Asalkan Orangtua Aktif Menemani Bermain

Antusiasme anak-anak dalam menjawab pertanyaan interaktif seputar penampilan dongeng, dalam acara Bakul Budaya FIB UI bertema Sehari Happy, Tanpa HP, di Universitas Indonesia, Depok, Sabtu (26/7/2025).

Pengamatan Vivi selama acara berlangsung memperkuat pandangannya bahwa anak bisa sangat menikmati hari tanpa gadget, asalkan ada aktivitas menarik dan keterlibatan dari orang dewasa. 

Saat anak terlibat dalam pertunjukan dongeng, bermain permainan tradisional seperti ular tangga, engklek, lompat tali, hingga menari dan bernyanyi bersama teman, perhatian mereka sepenuhnya tersita pada pengalaman nyata, bukan layar.

"Buktinya dari pagi sampai siang, anak-anak di acara ini enggak pegang HP. Karena mereka diajak interaksi, dilibatkan, diajak seru-seruan. Jadi rumusnya sederhana: kalau tidak mau anak pegang HP, alihkan dengan yang lain," tegasnya.

Namun yang paling penting adalah konsistensi. Anak-anak yang memiliki pengalaman menyenangkan dalam bermain tanpa gadget akan lebih mudah diajak mengurangi screen time. Di sinilah letak peran kunci orangtua: menciptakan pengalaman itu. 

"Kalau orang bilang, anak saya enggak bisa enggak pegang HP dalam sehari, coba ikut kegiatan interaktif seperti ini. Buktikan bahwa anak itu bisa, kalau dia ada kegiatan yang lain," tutup Vivi.