Keputusan Childfree Bisa Berubah? Ini Kata Psikolog

Keputusan childfree atau tidak memiliki anak disebut bukan sesuatu yang tetap. Psikolog Keluarga Sukmadiarti Perangin-angin, M.Psi., Psikolog, mengatakan, keputusan ini bisa berubah seiring waktu, kematangan emosional, serta pengalaman hidup seseorang.
“Ketika seseorang memutuskan childfree pada satu titik, itu adalah keputusan yang diambil sesuai kondisi jiwanya saat itu. Tapi bukan berarti keputusan itu akan berlaku selamanya,” kata Sukmadiarti kepada Kompas.com, Rabu (2/7/2025).
Keputusan childfree bisa berubah?
Seseorang mungkin saja mengubah pandangannya
Menurutnya, dalam ilmu psikologi, kepribadian dan kondisi emosional seseorang bersifat dinamis.
Seiring proses pendewasaan, penyembuhan luka batin, dan refleksi diri, seseorang bisa mengubah pandangannya terhadap berbagai hal, termasuk soal memiliki anak.
“Kepribadian kita bisa tumbuh dan berubah. Jadi kalau saat ini merasa belum siap punya anak, bukan berarti selamanya akan begitu,” ujarnya.
Sukmadiarti menuturkan, keputusan childfree tidak selalu berasal dari trauma. Namun, dalam beberapa kasus, bisa jadi merupakan bentuk perlindungan diri.
Apakah keputusan untuk childfree bisa berubah? Simak penjelasan dari psikolog berikut ini.
Misalnya, seseorang tumbuh dalam lingkungan keluarga yang sering konflik, atau pola asuh yang menyakitkan. Hal ini bisa membentuk ketakutan akan peran sebagai orangtua.
“Mungkin saja ada pengalaman tertentu seperti pola asuh atau konflik keluarga yang membekas. Ini bisa memengaruhi cara pandang seseorang terhadap peran sebagai orangtua,” jelasnya.
Di sisi lain, keputusan untuk tidak memiliki anak bisa juga dilandasi kesadaran atas kapasitas pribadi yang belum siap. Dalam hal ini, childfree menjadi pilihan yang muncul dari kejujuran terhadap diri sendiri.
“Pilihan childfree bisa saja karena seseorang sadar diri akan kapasitasnya saat ini. Tapi seiring waktu, jika mereka terbuka untuk bertumbuh dan menyembuhkan diri, pilihan itu bisa saja bergeser,” jelas Sukmadiarti.
Kesiapan bukan soal kesempurnaan, tapi proses
Apakah keputusan untuk childfree bisa berubah? Simak penjelasan dari psikolog berikut ini.
Sukmadiarti menekankan bahwa kesiapan untuk memiliki anak tidak muncul dari rasa sudah benar-benar siap. Justru kesiapan itu tumbuh dari proses menjalani, mencoba, dan belajar banyak hal, seperti parenting.
“Sama seperti menikah, tidak ada yang benar-benar siap. Tapi ketika kita menjalaninya, kesiapan itu tumbuh. Begitu juga dengan punya anak,” ujarnya.
Karena itu, ketakutan atau keraguan tidak perlu menjadi penghalang untuk belajar. Asalkan seseorang mau bertumbuh, maka proses itu sendiri bisa membantu membentuk kesiapan emosional.
Penyembuhan diri dan self-love

Apakah keputusan untuk childfree bisa berubah? Simak penjelasan dari psikolog berikut ini.
Sukmadiarti menambahkan, beberapa orang memilih childfree karena menyimpan ketakutan akan masa depan, rasa bersalah, atau kekhawatiran bahwa pernikahannya kelak tidak berjalan baik dan berdampak pada anak.
“Kadang seseorang memilih childfree karena takut. Takut pernikahannya gagal, takut menyakiti anak, atau takut mengulang pola yang dulu ia alami. Ini manusiawi,” katanya.
Dalam kondisi ini, seseorang bisa mencoba menyembuhkan luka batinnya melalui konseling atau terapi psikologis.
Konsultasi dengan profesional penting dilakukan agar keputusan besar dalam hidup tidak diambil dalam keadaan penuh luka atau tekanan.
“Kalau bisa sembuh sendiri, mungkin keputusannya akan berbeda. Tapi kalau tidak maka butuh bantuan psikolog untuk membantu memulihkan luka batin itu,” ujar Sukmadiarti.
Ia juga menekankan pentingnya self-love atau menyayangi diri sendiri dalam proses ini.
“Jangan takut salah. Yang penting mau belajar dari kesalahan dan menghargai diri sendiri yang sudah berusaha,” tutupnya.