AI dan Tren Pengangguran Global, Apa yang Perlu Dilakukan Job Seeker?

Ilustrasi wawancara kerja
Ilustrasi wawancara kerja

 Pada tahun 2025, dampak kecerdasan buatan (AI) terhadap pasar tenaga kerja semakin nyata. Banyak pekerjaan, terutama di sektor entry-level dan pekerjaan rutin, berisiko digantikan oleh teknologi otomatisasi. 

Namun, di balik tantangan tersebut, terdapat peluang bagi pencari kerja yang siap beradaptasi dan mengembangkan keterampilan yang relevan.

Tren pengangguran yang dipengaruhi AI tidak hanya berdampak pada jumlah pekerjaan yang tersedia, tetapi juga pada kualitas pekerjaan dan kompetensi yang dibutuhkan. Bagi pencari kerja, kesiapan menghadapi perubahan ini menjadi kunci agar tetap relevan di pasar kerja global. 

Berikut adalah panduan dan strategi yang dapat diambil untuk menghadapi tren ini.

Dampak AI terhadap Pasar Tenaga Kerja

Menurut laporan dari World Economic Forum, sekitar 40% pekerjaan di seluruh dunia diperkirakan akan terpengaruh oleh AI, dengan 92 juta pekerjaan berpotensi hilang hingga tahun 2030. 

Namun, laporan tersebut juga memproyeksikan penciptaan 78 juta pekerjaan baru, menciptakan perimbangan antara kehilangan dan penambahan lapangan kerja.

Studi dari Stanford University menunjukkan bahwa pekerja muda di sektor yang rentan terhadap AI, seperti pengembangan perangkat lunak dan layanan pelanggan, mengalami penurunan lapangan kerja sebesar 13% sejak akhir 2022. 

Selain itu, laporan dari International Monetary Fund (IMF) memperingatkan bahwa hampir 40% pekerjaan di seluruh dunia akan terpengaruh oleh AI, dengan dampak yang bervariasi tergantung pada kesiapan negara dalam mengintegrasikan teknologi ini.

Langkah yang Harus Diambil Pencari Kerja

1. Mengembangkan Literasi AI

Memahami dasar-dasar AI dan bagaimana teknologi ini diterapkan dalam pekerjaan sehari-hari menjadi keterampilan yang sangat berharga. 

Misalnya, kemampuan menggunakan alat AI generatif seperti ChatGPT atau fitur AI dalam perangkat lunak desain dapat meningkatkan efisiensi dan kreativitas dalam pekerjaan.

2. Fokus pada Keterampilan yang Tidak Dapat Diotomatisasi

Pekerjaan yang memerlukan interaksi manusia, empati, dan kreativitas cenderung lebih sulit digantikan oleh AI. Sektor seperti konsultasi, layanan kesehatan, dan pendidikan tetap membutuhkan sentuhan manusia.

3. Membangun Jaringan Profesional

Hubungan manusia tetap penting dalam dunia profesional. Membangun dan memelihara jaringan profesional dapat membuka peluang kerja dan kolaborasi yang mungkin tidak tersedia melalui saluran digital semata.

4. Fleksibilitas dan Pembelajaran Sepanjang Hayat

Kemampuan beradaptasi dengan perubahan dan terus belajar menjadi kunci untuk bertahan dalam pasar kerja yang dinamis. Mengikuti pelatihan, kursus, atau sertifikasi baru dapat meningkatkan daya saing.

5. Memanfaatkan Teknologi untuk Meningkatkan Diri

Menggunakan teknologi untuk meningkatkan keterampilan dan produktivitas pribadi memberikan keunggulan kompetitif. Misalnya, menggunakan platform pembelajaran online atau alat manajemen waktu berbasis AI dapat membantu pengembangan diri.

Dampak AI terhadap pasar tenaga kerja memang signifikan, namun dengan pendekatan yang tepat, pencari kerja dapat memanfaatkan teknologi ini untuk keuntungan mereka. 

Mengembangkan literasi AI, fokus pada keterampilan yang tidak dapat diotomatisasi, membangun jaringan profesional, dan terus belajar adalah langkah strategis untuk tetap relevan dan kompetitif di pasar kerja global.

Dengan kesiapan dan adaptasi yang tepat, pencari kerja tidak hanya dapat bertahan, tetapi juga berkembang dalam era digital yang didominasi AI.