Suhu Dingin Landa Malang hingga Pontianak, BMKG Ungkap Penyebabnya

Sejumlah wilayah di Indonesia tengah dilanda suhu dingin dalam beberapa hari terakhir.
Kondisi ini dirasakan mulai dari pagi hingga malam hari, bahkan terjadi di kota-kota yang biasanya dikenal dengan cuaca panas seperti Pontianak.
Fenomena ini ramai dibicarakan warganet di media sosial. Mereka mengeluhkan suhu yang tak biasa terjadi di daerahnya.
"Malang subuh tadi sedingin ini (19 derajat Celsius)," tulis akun X @menje***, Kamis (19/6/2025).
"Tangerang dingin, malem dingin, pagi dingin, siang panas yg enggak panas-panas amat, sore ujan lagi sampai malam," tulis akun X @afhinapi***.
"Kalau Jogja iya dingin juga, jam segini 10.38 WIB, masih dingin," cuit akun @zakiberk***.
"Pontianak hari ini subuh pagi, siang, malam, dingin sekali...padahal terkenal panasnya," ungkap akun @aguspersi***.
Kondisi ini memunculkan pertanyaan publik, mengapa suhu terasa lebih dingin di banyak kota dan sampai kapan fenomena ini akan berlangsung?
Penyebab Suhu Dingin di Indonesia Menurut BMKG
Deputi Bidang Klimatologi Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Ardhasena Sopaheluwakan, mengatakan suhu dingin di sejumlah wilayah merupakan dampak dari musim kemarau yang sedang berlangsung.
"Saat ini udara sudah mulai kering dengan angin monson dari Australia, sebagai ciri musim kemarau," ujar Sena saat dihubungi Kompas.com, Jumat (20/6/2025).
Menurutnya, kondisi udara yang kering membuat suhu terasa lebih rendah, terutama pada pagi dan malam hari.
Suhu Dingin Terpantau 22-23 Derajat Celsius
Senada dengan itu, Supari dari Bidang Analisis Variabilitas Iklim BMKG menjelaskan bahwa suhu dingin yang dirasakan di sejumlah kota memang tercatat cukup rendah.
"Berdasarkan pengamatan BMKG, untuk daerah dataran rendah memang suhu berkisar 22-23 derajat Celsius," kata Supari kepada Kompas.com, Jumat (20/6/2025).
Ia menambahkan, adanya hujan pada sore atau malam hari turut memicu penurunan suhu di beberapa daerah, termasuk Jakarta.
"Kalau kasus di Jakarta dingin lebih disebabkan oleh hujan sore atau malam hari," jelasnya.
"Sebab, belum mencapai puncak kemarau jadi pastinya bukan bediding," lanjut dia.
Bediding adalah istilah dari Bahasa Jawa “bedhiding” yang berarti perubahan suhu yang mencolok, biasanya terjadi pada awal musim kemarau.
Tidak Terkait Fenomena La Nina
BMKG memastikan bahwa suhu dingin yang saat ini terjadi tidak berkaitan dengan fenomena iklim global seperti La Nina.
"Fenomena suhu dingin ini tidak berkaitan dengan La Nina, tidak ada anomali iklim global," tegas Supari.
Suhu Dingin Berlangsung hingga Beberapa Waktu ke Depan
BMKG memperkirakan bahwa suhu dingin masih akan terus berlangsung dalam waktu dekat, tergantung pada intensitas hujan dan kondisi atmosfer di wilayah masing-masing.
"Suhu dingin ini sangat mungkin bakal berlangsung dalam beberapa waktu ke depan," ujar Supari.
Menurutnya, selama hujan masih turun pada sore atau malam hari, efek pendinginan permukaan akan terus berkontribusi terhadap penurunan suhu udara.
Fenomena suhu dingin di berbagai kota di Indonesia, termasuk Malang, Tangerang, Yogyakarta, hingga Pontianak, merupakan efek dari musim kemarau yang disertai angin kering dari Australia.
Sebagian artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul .