Menikah dengan WNA Tak Menjamin Anak Tinggi, Ini Kata Dokter Kandungan

Tren menikah dengan warga negara asing (WNA) yang ramai di media sosial tak serta-merta menjamin akan menghasilkan keturunan dengan postur tubuh lebih tinggi atau kualitas genetik lebih baik.
Hal ini ditegaskan oleh Dokter Spesialis Obstetri dan Ginekologi, Dr. Boy Abidin, SpOG, Subsp. FER.
“Mungkin (kalau menikah) dengan bule genetiknya diharapkan bagus, tapi tidak diberikan nutrisi atau kecukupan gizi yang baik, tidak distimulasikan dengan baik dan segala macam ya anaknya akan biasa-biasa saja, itu poinnya,” ujar Boy dalam temu media di Jakarta, Selasa (1/7/2025).
Menurut Boy, yang juga merupakan lulusan Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran, faktor genetik memang memainkan peran penting dalam menentukan kualitas keturunan, termasuk bentuk wajah, rambut, serta warna dan bentuk mata. Namun, jika berbicara soal tinggi badan anak, tidak bisa hanya mengandalkan genetik semata.
“Asupan gizi, terutama sejak dalam kandungan, sangat menentukan. Orang tua yang tinggi badannya biasa-biasa saja tidak menutup kemungkinan kalau anak itu disiapkan, diberikan nutrisi yang baik, dia akan jadi anak dengan kualitas yang jauh lebih baik, maaf ya, dari kedua orang tuanya,” tutur Boy.
Gizi dan Stimulasi Penting Sejak Masa Perencanaan Kehamilan
Boy menekankan bahwa membangun generasi unggul dan sehat dimulai sejak masa perencanaan kehamilan. Ia mengingatkan para calon orang tua untuk lebih memperhatikan kesehatan diri, khususnya dalam hal pemenuhan nutrisi ibu hamil yang berkaitan langsung dengan kualitas janin yang akan dilahirkan.
Saat ini, kata dia, bahan makanan yang tersedia di masyarakat sudah memiliki kandungan gizi yang jauh lebih baik dibandingkan generasi sebelumnya.
“Mungkin kalau dulu orang tua kita makannya ubi, sekarang makannya singkong, makannya keju. Jadi artinya dia sudah ada perbaikan,” kata Boy.
Kondisi ini, menurut dia, menjadi salah satu alasan mengapa generasi masa kini memiliki postur tubuh yang lebih tinggi dan kecerdasan yang lebih baik dibandingkan generasi terdahulu.
Pentingnya Zat Mikronutrien untuk Ibu Hamil
Dalam kesempatan tersebut, Boy juga menjelaskan secara rinci mengenai berbagai zat mikronutrien yang sangat dibutuhkan oleh ibu hamil guna menunjang perkembangan janin.
“Ketika seorang ibu hamil dapat mengendalikan asupan nutrisinya, ia tidak hanya melindungi dirinya sendiri tetapi juga melakukan investasi kesehatan terbaik bagi masa depan anaknya,” jelasnya.
Beberapa zat gizi mikro yang sangat penting antara lain:
Asam folat, yang berperan dalam perkembangan otak dan pembentukan sumsum tulang belakang janin. Dokter biasanya memberikan suplemen asam folat pada ibu hamil selama masa konsultasi dan pemantauan kehamilan.
Zat besi, penting untuk pembentukan hemoglobin dan mencegah anemia. Pemerintah Indonesia sendiri telah mendorong konsumsi zat besi bahkan sejak remaja, secara gratis.
Kalsium, membantu pembentukan tulang dan gigi janin, serta vitamin D yang mendukung proses penyerapan kalsium dan fosfor.
Omega-3, seperti DHA dan EPA, diperlukan untuk perkembangan otak dan mata janin. “Jadi multitalenta, cerdas dan segala macam itu sebenarnya bagaimana sel-sel otak janin ini terbentuk. Harus ada rangsangan, tetap harus ada stimulasi,” jelas Boy.
Vitamin A, untuk kesehatan mata dan kulit.
Zinc, untuk pertumbuhan dan perkembangan anak termasuk dalam mendukung tinggi badan anak.
Kurangnya Prioritas Nutrisi oleh Calon Ibu
Sayangnya, menurut Boy, konsumsi zat mikronutrien oleh calon ibu di Indonesia masih belum menjadi prioritas. Padahal kekurangan nutrisi ini berisiko menyebabkan berbagai komplikasi kehamilan.
“Kekurangan asam folat aktif (metafolin), zat besi, vitamin D sampai dengan kalsium sangat berkaitan dengan terjadinya risiko seperti anemia, preeklampsia, hingga cacat tabung saraf, yang dampaknya bisa seumur hidup,” kata Boy.
Ia mengajak calon ibu untuk menjalani perawatan kesehatan mandiri secara menyeluruh, termasuk memahami pentingnya gizi selama kehamilan dan menerapkan pola makan sehat.
“Mohon diingat ya, zat gizi mikro itu diperlukan untuk perkembangan normal anak di semua tahap kehidupan dari perencanaan, pembuahan hingga akhir masa menyusui,” tambahnya.
Faktor Risiko Kekurangan Mikronutrien
Ada beberapa faktor yang menyebabkan ibu hamil bisa kekurangan zat mikronutrien, antara lain:
- Konsumsi makanan tidak berkualitas, seperti makanan cepat saji
- Penyakit somatik
- Kelainan genetik yang membuat tubuh tidak bisa menyerap vitamin tertentu
- Faktor lingkungan dan gaya hidup buruk
- Penggunaan obat-obatan tertentu
- Kelebihan berat badan
- Usia terlalu muda atau terlalu tua untuk hamil
Boy menutup penjelasannya dengan mengingatkan kembali bahwa kualitas keturunan bukan hanya ditentukan oleh genetik atau siapa pasangan hidupnya, melainkan sejauh mana orang tua mempersiapkan diri secara nutrisi dan kesehatan untuk menyambut kelahiran sang anak.