Waspada, Ini 5 Pekerjaan yang Rentan Selingkuh Menurut Psikolog

Tak semua orang menyadari bahwa lingkungan kerja bisa menjadi pemicu utama retaknya hubungan asmara hingga rumah tangga.
Seorang konselor dan profesor psikologi Eden Lobo mengungkap, perselingkuhan tidak selalu terjadi karena masalah pribadi, tetapi juga bisa dipengaruhi oleh sifat dan lama waktu yang dihabiskan saat bekerja.
"Di sisi lain, jika seseorang merasa diabaikan, tidak dihargai, atau terputus secara emosional dari pasangannya, mereka mungkin mencari validasi di tempat lain," jelasnya seperti dilansir dari AOL, Senin (21/7/2025).
Di balik kesibukan dan tuntutan profesional, beberapa pekerjaan ternyata memiliki risiko lebih tinggi terhadap perselingkuhan. Pekerjaan apa saja yang paling sering dikaitkan dengan perselingkuhan? Simak daftarnya berikut ini.
5 Pekerjaan yang rentan selingkuh menurut Psikolog
1. Pilot dan awak kabin
Bekerja di dunia penerbangan bukan hanya tentang pelayanan jasa dan perjalanan keliling dunia.
Jadwal yang tidak menentu, shift malam, dan seringnya bepergian membuat para pekerja di bidang ini kerap jauh dari pasangan dalam waktu yang lama.
“Penerbangan jarak jauh dan singgah di berbagai kota menciptakan peluang untuk membentuk hubungan rahasia. Apalagi, pilot sering dianggap karismatik dan awak kabin banyak berinteraksi dengan orang baru,” tutur Lobo.
Faktor fisik dan emosional yang terpisah dari pasangan, serta kesempatan sosial yang luas, menjadi kombinasi yang membuat profesi ini rawan godaan untuk berselingkuh dari pasangan.
2. Dokter dan perawat
Profesi medis sangat mulia, tetapi tekanan pekerjaan yang tinggi juga membuat mereka rawan tergelincir ke dalam hubungan emosional dengan rekan kerja.
“Jadwal tidak teratur dan stres tinggi membuat waktu bersama pasangan berkurang. Di sisi lain, tekanan bersama di ruang kerja dapat menciptakan ikatan emosional yang kuat,” kata Lobo.
Perselingkuhan sering terjadi sebagai pelarian dari kelelahan emosional yang dirasakan akibat tuntutan profesi.
3. Pengusaha
Menurut Lobo, seorang pengusaha sering dihadapkan pada tekanan besar dalam mengelola bisnis.
Kelelahan, ambisi, dan mobilitas tinggi bisa mendorong mereka mencari kenyamanan emosional di luar rumah.
“Wirausahawan memiliki toleransi risiko tinggi yang tidak hanya berlaku untuk bisnis, tapi juga untuk hubungan pribadi. Rasa ‘berhak’ dan kekuatan finansial bisa memicu perilaku perselingkuhan,” ucap dia.
Interaksi dengan banyak orang baru dalam acara bisnis dan jaringan sosial menjadi kesempatan untuk terjadinya perselingkuhan.
4. Bankir dan pekerja keuangan
Profesi di bidang keuangan identik dengan tekanan tinggi dan budaya kerja yang kompetitif.
Tak jarang, mereka harus lembur hingga larut malam dan menghadiri banyak acara sosial dan bertemu dengan banyak pihak
“Lingkungan kerja yang ambisius, narsisme, dan pengambilan risiko tinggi sering kali berujung pada keputusan impulsif, termasuk perselingkuhan,” ungkap Lobo.
Budaya after-office meeting dengan ngobrol dan minum santai memang untuk mendekatkan diri dengan klien. Namun, perilaku ini kerap mengaburkan batasan profesional dan pribadi.
5. Guru
Lebih lanjut, pekerjaan lainnya yang rawan terjadi selingkuh yaitu guru.
Mungkin mengejutkan, Lobo menyatakan, tekanan emosional dalam mendidik, serta peran sosial yang tinggi, bisa membuat guru rentan membentuk kedekatan emosional di luar dengan sesama rekannya.
Beberapa pekerjaan yang memiliki tekanan yang besar membuat seseorang mencari dukungan emosional atau validasi perasaan dari orang lain.
Dalam profesi ini, mungkin saja seseorang mencari dukungan dari rekan kerja, orang tua siswa, atau orang lain di luar hubungannya.
"Guru, terutama mereka yang memegang peran kepemimpinan (kepala sekolah, kepala departemen), dapat mengembangkan rasa otoritas dan kekaguman yang dapat memicu perselingkuhan,” tandasnya.
Lobo menekankan, meski beberapa pekerjaan rawan selingkuh, bukan berarti semua orang yang bekerja di profesi tersebut akan melakukannya.
Perselingkuhan juga didasari oleh sifat dan prinsip yang ada di dalam diri setiap orang. Ia mengimbau agar menetapkan batasan pribadi maupun profesional yang jelas.
“Yang penting adalah batasan pribadi, komunikasi terbuka dengan pasangan, dan pengembangan diri. Profesi hanyalah salah satu faktor pemicu,” ujarnya.