Top 5+ Kesalahan Manifesting Menurut Psikolog dan Praktisi, Lupa Realita

Manifesting atau praktik menarik impian menjadi kenyataan lewat afirmasi dan visualisasi makin populer, terutama di kalangan Gen Z.
"Manifesting melibatkan keyakinan bahwa seseorang dapat menarik hal-hal positif ke dalam hidupnya melalui niat, fokus pikiran, dan visualisasi. Konsep populernya hukum tarik-menarik (law of attraction), yang beranggapan bahwa pikiran positif akan menarik pengalaman positif juga," ujar Psikolog Meity Arianty, M.Psi., saat dihubungi Kompas.com, Rabu (6/8/2025).
Namun, baik psikolog maupun praktisi sepakat, ada sejumlah kesalahan umum yang justru bisa membuat proses manifesting tidak efektif, bahkan berdampak buruk bagi kesehatan mental.
Berikut lima kesalahan umum dalam manifesting dan cara menghindarinya:
5 Kesalahan umum manifesting dan cara menghindarinya
1. Terlalu fokus pada hasil dan lupa proses
Manifesting bisa bantu wujudkan impian, jika dibarengegi dengan usaha. Ini penjelasan psikolog.
Menurut Psikolog Meity, kesalahan paling sering terjadi adalah terlalu terpaku pada hasil.
Ketika seseorang hanya mengejar target tanpa menghargai proses, itu bisa memicu stres, frustasi, dan rasa gagal.
“Manifesting bukan sulap instan. Kalau hanya menunggu hasil tanpa usaha nyata, itu bisa menjerumuskan ke ekspektasi kosong,” ujar Psikolog Meity.
Psikolog Meity menyarankan untuk fokus pada aksi konkret. Misalnya, jika ingin lolos beasiswa luar negeri, selain afirmasi, tetap penting membangun portofolio, belajar bahasa, dan ikut pelatihan.
2. Mengabaikan realita
Callista Aldenia manfaatkan manifesting untuk capai impian. Psikolog ingatkan, kunci manifesting bukan sekadar afirmasi, tapi juga tindakan nyata.
Callista Aldenia, praktisi manifesting, juga menekankan pentingnya grounding atau berpijak pada kenyataan. Ia menyebut bahwa manifesting bukan berarti menolak realita.
“Kita tetap perlu mengenali batasan dan kondisi saat ini. Manifesting bukan lari dari kenyataan, tapi cara untuk menumbuhkan harapan sambil mengupayakan perubahan,” kata Callista.
Callista memberi saran untuk memberi pertanyaan pada diri sendiri, seperti: apakah harapan ini selaras dengan kondisiku sekarang?
Apa langkah kecil yang bisa kulakukan hari ini?
3. Menggunakan afirmasi yang tidak spesifik
Manifesting bisa bantu wujudkan impian, jika dibarengegi dengan usaha. Ini penjelasan psikolog.
Psikolog Meity menyebut afirmasi yang terlalu umum seperti “Aku akan sukses” bisa terasa hampa dan kurang efektif karena otak tidak mendapat gambaran jelas.
“Lebih baik gunakan afirmasi spesifik yang melibatkan emosi dan waktu, misalnya ‘Aku percaya diri menghadapi wawancara kerja minggu depan dan siap menunjukkan potensiku’,” jelasnya.
Cara menghindarinya, bisa membuat afirmasi yang jelas, berbasis tindakan, dan bisa dirasakan secara emosional.
4. Mengabaikan emosi negatif
Beberapa orang percaya bahwa emosi negatif harus dihindari agar tidak mengganggu energi positif manifesting.
Padahal, menurut Meity, penolakan emosi negatif justru bisa berbahaya.
“Mengabaikan rasa takut, marah, atau kecewa bisa menyebabkan emotional bypassing, di mana kita tampak positif tapi sebenarnya sedang menumpuk tekanan batin,” ungkapnya.
alih menghindari emosi negatif, coba validasi dan kelola secara sehat. Menulis jurnal atau bicara dengan orang terpercaya bisa membantu.
5. Membandingkan proses dengan orang lain
Callista Aldenia manfaatkan manifesting untuk capai impian. Psikolog ingatkan, kunci manifesting bukan sekadar afirmasi, tapi juga tindakan nyata.
Callista menambahkan, membandingkan proses manifesting kita dengan orang lain adalah jebakan yang kerap membuat orang jadi kehilangan semangat.
“Setiap orang punya ritme dan waktunya sendiri. Kalau sibuk membandingkan, kita bisa lupa bahwa progress sekecil apa pun tetap berharga,” ujar dia.
Alihkan fokus dari hasil orang lain ke kemajuan diri sendiri. Ucapkan terima kasih pada diri sendiri atas setiap langkah yang sudah dijalani.
Manifesting bisa menjadi alat refleksi dan pemacu semangat, selama dilakukan dengan penuh kesadaran dan tanggung jawab.
Baik psikolog maupun praktisi menekankan bahwa kombinasi antara afirmasi, kerja nyata, dan penerimaan diri adalah kunci agar manifesting benar-benar bermanfaat secara psikologis.
Terangi negeri dengan literasi, satu buku bisa membuka ribuan mimpi. Lewat ekspedisi Kata ke Nyata, Kompas.com ingin membawa ribuan buku ke pelosok Indonesia. Bantu anak-anak membaca lebih banyak, bermimpi lebih tinggi. Ayo donasi via Kitabisa!