Ini Tanda Anak Sudah Siap Bermain Mandiri Menurut Psikolog
Independent play atau bermain mandiri adalah ketika anak bermain sendiri tanpa keterlibatan orang lain secara langsung. Namun, bukan berarti anak tidak diawasi oleh oranngtua.
Fase ini sangat penting untuk perkembangan anak karena mereka bisa menjadi lebih mandiri, menjelajahi lingkungannya, dan berimajinasi dengan kreativitasnya.
“Harapannya di umur 4,5 tahun sampai lima tahun, mereka sudah keluar inisiatifnya untuk main sendiri,” kata co-founder BN Montessori, psikolog Pritta Tyas, M.Psi., di Decathlon Pondok Indah, Jakarta Selatan, beberapa waktu lalu.
Anak bermain mandiri
Tanda anak bisa bermain sendiri
Co-founder Malo Enterprise, Felicia Debora (kanan) dan Co-founder BN Montessori dan portal belajar parenting Good Enough Parents, psikolog Pritta Tyas, M.Psi. (kiri), saat peluncuran Jakarta Family Walk di Decathlon Pondok Indah, Jakarta Selatan, Kamis (26/6/2025).
Untuk mengetahui apakah anak sudah bisa bermain mandiri, ayah dan ibu bisa membiarkan anak bermain sendiri dengan mainannya.
Biasanya, anak yang sudah bisa bermain mandiri bakal menunjukkan tanda–tanda, seperti mereka asyik mengulik mainannya sendiri, tanpa perlu diajak berbicara.
“Kita lihat, kira-kira seberapa lama anak bisa memainkan itu tanpa harus diajak ngobrol. Kalau misalnya anak umur empat tahun, dan dia bisa 12-15 menit main sendiri, berarti dia sudah siap untuk independent play,” terang Pritta.
Tak semua anak sama
Independent play atau bermain mandiri bermanfaat bagi perkembangan anak. Namun, kapan mereka bisa mulai melakukannya?
Namun, tidak semua anak menunjukkan tanda tersebut pada rentang usia yang sama.
Ada yang baru memperlihatkan inisatif untuk bermain mandiri pada usia enam sampai tujuh tahun.
Pritta menuturkan, hal ini umum terjadi pada anak-anak tunggal yang dari kecil selalu ditemani oleh orangtuanya.
Hal ini juga terjadi pada anak-anak yang selalu “diganggu” oleh ayah dan ibu saat bermain sendiri.
“Kadang orangtuanya yang enggak siap anaknya independent play, direcokin terus dan ditanya-tanya, ‘Kamu main apa?’ Jadi, orangtuanya yang menghambat anak untuk bisa independent play,” kata Pritta.
