Perbandingan Rekening Tabungan vs Deposito, Mana yang Lebih Tahan Inflasi?

Ilustrasi Buku Rekening Tabungan
Ilustrasi Buku Rekening Tabungan

  Inflasi menjadi salah satu tantangan terbesar dalam mengelola keuangan. Dua instrumen yang sering dibandingkan adalah rekening tabungan dan deposito, keduanya sama-sama populer namun memiliki karakteristik berbeda dalam menghadapi inflasi.

Salah satu dampak inflas adalah nilai uang yang terus tergerus membuat banyak orang mulai mempertimbangkan produk perbankan yang tidak hanya aman, tetapi juga mampu menjaga daya beli. Dengan memahami perbandingan antara tabungan dan deposito sangat penting agar Anda tidak salah langkah dalam menyimpan dana.

Apakah tabungan yang fleksibel lebih menguntungkan, atau justru deposito dengan bunga tetap lebih tahan inflasi? Jawabannya bergantung pada kebutuhan, tujuan finansial, dan strategi pengelolaan keuangan Anda. Simak untuk ulasan lengkapnya.

Apa Itu Rekening Tabungan?

Rekening tabungan adalah produk perbankan yang memberikan kemudahan untuk menyimpan uang sekaligus melakukan berbagai transaksi, seperti transfer, tarik tunai, pembayaran tagihan, hingga belanja online. Kemudahan ini menjadikan tabungan sebagai pilihan utama untuk kebutuhan sehari-hari.

Namun, tingkat bunga tabungan sangat rendah. Umumnya, hanya sekitar 0,1% hingga 1% per tahun, tergantung pada kebijakan bank dan saldo nasabah.

Keunggulan utama tabungan adalah likuiditasnya yang tinggi. Anda dapat mengambil uang kapan saja melalui ATM, mobile banking, atau teller bank. Selain itu, fasilitas perbankan yang lengkap membuat tabungan nyaman digunakan untuk transaksi harian.

Di sisi lain, kelemahan tabungan adalah bunga yang diberikan sangat kecil, sehingga tidak mampu melawan inflasi. Bahkan, biaya administrasi bulanan yang dikenakan bank dapat mengurangi saldo jika tidak ada aktivitas menabung. Dengan kondisi ini, tabungan jelas tidak ideal untuk menjaga nilai uang dalam jangka panjang, terutama ketika inflasi tinggi.

Apa Itu Deposito?

Deposito adalah produk simpanan berjangka di bank dengan tingkat bunga lebih tinggi dibandingkan tabungan. Nasabah yang memilih deposito harus menyimpan uangnya selama jangka waktu tertentu, misalnya 1, 3, 6, hingga 12 bulan.

Tingkat bunga deposito di Indonesia umumnya berkisar antara 3% hingga 5% per tahun, tergantung tenor dan kebijakan bank. Keunggulan deposito adalah imbal hasil yang lebih baik dibanding tabungan. Selain itu, simpanan deposito relatif aman karena dijamin oleh LPS (Lembaga Penjamin Simpanan) hingga Rp2 miliar per nasabah per bank.

Namun, kelemahan utamanya terletak pada likuiditas. Dana yang sudah ditempatkan di deposito tidak bisa diambil sewaktu-waktu sebelum jatuh tempo, kecuali dengan penalti. Selain itu, meskipun bunganya lebih besar, deposito tetap kalah jika inflasi melampaui 5% per tahun.

Mana yang Lebih Tahan Inflasi?

Untuk menentukan mana yang lebih tahan inflasi, harus melihat perbandingan bunga keduanya dengan rata-rata inflasi di Indonesia. Dalam beberapa tahun terakhir, inflasi Indonesia berada di kisaran 3% hingga 4% per tahun.

Dengan kondisi ini, tabungan dengan bunga rata-rata 0,5% per tahun jelas jauh tertinggal dari laju inflasi. Artinya, nilai uang yang disimpan di tabungan akan terus tergerus.

Deposito, dengan bunga sekitar 4% per tahun, memang lebih mendekati angka inflasi. Namun, jika inflasi naik menjadi 5% atau lebih, bunga deposito tidak cukup untuk menutup selisih tersebut. Meski demikian, dibandingkan tabungan, deposito jauh lebih mampu menahan penurunan nilai uang.

Secara keseluruhan, tabungan cocok untuk kebutuhan harian dan dana darurat karena likuiditasnya tinggi, sedangkan deposito tepat untuk menyimpan dana jangka menengah dengan tingkat keamanan yang baik. Jika tujuan Anda adalah menjaga nilai uang secara maksimal, sebaiknya pertimbangkan instrumen investasi lain yang mampu memberikan imbal hasil di atas inflasi, seperti obligasi, reksa dana, atau emas.