"Bapak AI" Peringatkan Ancaman Kecerdasan Buatan "Ambil Alih" Manusia

Geoffrey Hinton, ilmuwan komputer di bidang kecerdasan buatan (artificial intelliigence/AI), mengungkapkan kekhawatirannya terhadap teknologi yang ia kembangkan.
"Saya pikir, sebagian ahli di bidang ini akan sepakat, soal kemungkinan hal ini (kecerdasan buatan) menjadi jauh lebih pintar dari kita dan mengambil kendali dari kita," kata Hinton.
Hinton tak menjelaskan lebih detail apa maksud dari frasa "mengambil alih manusia". Namun, hal ini boleh jadi situasi di mana AI bisa menggantikan semua hal yang dilakukan manusia, hingga yang terburuk adalah AI yang "melawan" manusia dalam berbagai hal.
"Kita bermain dengan AI yang kita sendiri belum pernah mengalami era atau kemajuan yang diciptakan oleh teknologi tersebut," kata Hinton, dikutip KompasTekno dair CBSNews, Selasa (29/4/2025).
"Orang-orang belum paham hal ini dan tak mengerti ancaman apa yang akan hadir di masa depan dari pengembangan AI," imbuh pria yang menemukan konsep neural network dan deep learning yang kini menjadi fondasi AI tersebut.
Seperti bayi harimau, lucu tapi berbahaya
Namun di masa depan, bayi harimau ini akan menjadi besar dan bisa mengancam serta membunuh siapa saja, termasuk orang yang merawatnya.
Kekhawatiran Hinton ini sendiri berasal dari ketakutan dia soal perkembangan AI yang dinilai sangat cepat, bahkan di luar prediksi serta ekspektasi dia.
"Di masa depan, ada kemungkinan besar AI akan lebih pintar dari kita. Saat ini saja, model bahasa macam GPT-4 sudah tahu lebih banyak informasi dari kita, sehingga jangan kaget apabila di masa depan AI seperti ini akan ahli dalam berbagai bidang," ungkap Hinton.
Meski khawatir akan pengembangan AI di masa depan, Hinton mengatakan manusia saat ini tak perlu khawatir. Sebab, besar kemungkinan juga AI tidak akan mengambil alih manusia di masa depan.
"Kalau angka maksimal AI mengambil alih manusia ini ada di kisaran 20 persen, maka ada kemungkinan yang cukup tinggi, yaitu hingga 80 persen, bahwa AI tidak akan mengontrol manusia, dan ini kemungkinannya jelas lebih besar," ungkap Hinton.
Perusahaan AI harus fokus ke keamanan
Supaya hal ini tak terjadi, Hinton menjelaskan bahwa para perusahaan harus memprioritaskan pengembangan AI yang lebih mengedepankan keamanan dan keselamatan (safety) dibanding keuntungan (profit).
Sebab, ada dua ancaman dari AI yang bisa bikin manusia keteteran. Satu adalah AI yang bisa mengambil alih manusia tadi, dan satu lagi adalah orang-orang yang memakai AI untuk melakukan hal negatif.
Maksud hal negatif di sini adalah AI yang dipakai untuk serangan siber (cyber attack), penipuan (phishing), membuat virus baru, dan lain sebagainya.
Menurut mantan karyawan Google ini, perusahaan AI harus mengalokasikan sekitar sepertiga dari kemampuan komputasi yang dimiliki untuk fokus pada pengembangan keamanan AI.
Di Google sendiri, Hinton keluar pada Mei 2023 lalu karena kecewa akan fokus AI perusahaan pada saat itu, terutama pengembangan AI untuk kepentingan militer.
"Jika kita lihat sekarang, perusahaan-perusahaan AI besar, macam Google, mencoba untuk mengabaikan pembuatan regulasi AI, dan regulasi semacam ini memang kini belum ada," kata Hinton.
"Apabila perusahaan-perusahaan besar macam ini mengembangkan suatu regulasi AI yang fokus pada masa depan dan kehidupan manusia (humanity) di masa depan, saya akan turut senang," tambah Hinton.