Kebiasaan Menimbun Barang Bisa Turunkan Kualitas Hidup, Ini Kata Psikolog

hoarding disorder, menimbun barang, hoarding disorder adalah, kebiasaan menimbun barang, dampak menimbun barang, kebiasaan menumpuk barang, perbedaan hoarding dan menimbun, Kebiasaan Menimbun Barang Bisa Turunkan Kualitas Hidup, Ini Kata Psikolog

Nilai sentimental dan fungsional biasanya jadi alasan seseorang enggan membuang atau menjual barang lama yang ditimbunnya. 

Perilaku ini tidak hanya mengganggu psikologis orang tersebut dan orang lain yang tinggal dengan orang tersebut, tapi juga memengaruhi secara fisik. Namun, dampaknya tergantung barang yang ditimbun.

Dampak negatif kebiasaan menimbun barang

Bisa bikin stres

hoarding disorder, menimbun barang, hoarding disorder adalah, kebiasaan menimbun barang, dampak menimbun barang, kebiasaan menumpuk barang, perbedaan hoarding dan menimbun, Kebiasaan Menimbun Barang Bisa Turunkan Kualitas Hidup, Ini Kata Psikolog

Barang lama yang ditumpuk sembarangan bisa membuat stres dan ruang gerak terbatas. Simak penjelasan psikolog soal risikonya.

Apabila kebiasaan menimbun membuat barang-barang ditumpuk secara tidak rapi, terlalu banyak barang yang tidak fungsional, dan sampai membuat seseorang ketakutan ketika harus menjual atau membuangnya, hal itu bisa memicu stres.

Seseorang bisa menjadi semakin stres karena ruang gerak mereka dalam ruangan tersebut berkurang akibat tumpukan barang yang berantakan.

“Kalau berantakan, susah juga. Dan kita bisa lebih mudah fokus ketika ruangan bersih dan teratur,” ujar Shierlen.

Dengan kata lain, ruang gerak yang terbatas karena tumpukan barang, dapat membuat seseorang sulit berkonsentrasi. Kenyamanan pun jadi hilang.

Sebab, secara alamiah, manusia merasa lebih nyaman ketika tinggal di lingkungan yang bersih dan rapi. Terlalu banyak tumpukan barang bisa menurunkan kualitas hidup.

Di samping itu, perilaku ini juga bisa membuat orang lain yang tinggal bersama mereka menjadi ikutan stres.

“Kalau orang yang suka nyimpan sampah, ada juga kan, itu pengaruh ke keluarga juga bisa. Ke orang-orang terdekat. Pada beberapa orang, mereka jadi malu atau takut untuk menerima tamu karena rumahnya penuh sama barang-barang,” jelas Shierlen.

Apakah menimbun barang termasuk hoarding disorder?

Psikolog jawab belum tentu, tapi..

hoarding disorder, menimbun barang, hoarding disorder adalah, kebiasaan menimbun barang, dampak menimbun barang, kebiasaan menumpuk barang, perbedaan hoarding dan menimbun, Kebiasaan Menimbun Barang Bisa Turunkan Kualitas Hidup, Ini Kata Psikolog

Barang lama yang ditumpuk sembarangan bisa membuat stres dan ruang gerak terbatas. Simak penjelasan psikolog soal risikonya.

Menurut Shierlen, orang-orang yang suka menimbun barang dan enggan menjual atau membuangnya belum tentu mengidap hoarding disorder.

“Kalau hoarding saja, bisa jadi iya. Tapi apakah disorder? Kita enggak bisa bilang begitu juga," ujar Shierlen.

Dikutip dari situs web resmi Rumah Sakit Mitra Keluarga, hoarding disorder adalah gangguan mental ketikaseseorang mengalami kesulitan parah untuk membuang atau melepas barang-barang, terlepas dari nilai barang tersebut.

Alhasil, penumpukan barang di tempat tinggal bakal terjadi sehingga dapat mengganggu kehidupan sehari-hari.

Beberapa gejalanya mencakup suka menimbun banyak barang, sulit membuang atau menjual barang, sulit merapikan barang, serta merasa cemas, marah, atau panik saat hendak membuang barang.

Gejala lainnya mencakup cemas karena merasa bakal membutuhkan barang yang ditimbun di kemudian hari, serta ruangan tempat ia menimbun barang jadi tidak berfungsi karena terlalu banyak barang.

Beda kebiasaan menimbun barang dengan hoarding disoder

Perasaan tidak nyaman parah yang harus diperhatikan

hoarding disorder, menimbun barang, hoarding disorder adalah, kebiasaan menimbun barang, dampak menimbun barang, kebiasaan menumpuk barang, perbedaan hoarding dan menimbun, Kebiasaan Menimbun Barang Bisa Turunkan Kualitas Hidup, Ini Kata Psikolog

Barang lama yang ditumpuk sembarangan bisa membuat stres dan ruang gerak terbatas. Simak penjelasan psikolog soal risikonya.

Shierlen melanjutkan, hoarding disorder adalah kondisi klinis yang tergolong ekstrem. Lantas, apa bedanya hoarding alias mengumpulkan barang dengan hoarding disorder?

"Bedanya, kalau hoarding disorder adalah ketika orang ini tidak menimbun barang maka akan timbul rasa tidak nyaman," jelas dia.

Bahkan, perasaan tidak nyaman itu bisa sampai mengganggu kehidupan sehari-hari, misalnya ketika ia harus pergi ke kantor dan bekerja.

Alih-alih berangkat kerja, ia justru tidak bisa berfungsi karena merasa sangat cemas dengan barang-barangnya.

Bisa pula ia tidak bisa beraktivitas di dalam rumah karena barang yang ditimbun sudah sangat banyak, dan berujung pada stres karena secara fisik sulit bergerak.

"Kemudian dia jadi sangat perfeksionis ketika melihat ada satu barang yang hilang. Dia langsung tidak tenang atau stres sekali yang signifikan," kata Shierlen.

Sementara itu, hoarding adalah orang yang hanya gemar mengumpulkan barang dan enggan membuangnya karena alasan tertentu. Misalnya adalah karena barang berpotensi akan digunakan kembali kemudian hari.

Terangi negeri dengan literasi, satu buku bisa membuka ribuan mimpi. Lewat ekspedisi Kata ke Nyata, Kompas.com ingin membawa ribuan buku ke pelosok Indonesia. Bantu anak-anak membaca lebih banyak, bermimpi lebih tinggi. Ayo donasi via Kitabisa!