Dihargai Lewat Kata: Afirmasi Positif Fondasi Kepercayaan Diri Anak

APAKAH Anda pernah mendengar anak mengatakan “Aku sepertinya tidak bisa” atau “Aku takut dimarahi”?
kalimat tersebut terkesan biasa saja bagi orang dewasa. Namun bagi anak, kalimat tersebut adalah kalimat yang spontan diucapkan ketika mereka merasa tidak nyaman atau rendah diri.
Tanpa disadari, anak-anak mudah menyerap apa yang ia dengar, lihat, dan rasakan di sekitar lingkungannya.
Sehingga jika kita sebagai orang dewasa kurang tepat dalam memberikan reaksi atau jawaban, nantinya anak akan merasa bahwa keluhannya tidak didengar dan berujung pada kesedihan. Hal ini pun akan berdampak pada tinggi rendahnya self-esteem atau kepercayaan diri anak.
Sebenarnya apa sih self-esteem Itu?
Self-esteem atau yang biasa dikenal dengan harga diri adalah pandangan terhadap diri sendiri, baik positif maupun negatif (Rosenberg, 1965).
Pandangan terhadap diri sendiri menjadi salah satu aspek penting dalam kehidupan, karena akan memengaruhi bagaimana kita sebagai individu berperilaku terhadap lingkungan.
Penting untuk membentuk kebiasaan berpandangan positif sedari kecil. Hal ini juga didukung oleh pernyataan Guindon (2010), di mana masa kanak-kanak dan remaja adalah masa yang mudah untuk membentuk self-esteem.
Beberapa faktor yang dapat memengaruhi tinggi rendahnya self-esteem sebagai berikut:
Pertama, stereotip masyarakat terhadap gender. Di era saat ini, banyak anak laki-laki dituntut untuk menjadi kuat dan anak perempuan cenderung dianggap lebih inferior, yang dapat mengakibatkan penurunan self-esteem lebih awal.
Hal tersebut berhubungan dengan lingkungan di mana anak tumbuh, berkembang, dan dibesarkan.
Ketika anak berada di lingkungan yang kurang mendukung, anak akan mendapatkan diskriminasi sehingga membuatnya menjadi individu yang kurang percaya diri.
Kedua, akademik dan evaluasi. Self-esteem dan prestasi akademik memiliki hubungan dua arah. Self-esteem pada diri anak dapat meningkatkan rasa berani mencoba dan tidak takut gagal saat ingin memulai suatu prestasi akademik.
Penting juga untuk selalu memberikan pujian ataupun pengakuan kepada anak atas prestasinya agar dapat menumbuhkan pandangan positif untuk dirinya (Wibowo, 2016).
Ketiga, kehidupan keluarga di rumah dan hubungan dengan orangtua. Keluarga merupakan pilar utama dalam terbentuknya karakter anak.
Anak memerlukan proses tumbuh kembang di dalam keluarga yang penuh dengan kehangatan, responsif, dan juga dilandasi kasih sayang.
Kemudian, saat anak berada pada fase yang sulit, orangtua mengambil peran dalam komunikasi yang terbuka. Memberikan dukungan penuh sangat penting dalam pembentukan self-esteem yang tinggi dan konsisten.
Keempat, penerimaan atau penolakan teman sebaya. Mungkin, beberapa orang menganggap bahwa berteman harus dengan siapa saja.
Namun nyatanya, pertemanan memiliki pengaruh besar terhadap kualitas self-esteem anak, lho!
Setelah keluarga, teman menjadi bagian dari lingkungan sosial terdekat anak. Kualitas pertemanan penting dalam pengembangan self-esteem anak.
Anak yang diterima dengan baik oleh lingkungannya akan memiliki self-esteem yang lebih baik. Sedangkan anak yang mengalami penolakan, seperti bullying akan memiliki self-esteem yang rendah.
Hal ini tentunya akan berdampak jangka panjang dan akan memengaruhi bagaimana kualitas anak dalam membangun hubungan yang sehat.
Nah, kita sudah tahu mengenai faktor yang berdampak pada self-esteem anak, baik dari pandangan masyarakat, lingkungan tempat anak berkembang, serta peran dan hubungan dengan orang di sekitar.
Selain mengetahui hal tersebut, kita juga perlu mengetahui kira-kira langkah apa saja yang dapat diberikan kepada si kecil agar self-esteem meningkat.
Salah satu cara sederhana, tapi dapat memiliki dampak yang besar untuk memengaruhi self-esteem anak adalah dengan menerapkan self-affirmation.
Afirmasi merupakan suatu kalimat positif yang dapat menjadi penguat untuk diri kita sendiri. Hal ini untuk mencegah individu berpikiran buruk dan menjaga agar tetap optimistis terhadap diri sendiri (Septyanti et al., 2024; Yuangga et al., 2022).
Contoh kalimat yang dapat menjadi self-affirmation seperti:
“Aku berharga”
“Aku percaya pada diriku”
“Aku pantas dihargai”
Kalimat-kalimat di atas mungkin terasa sederhana. Namun, kalimat tersebut memiliki kekuatan untuk meningkatkan self-esteem anak.
Dengan pengulangan dan latihan yang konsisten, afirmasi positif dapat tertanam dalam alam bawah sadar dan secara bertahap membentuk pola pikir, memengaruhi sikap, kebiasaan, serta respons emosional seseorang agar sejalan dengan isi afirmasi tersebut (Widad & Idawati, 2023; Zebua et al., 2022).
Secara biologis, proses ini terjadi karena adanya peran hippocampus di otak yang berperan dalam proses belajar dan mengingat.
Bagian otak ini mengolah informasi dari ingatan jangka pendek dan mengubahnya menjadi ingatan jangka panjang yang disimpan di korteks serebri melalui proses yang disebut plastisitas sinaptik (Tzilivaki et al., 2023).
Karena itu, afirmasi yang dilakukan secara terus menerus dapat membentuk ingatan yang lebih kuat dan menetap dalam pikiran seseorang.
Kita dapat mulai menerapkan self-affirmation dengan cara yang sedikit berbeda dan lebih menarik. Salah satu cara kreatif yang bisa dilakukan di rumah adalah dengan membuat star affirmation yang hanya memerlukan tiga bahan saja, yaitu pulpen, kertas origami DIY, dan wadah toples.
Berikut langkah-langkah pembuatannya:
- Siapkan alat dan bahan. Selanjutnya ambil satu kertas lalu tuliskan afirmasi positif yang diinginkan.
- Buatlah simpul dengan menyebrangi ujung potongan dan tarik salah satu ujungnya melalui gulungan yang terbentuk.
- Ujung kertas ditarik ke atas dan dikencangkan sehingga membentuk segi lima.
- Sisi yang pendek ditekuk mengikuti bentuk dan disisipkan.
- Sisi yang panjang dilipat mengikuti tepi segi lima hingga habis.
- Jika ada sisa kertas, dapat diselipkan.
- Tekan setiap sudut agar berbentuk seperti bintang.
- Star affirmation sudah jadi, dan siap untuk dimasukkan ke dalam toples!
Cara ini dapat mengasah kreativitas anak, mengajak anak untuk lebih aktif, dan tentunya membantu anak untuk lebih menghargai diri sendiri.
Selain membiasakan anak untuk melakukan self affirmation, individu di rumah serta orang-orang di sekitarnya juga perlu membiasakan diri untuk memberikan respons yang mendukung.
Afirmasi positif bukan hanya sekadar kata, tapi menjadi pondasi penting agar anak lebih percaya diri dan merasa dihargai.
If parents don’t shape their kids, their kids will be shaped by outside forces. Forces that don’t care what shape they are in — Dr. Louise Hart
*Karelina Primavitri, Shavira Hasanah Putri A. Syarif, Naila Hullatun Nichlah, Mahasiswa Psikologi Universitas Tarumanagara
Hanna Christina Uranus, M.Psi., Psikolog, Dosen Fakultas Psikologi Universitas Tarumanagara
Terangi negeri dengan literasi, satu buku bisa membuka ribuan mimpi. Lewat ekspedisi Kata ke Nyata, Kompas.com ingin membawa ribuan buku ke pelosok Indonesia. Bantu anak-anak membaca lebih banyak, bermimpi lebih tinggi. Ayo donasi via Kitabisa!