Apa Jadinya jika Anak Hanya Didorong Mengejar Prestasi Tanpa Pendidikan Karakter?

nilai moral, Pendidikan karakter, prestasi akademis, Refleksi orangtua, prestasi tanpa pendidikan karakter, Apa Jadinya jika Anak Hanya Didorong Mengejar Prestasi Tanpa Pendidikan Karakter?

Dalam banyak keluarga, prestasi akademis masih menjadi standar utama dalam keberhasilan anak.

Seringkali, orangtua menaruh harapan besar pada nilai bagus di sekolah, peringkat tinggi, sampai selalu memenangkan lomba.

Namun, bagaimana jika orangtua hanya mendorong anak untuk mengejar prestasi dan nilai akademis yang bagus, tanpa didampingi dengan pendidikan karakter? Apakah ada dampaknya?

Dampak tidak membekali anak dengan pendidikan karakter

Psikolog klinis anak dan remaja dari Layanan Psikologi JEDA di Bandar Lampung, Nanda Erfani Saputri, M.Psi., menerangkan bahwa prestasi saja tidak cukup.

“Kalau anak hanya didorong untuk mengejar nilai-nilai dan menghalalkan segala cara, itu sudah jelas bertentangan dengan semangat untuk membentuk karakter anak yang bisa bertanggung jawab, berintegritas, dan berempati,” ucap Nanda saat dihubungi pada Senin (1/9/2025).

Nilai akademis memang penting, tetapi tidak bisa menjadi satu-satunya tujuan agar anak menjadi sosok yang berwibawa.

Tanpa pemahaman moral, anak justru berisiko menghalalkan segala cara demi mendapatkan apa yang diinginkan.

Pendidikan karakter bukanlah pelengkap, melainkan fondasi. Nilai kejujuran, tanggung jawab, integritas, dan empati harus diajarkan sejak dini agar prestasi yang diraih bukan sekadar angka dan penghargaan, tetapi lebih bermakna.

Perlu refleksi orangtua

Menurut Nanda, hal ini perlu menjadi refleksi orangtua. Ayah dan ibu perlu lebih memahami apa nilai yang ingin diajarkan dalam keluarga mereka dan nilai yang mereka sendiri pegang.

“Apakah memang lebih mempedulikan hasil saja dibanding proses? Kalau ternyata yang menjadi nilainya adalah lebih ke hasil, ini kita jadi mundur kalau dilihat dari perkembangan moral,” terang dia.

Sebab, nilai yang dianut oleh ayah dan ibu, dan yang diajarkan dalam keluarga, memengaruhi nilai yang akan diinternalisasi oleh anak.

Dengan kata lain, nilai yang dianut keluarga menentukan arah anak bersikap.

Namun, ada pengecualian pada anak yang tinggal dalam lingkungan di luar keluarga inti yang memberi dampak positif terhadap perkembangan moralnya.

“Contohnya, kayak ada beberapa orang berpengaruh yang anaknya cukup lantang bersuara, walaupun misalnya orangtuanya tidak terlalu vokal,” ucap Nanda.

“Menurutku, ini perlu jadi refleksi orangtua tentang nilai mereka, karena bagaimanapun, nilai yang orangtua miliki tentu memengaruhi nilai yang akan diinternalisasi anak,” sambung dia.

Di saat situasi tidak menentu, Kompas.com tetap berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update terkini dan notifikasi penting di Aplikasi Kompas.com.