Media Sosial Tak Selalu Buruk untuk Anak, Ini Penjelasan Psikolog

Apakah media sosial selalu berdampak negatif untuk anak-anak?
Selama ini media sosial dinilai membuat anak-anak kecanduan, sekaligus merusak fokus dan memicu gangguan emosi pada anak-anak.
Namun, di balik itu, psikolog menilai bahwa penggunaan media sosial tak selalu buruk, asalkan anak didampingi dan diberi arahan.
"Media sosial itu tools (alat), bukan musuh. Kalau digunakan dengan benar, anak bisa belajar banyak hal dari situ," ujar Luh Surini Yulia Savitri, S.Psi., M.Psi, Psikolog, dalam acara Bakul Budaya Fakultas Ilmu Budaya Universitas Indonesia bertema "Sehari Happy, Tanpa HP" di Depok, Jawa Barat, Sabtu (26/7/2025).
Media sosial untuk anak
Ada dampak positif media sosial untuk anak, asal..
Media sosial bisa berdampak positif bagi anak, asal penggunaannya didampingi orangtua. Simak penjelasan psikolog berikut ini.
Psikolog yang akrab disapa Vivi ini menuturkan, media sosial bisa menjadi jendela informasi bagi anak jika konten yang dikonsumsi sesuai usia dan kebutuhan tumbuh kembang mereka.
"Anak sekarang belajar banyak dari video, dari konten yang mereka lihat. Ada anak yang tertarik pada sains karena lihat eksperimen di Youtube. Ada juga yang jadi suka menggambar karena lihat tutorial di Tiktok," jelas Vivi.
Namun, ia kembali menekankan, fungsi edukatif itu baru bisa tercapai jika orangtua terlibat dalam prosesnya.
"Jangan cuma kasih akses. Dampingi, tanya, ngobrol soal apa yang dia tonton. Itu yang membuat anak belajar secara utuh," lanjutnya.
Media sosial memperluas wawasan anak
Media sosial bisa berdampak positif bagi anak, asal penggunaannya didampingi orangtua. Simak penjelasan psikolog berikut ini.
Media sosial juga memungkinkan anak mengenal berbagai budaya, tempat, dan perspektif dari belahan dunia lain.
Bagi anak usia remaja, media sosial bahkan bisa menjadi sarana berekspresi dan membangun koneksi sosial.
Lebih lanjut, Vivi juga mengingatkan bahwa semua itu hanya bisa menjadi manfaat jika anak sudah cukup matang secara emosional, dan orangtua siap mendampingi.
Sebagai seorang psikolog, Vivi tidak menutup mata pada risiko besar dari media sosial, seperti cyberbullying, kecanduan, gangguan percaya diri, dan paparan konten yang tidak sesuai usia.
Oleh karena itu, ia menegaskan pentingnya menyaring dan membatasi konten sejak awal.
"Kalau kita tahu anak belum bisa menyaring, ya orangtua yang harus jadi filternya dulu. Anak butuh batasan, dan batasan itu bukan bentuk kekangan, tapi perlindungan," kata Vivi.
Kapan anak boleh akses media sosial?
Pastikan anak sudah bisa berpikir kritis dan meregulasi emosi
Media sosial bisa berdampak positif bagi anak, asal penggunaannya didampingi orangtua. Simak penjelasan psikolog berikut ini.
Saran Vivi, anak sebaiknya tidak langsung diperkenalkan pada media sosial di usia dini.
Lantas, pada umur berapa anak boleh mengakses media sosial? Menurut Vivi, jawabannya adalah ketika dia sudah bisa berpikir kritis dan meregulasi emosi.
Waktu tersebut bisa berbeda-beda tiap anak, tapi yang jelas bukan pada usia balita.
Lebih dari sekadar boleh atau tidak mengakses media sosial, yang paling penting bagi Vivi adalah peran aktif orangtua dalam mendampingi buah hati.
"Kalau anak-anak main media sosial diam-diam, tanpa pendampingan, ya risikonya besar. Tapi kalau anak diajak ngobrol soal kontennya, diajarin bedakan mana yang nyata dan palsu, itu justru bisa jadi momen belajar," jelasnya.
Daripada sepenuhnya melarang media sosial, orangtua lebih baik membangun kepercayaan dua arah.
"Tujuannya bukan sekadar mengontrol, tapi membekali anak agar suatu hari bisa mengontrol dirinya sendiri," tutupnya.