Mengapa Gaya Parenting Tak Bisa Sama untuk Setiap Anak? Ini Kata Psikolog

Dalam dunia parenting, banyak orangtua yang menganggap satu gaya pengasuhan bisa berlaku untuk semua anak.
Padahal, setiap anak memiliki keunikan yang membuat pendekatan pengasuhan perlu disesuaikan. Ada anak yang lebih penurut, ada pula yang butuh penjelasan panjang untuk memahami aturan.
Menurut psikolog Meity Arianty, cara orangtua mendidik anak sebaiknya tidak disamaratakan.
“Iya, gaya parenting idealnya harus menyesuaikan dengan karakter masing-masing setiap anak,” ujar Meity saat dihubungi Kompas.com, Selasa (5/8/2025).
Jika dipaksakan dengan satu pendekatan yang sama, justru dapat menghambat tumbuh kembang anak secara optimal.
Mengapa gaya parenting anak tak bisa disamaratakan?
Setiap anak lahir dengan karakter unik
Meity menekankan pentingnya mengenali keunikan anak sejak dini. Ia menjelaskan, anak memiliki perbedaan dalam kepribadian, kebutuhan emosional, serta cara belajar yang tidak bisa disamakan.
“Sebab, setiap anak memiliki kepribadian, kebutuhan emosional, cara belajar, dan respons terhadap aturan yang berbeda,” tutur dia.
Artinya, anak yang aktif dan senang bergerak akan lebih mudah menangkap arahan melalui kegiatan langsung, dibandingkan hanya diberi nasihat secara lisan.
Sementara itu, anak yang introvert mungkin butuh waktu lebih lama untuk memahami atau mengungkapkan perasaannya.
Pendekatan yang sama, hasil bisa berbeda
Dalam praktiknya, tidak sedikit orangtua yang berharap satu metode mendidik bisa diterapkan ke semua anak dalam keluarga.
Namun, ia mengingatkan, hal tersebut justru bisa menimbulkan tantangan baru terhadap relasi anak dan orangtua.
“Jika orangtua memiliki lima anak maka sebaiknya kenali kepribadian masing-masing anak, agar orangtua memahami bagaimana memperlakukan setiap anak,” jelas Meity.
Misalnya, cara memotivasi anak pertama yang ambisius tentu berbeda dengan anak kedua yang lebih santai.
Bila pendekatan yang sama terus dipaksakan, anak bisa merasa tidak dimengerti dan menarik diri secara emosional dari orangtua.
Fleksibilitas orangtua adalah kunci
Orangtua yang fleksibel dan peka terhadap perbedaan anak dinilai memiliki keunggulan dalam membangun kedekatan emosional yang sehat.
Menurutnya, fleksibilitas ini bukan berarti membiarkan anak tanpa batasan, melainkan mampu menyesuaikan cara mengasuh sesuai kebutuhan.
“Orangtua perlu memiliki fleksibilitas, sensitivitas, dan kemampuan memahami karakter unik anaknya agar orangtua dapat membangun hubungan yang lebih kuat,” kata Meity.
Fleksibilitas itu bisa berupa cara berkomunikasi yang berbeda untuk tiap anak, pemberian aturan dengan cara yang lebih bisa diterima, atau mengatur ekspektasi yang realistis berdasarkan kemampuan anak.
Anak merasa dihargai dan dipahami
Lebih lanjut, Meity mengatakan, pola asuh yang adaptif tidak hanya memudahkan orangtua memahami anak, tetapi juga membuat anak merasa dihargai.
Ketika anak merasa dimengerti, mereka akan lebih terbuka dan percaya kepada orangtua.
“Orangtua harus paham bahwa pola asuh yang adaptif dapat membantu anak merasa dihargai dan dipahami, dan hal ini penting untuk perkembangan mental dan emosional anak,” lanjutnya.
Dengan pola asuh yang menyesuaikan karakter anak, orangtua tidak hanya mendidik, tapi juga membantu anak menemukan versi terbaik dari dirinya.
Hal ini menjadi bekal penting bagi anak dalam menjalani hidup yang sehat secara emosional, sosial, maupun akademik.
Terangi negeri dengan literasi, satu buku bisa membuka ribuan mimpi. Lewat ekspedisi Kata ke Nyata, Kompas.com ingin membawa ribuan buku ke pelosok Indonesia. Bantu anak-anak membaca lebih banyak, bermimpi lebih tinggi. Ayo donasi via Kitabisa!