Siapa yang Membayar Pecalang, Petugas Keamanan di Bali?

Kehadiran organisasi masyarakat (ormas) Gerakan Rakyat Indonesia Bersatu (GRIB) Jaya di Bali, mendapat penolakan dari berbagai pihak.
Wakil Gubernur Bali I Nyoman Giri Prasta beserta warga Bali melalui pemimpin adat Kelihan Adat Tainsiat Pande Nyoman Artawibawa, menolak GRIB Jaya.
Selain itu, Ketua Pecalang Bali Made Mudra, juga menyampaikan penolakan terhadap GRIB Jaya.
"Jadi prinsipnya kami melihat bahwa di Bali ini kita sudah memiliki aparatur negara, baik itu TNI maupun Polri, yang bertalian dengan keamanan dan ketertiban masyarakat itu satu," kata Giri Prasta, dilaporkan , Selasa (6/5/2025).
"Yang kedua, dari 1.400 lebih desa adat, itu sudah memiliki pecalang desa adat. Nah, pecalang desa adat ini mempunyai peran untuk menjaga estetika wilayah adat itu sendiri," lanjutnya.
Sebagai informasi, pecalang merupakan petugas keamanan desa adat di Bali. Bukan sebagai pekerjaan tetap seseorang, pecalang merupakan bentuk pengabdian masyarakat adat desa di Bali terhadap wilayahnya.
Pecalang memang memiliki tugas utama sebagai penjaga keamanan, bahkan petugas lalu lintas bila diperlukan dalam acara besar.
Namun, di balik pengabdiannya tersebut, pecalang umumnya memiliki pekerjaan utama sebagai petani, peternak, guru, bahkan Pegawai Negeri Sipil (PNS).
Siapa yang membayar pecalang?
Pecalang atau petugas pengamanan desa adat di Bali memantau situasi di area pusat perbelanjaan saat Hari Raya Nyepi Tahun Baru Saka 1944 di wilayah Desa Sumerta Kelod, Denpasar, Bali, Kamis (3/3/2022).
Meski diartikan sebagai bentuk pengabdian, pecalang tidak selalu pulang dengan tangan kosong.
Pengamat pariwisata I Gede Pitana menuturkan, pecalang biasanya dibayar sesuai keikhlasan orang yang meminta bantuan petugas keamanan tradisional ini.
"Pecalang bukan profesi. Maka biasanya, yang membayar pecalang adalah yang memberikan gawai (pekerjaan), yang memberikan 'honorarium'," jelas Pitana saat dihubungi Kompas.com, Selasa (6/5/2025).
Upah pecalang tidak menentu sebab tak ada standar angka honorarium yang wajib diberikan pada pecalang.
Pemberi kerja bisa membayar pecalang seikhlasnya sebagai tanda terima kasih atas bantuan yang diberikan.
"Walaupun sebenarnya kalau dilihat, honorarium itu jauh lebih kecil daripada ongkos buruh," lanjut Pitana.
Pitana mencontohkan pembagian uang sesari atau uang sesajen yang terkumpul dari upacara adat di Bali. Sesari diibaratkan sebagai pecahan uang yang terdapat dalam kotak amal di masjid atau persembahan di gereja.
"Setelah selesai upacara, dihitung berapa sesari terkumpul. Katakanlah terkumpul sesari Rp 5 juta, uang itu yang diberikan sekadarnya kepada para pecalang," pungkas Pitana.