Gempar! Nikon Tutup Pabrik Legendaris, Begini Nasib 350 Karyawan dan Masa Depannya!

Gempar! Nikon Tutup Pabrik Legendaris, Begini Nasib 350 Karyawan dan Masa Depannya
Dunia fotografi dan teknologi diguncang kabar mengejutkan. Nikon, raksasa elektronik asal Jepang, secara resmi mengumumkan rencana penutupan pabrik ikoniknya di Yokohama. Bahkan, pabrik yang telah berdiri megah sejak 1967 ini akan segera berhenti beroperasi pada 30 September 2025 mendatang.
Lalu, apa alasan di balik keputusan besar ini? Manajemen Nikon menjelaskan bahwa langkah ini merupakan bagian tak terpisahkan dari rencana strategis jangka menengah perusahaan yang akan berakhir pada Maret 2026. Tujuannya jelas: memangkas biaya operasional dan mengoptimalkan efisiensi lini produksi untuk memperkuat daya saing global mereka.
Pabrik Yokohama bukanlah fasilitas biasa. Selama lebih dari setengah abad, tempat ini menjadi saksi bisu inovasi-inovasi besar Nikon. Fasilitas ini merupakan pabrik tertua kedua setelah kantor pusat utama perusahaan. Awalnya, pabrik ini menjadi pusat pengembangan dan manufaktur untuk berbagai produk andalan, mulai dari mikroskop biologis hingga alat litografi canggih untuk layar panel datar.
Tak hanya itu, pabrik ini juga memegang peran kritis saat Nikon menjadi produsen Jepang pertama yang memasarkan mesin stepper litografi semikonduktor pada era 1980-an. Kini, semua fungsi produksinya akan perusahaan pindahkan secara bertahap ke kantor pusat mereka di Shinagawa, Tokyo, serta ke fasilitas lain di Yokosuka dan Sagamihara.
Lantas, bagaimana dengan nasib para pekerjanya? Nikon telah memberikan kepastian yang menenangkan. Perusahaan menegaskan bahwa mereka tidak akan melakukan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) terhadap sekitar 350 karyawan yang saat ini bekerja di pabrik Yokohama. Sebaliknya, seluruh tenaga kerja ini akan perusahaan alihkan dan tempatkan di kantor pusat yang baru.
Meski begitu, penutupan pabrik seluas 20.000 meter persegi ini pasti membawa dampak tersendiri bagi komunitas lokal dan jaringan pemasok yang telah lama bermitra. Nikon menyatakan masih akan mempertimbangkan nasib akhir dari lahan dan bangunan ikonik tersebut di kemudian hari.
Di balik keputusan ini, kondisi keuangan Nikon memang tidak sedang dalam performa terbaiknya. Berdasarkan laporan Nikkei, perusahaan memperkirakan laba operasional konsolidasi mereka pada 2026 hanya akan mencapai sekitar 145 juta dolar AS. Angka ini sangat jauh dari target awal yang sebesar 483 juta dolar AS, atau hanya mencapai 30 persen saja.
Beberapa faktor menjadi penyebabnya. Melemahnya penjualan peralatan lithografi semikonduktor—didorong oleh kinerja pelanggan utama seperti Intel—serta dampak kebijakan tarif dari pemerintahan Trump di AS menjadi pemicu utamanya. Padahal, Nikon merupakan salah satu pelopor mesin lithografi bersama Canon dan ASML yang pernah mendominasi industri chip dunia.
Dengan demikian, penutupan pabrik Yokohama menandai sebuah perubahan paradigma besar dalam strategi manufaktur Nikon. Perusahaan memilih konsolidasi dan efisiensi untuk menghadapi tantangan pasar global yang semakin kompetitif. Tindakan ini sekaligus menjadi akhir dari sebuah era sekaligus awal dari babak baru bagi legenda teknologi Jepang ini.